Hidup untuk mati dan mati karena telah merasakan hidup.
Sebagian manusia percaya bahwa sebuah jiwa yang pernah menduduki bumi ini, masih memiliki keterikatan pada dunia karena ada hal-hal yang belum mereka selesaikan sebelum akhirnya di jemput mati.
Menjadi jiwa tak tenang dan terombang ambing mengenaskan.
Meminta yang masih hidup untuk menuntaskan urusannya, agar jiwa yang telah tercabut dari raga akhirnya mampu berpulang dengan tenang, berjalan ringan pada taman-taman berbunga sebelum akhirnya tidur dalam pelukan hangat Sang Pencipta.Mereka-bukan, dia pernah menghabiskan waktu di pantai ini bersama sang pujaan hati. Merajut kasih sembari menebarkan janji-janji yang nyatanya tak mampu ia selesaikan sebab lebih dulu di jemput mati. Maka saat sebelumnya ia berkata pada Gracia, "Kita akan ke pantai untuk menghabiskan waktu matahari terbenam bersama, Gracia." Adalah bentuk janji yang masih harus ia bayar, dan setelah ia mampu menemukan jalan pulang-setelah sekian lama, mungkin seseorang telah menukar jiwanya untuk membantu Vicky pulang- ia kembali kesini, untuk membayar janji itu, janji menghabiskan waktu bersama dengan sang istri. Dengan kemeja biru laut yang rapi, itu adalah kemeja saat pernikahannya dulu, Vicky berjalan dengan pasti dengan membawa satu bucket bunga besar, mawar putih yang wangi. Dengan pemandangan pantai sore hari yang tampak tak nyata sebab terlalu indah, beginikah bentuk surga? Ia membatin pelan.
Langkahnya ringan, senyum di bibirnya tak surut selama-lamanya, sepoi-sepoi angin yang menerbangkan rambut hitam legamnya, Vicky sangat tampan!
Lalu, deburan ombak itu seperti alunan nada romantis, berayun merdu. Di dekat bibir pantai dengan dress panjang biru laut berlayer dan rambut tergerai dengan pita, seorang perempuan berdiri menatap laut, cantik sekali.
Dress itu juga dress pernikahan, ini seperti sebuah reka ulang.
Dan Tuhan mempertemukan mereka kembali dengan suasana bak hari pernikahan mereka dulu.
"Sebarapa lama kamu menungguku?" Tepat ketika jarak keduanya hanya berkisar 5 meter, Vicky bersuara demikian.
Gadis berdress biru laut itu berbalik, dan ketika matanya menemukan sebuah objek yang selama ini ia tunggu-tunggu, basahlah sudut mata itu, dengan bibir yang tertarik keatas, ia tersenyum penuh haru.
Pedih, namun membahagiakan.
"Vicky?" Tidak ada kalimat yang mampu ia rangkai, semua tersusun dalam hati, ini terlalu sulit untuk dikeluarkan, sekedar berkata, "Aku menunggumu hampir sepanjang hidupku, aku merindukanmu, mengapa kamu baru datang sekarang?" semoga saja laki-laki itu nengetahuinya meskipun tanpa ia suarakan.
"Aku pulang,"
"Aku memenuhi janjiku untuk menghampirimu, aku-"
"Aku disini Gracia, untuk pulang bersama." Langkah keduanya semakin dekat, hingga dalam jarak satu jengkal, Vicky meraih tubuh istrinya untuk di peluk, menaruh sisi kepalanya pada pundak perempuan itu, akhirnya ia pulang. "Aku lelah, Gracia. Aku sangat merindukanmu, aku akhirnya pulang." Bahkan ia mampu menangis, meratapi bagaimana ia selama ini sangat kesepian, dan Gracia telah disini dalam dekapnya.
"Aku selalu disini, menunggumu." Gracia ikut bersuara, lantas menghidu bau Vicky yang menenangkan, ia turut menangis, rindunya selama puluhan tahun atau bahkan nyaris ratusan telah terbayar sudah.
Dalam semburat violet yang melukis cakrawala, dalam suara ombak dan nyanyian angin yang mesra, Mereka akhirnya bersatu kembali.
Kisah Gentari dan Mandala yang dulu Vicky tulis semasa hidupnya telah ia selesaikan endingnya hari ini. Merajut kembali kisahnya yang akan abadi, tak ada lagi penantian panjang Gracia untuk Vicky seperti penantian Gendari pada Mandala.
__________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos Kencana Putra |Zerobaseone
FanfictionKencana Putra tak pernah tertulis dalam sejarah, tapi ia melegenda dengan ceritanya sendiri. Semua orang bungkam ketika nama itu terdengar. Mengunci pintu rapat-rapat dan tak akan keluar semalaman penuh. Legenda mengatakan ia merenggut setiap nyawa...