Kasih komen yang banyak biar aku semangat🔥
___________________
Hari dimana perjalanan waktu belum di mulai.Pagi itu, setelah pemikiran panjangnya beberapa hari dan rasa putus asanya sudah berada di puncak, Riki memutuskan untuk berkata jujur tentang apa yang terjadi. Di ruang tamu bercat hitam sudah duduk beberapa orang tua dan para anak mereka, papa dan mama dengan mata sayu--kehilangan Evano sangat berdampak dengan kehidupan mereka--memandangnya dengan pandangan tak habis pikir. Lalu di sampingnya Tante Kinanti dan Om Arya ( suaminya ) juga ada Tante Yuniar yang tak kalah sayu menatap Riki.
Di sofa empuk berwarna abu-abu, Riki terduduk sembari mengelap sudut bibirnya yang berdarah, tamparan Mas Juna benar-benar menyakitinya. Dan tidak ada yang berniat membelanya.
Mas Zico hanya menatapnya dengan nanar, biasanya laki-laki itu yang akan pertama membela, tapi agaknya ia juga turut kecewa.
"Sejauh ini, kejujuran lo ini yang nyakitin hati gue." Wahyu bersuara, di atas kursi roda ( karena laki-laki itu baru saja sembuh ) ia berkata demikian. Ia tak pernah sekalipun menyuarakan kalau ia juga seorang kakak, tak pernah ia ingin dianggap atau disegani sebagai yang tua. Karena rasanya ia justru ingin menjadi seorang teman untuk saudara-saudaranya mungkin dengan seperti itu mereka akan nyaman untuk bercerita apapun dengan dirinya. Ternyata tidak untuk menembus ruang dunia Riki.
"Maafin gue."
Ini sudah ke sekian kalinya ia meminta maaf.
"Gue nyesel kenapa lo hidup pake suara. Bahkan orang bisu aja selalu berdoa supaya mereka bisa bicara, sedangkan lo ? Lo nggak malu sama mereka ? LO PUNYA MULUT, SIALAN."
Plak.
"MAS SANDY!!"
"ISTIGHFAR, MAS!"
Tante Kinanti sudah menyeret Sandy untuk duduk, dan sekali lagi semua orang disana masih bungkam. Bahkan mama dan papa tak mau repot-repot untuk membela Riki, mungkin hatinya sudah terlalu biru, mungkin mereka sudah merasa gagal menjadi orang tua, mungkin hatinya telah luka sebab Riki ternyata tak pernah sekalipun menganggap mereka orang tua.
Mereka tak pernah tau apapun perihal Riki, tahu soal Riki yang bisa melihat 'mereka' saja tidak.
Sandy menutup wajahnya, ia sudah berulangkali mengucapkan istighfar, rasanya lelah sekali menahan emosinya kali ini.
"Kamu ini kenapa, Nak ? Kenapa kamu bisa kaya gini ?" Tante Yuniar menatap Riki sekali lagi. Meminta jawaban atas pertanyaan 'mengapa'.
Iya, mengapa Riki menyembunyikan hal seserius itu ? Mengapa Riki tak mau bersuara sepanjang hidupnya bahwa ia di ganggu dengan penglihatan-penglihatan tak kasat mata itu.
"Kamu nggak pernah nganggep kita ini keluarga ?" Beliau bersuara lagi.
Bukan, bukan seperti itu.
Namun, Riki tak membela diri. Seolah saat ia bersuara kembali, akan ada amarah baru dari orang-orang untuk dirinya. Ia memilih bungkam.
Om Arya juga turut bertanya, "Apa mama sama papa atau yang lain pernah nyakitin kamu sampe kamu nggak mau terbuka, Mas ?"
Bukan, bukan juga seperti itu.
"Maaf," kalimat maaf lagi. Riki, kehilangan semua kosa kata dalam kepalanya.
"AKU GAGAL MBAK." Lalu tiba-tiba saja Mama Ryn meraung sembari menangis kencang, memeluk Arka yang ada di sampingnya. Seolah tengah mencari penopang atas tubuhnya yang hari itu terasa mati.
"Tante..." Arka yang sejak tadi tak bersuara juga turut panik, di dekapnya ibu dari Riki.
"AKU GAGAL BANGET, AKU NGGAK BISA JADI ORANG TUA. AKU MALU SAMA TUHAN MBAK."
![](https://img.wattpad.com/cover/353674024-288-k572333.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos Kencana Putra |Zerobaseone
FanfictionKencana Putra tak pernah tertulis dalam sejarah, tapi ia melegenda dengan ceritanya sendiri. Semua orang bungkam ketika nama itu terdengar. Mengunci pintu rapat-rapat dan tak akan keluar semalaman penuh. Legenda mengatakan ia merenggut setiap nyawa...