Hug Me, I'm Done

522 67 52
                                    

Penting!!
Paylist- Hello by Zb1

_________________

Definisi rumah itu ketika semua sepi yang yang membelenggu hati pelan-pelan sirna, tergantikan dengan ramainya suara yang tak pernah membuat kita terganggu, mungkin ramai itu dari satu orang, mungkin dari cerewetnya orang tua atau berisiknya beberapa saudara.

Rumah itu yang membuat kita terasa seperti tertidur nyenyak setelah berjalan sangat jauh.

Rumah itu yang seperti peluk untuk raga yang nyaris ambruk.

Rumah itu yang harusnya seperti candu. Pulang adalah tujuan paling akhir, paling di nanti, merebahkan diri pada rangkulan keluarga.

Rumah itu yang tak hanya memberi ketenangan dan kesenangan tapi juga memberikan berisik yang tak pernah membuat kita merasa kesepian.

Mas Juna kira, dia telah memiliki rumah sempurna yang seperti itu. Rumah yang menjadi tujuannya pulang ketika lelah bekerja, melihat nyala televisi yang terdengar nyaring bersamaan dengan suara ribut adik-adiknya. Riuh yang membuat dadanya sangat lega.

Lalu ia mengingat-ingat kapan terakhir kali ia merasakan berisik itu?

Riuh akhir-akhir ini tak pernah membuat dadanya lega. Ramainya dunia luar akhir-akhir ini hanya membuat pikirannya seperti terbelenggu tali. Mas Juna tak pernah lagi merasakan nyenyaknya tidur, setiap dering nyaring telepon yang ia terima hanya akan membuat jantungnya bertalu cepat, membayangkan kabar apa yang akan dia dapat dari segenggam benda elektronik itu.

Semenjak kehilangan Evano, Mas Juna selalu tergesa-gesa berjalan, mencari kabar, bertanya kesana-kemari dengan tangan saling bertaut dingin.

Ia lantas membenci bagaimana dirinya kehilangan kendali, Mas Juna tak pernah lagi setenang dulu. Ia sering gelisah, gerak kakinya lebih banyak tergesa-gesa, kepalanya sering menunduk dan bibirnya tak banyak tersenyum, matanya tak lebih dari berkaca-kaca.

Seumur hidupnya, ia baru merasakan satu kali terjebak dalam perasaan panik dan gelisah yang membuatnya terasa ingin mati, saat ia melihat Riki harus koma beberapa hari.

Lalu yang kedua kalinya adalah hari ini, ada 20 panggilan tak terjawab dari Sandy, lalu 13 panggilan tak terjawab dari Daniel, puluhan spam chat dari Wahyu dan 2 panggilan tak terjawab juga dari Rendra.

Mas Juna yakin ada hal penting. Apalagi saat melihat pesan Rendra yang terakhir, "Mas, ke rumah sakit sekarang." Chat yang di sertai Share Location. Mas Juna kira, ia akan ke rumah sakit dimana Riki di rawat, mungkin ada hal baik atau justru buruk dari keadaan adiknya itu, meskipun sebelumnya Riki telah sadar, tapi ternyata Mas Juna baru menyadari bahwa rumah sakit yang di maksud Rendra bukan rumah sakit dimana Riki di rawat. Menyadari itu, hatinya amat gelisah.

Di lorong rumah sakit Mas Juna berjalan dengan tergesa, mencari ruang yang di maksud Rendra. Lalu setelah bertemu, Mas Juna di buat tertegun, ia melangkah pelan menatap beberapa polisi yang berjaga disana, sedangkan pada sudut bangku ada Rendra yang menelungkupkan kepalanya.

Badannya basah dan Kotor di beberapa bagian, "Rendra?" Mas Juna menghampirinya, dan alangkah terkejutnya ketika ia melihat Rendra menangis tersedu-sedu, badannya bergetar tak karuan. Sedangkan para polisi itu tak ada yang berniat menganggu.

"Dia-, dia pucet banget. Nggak ada detak nadinya, dia-" Tangisnya makin pilu. Pikiran Mas Juna melayang pada artikel yang ia baca dari chat Rendra sebelum ke sini, soal penemuan orang hanyut di pantai, yang sudah pasti Mas Juna menentukan titik temu.

Di dekapnya Rendra yang sangat hancur, "Evano...ketemu?" Tanya dengan hati-hati, Rendra mengangguk dalam tangisnya, lalu ia tahu apa yang terjadi, Evano... meninggal? Dan Mas Juna tak lagi menahan air matanya. Ia turut menangis sekeras-kerasnya, meskipun Mas Juna telah menyiapkan hati untuk menghadapi hari ini. Nyatanya ia tidak pernah bisa.

Kos Kencana Putra |Zerobaseone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang