ATMA 9

26 16 0
                                    

Holla Teman-teman, balik lagi di Tanah perlawanan 🤗

Maap yaahhh lama😅
Author nyari ide ampe kolong jembatan. Hehehe...

Okeh. Seperti biasa jangan lupa Vote, Ikuti, Dan komen👉

Kuy kita eksekusi ceritanya☺️

Okey Happy reading guys

*
*
*
*

Kita adalah Atma yang satu, luka mu milik kami. Jadi biarkan luka itu menjadi milik kita, meski bukan kami obatnya.

_Daini Nayaka Putri

09. LUKA RAHAYU

Matahari kini tepat berada di atas kepala, sepertinya matahari di hari ini tersenyum begitu lebar. Namun tidak dengan anak-anak Atma, yang kulitnya hampir terbakar karena panasnya udara hari itu. Semua tergeletak lemas di lantai, untuk sekedar mendapatkan efek dingin. Tidak dapat di pungkiri itu memang surga bagi sebagian orang.

Waktu terus berjalan, tapi sampai detik ini Rahayu belum juga menampakkan diri sejak pagi. Biasanya ia tidak pernah absen untuk hadir di sekretariat, entah sekedar bersua atau membaca buku. Daini yang sejak semalam sudah merasa khawatir, kini benar-benar yakin bahwa Rahayu sedang tidak baik-baik saja.

"Kenapa Kak Rahayu belum datang juga?" ucap Daini sambil terus memandangi pintu gerbang.

"Ia juga ya ... tumben. Bukannya Kak Rahayu harus latihan ya hari ini? Bahkan naskah yang di ketik Satya masih ada di rak buku," timpal Pelita.

"Emnnn... mungkin Kak Rahayu sedang sibuk. Apa kita antar naskahnya ke rumah Kak Rahayu saja, sekalian kita memastikan keadaannya. Dari semalam gelagat Kak Rahayu sudah aneh. Dia tidak bicara sepatah katapun sebelum pulang, biasanya juga dia pamitan ke kita, tapi semalam tidak."

"Ide bagus Daini! Ya sudah, ayo kita berangkat," ujar Safwa.

"Tunggu sebentar! Aku ambil naskahnya dulu, sekalian pamitan sama Kak Aqsa dan Kak Taufan,"  ucap Delisa.

"Ya sudah, kami tunggu di sini!"

Delisa pun mengambil naskah pidato yang nantinya akan di gunakan Rahayu dalam acara festival. Setelah masuk keruangan sekretariat, Delisa mendapati semuanya sedang tertidur pulas, ia memutuskan untuk tidak membangunkan mereka lalu segera kembali dengan membawa naskah itu.

"Sudah?" tanya Safwa.

"Iya sudah!" jawab Delisa.

"Kak Taufan sama yang lain tidak mau ikut?"

"Mereka sudah traveling ke alam mimpi, jadi aku tidak membangunkan mereka."

"Oh ... ya sudah, kita berangkat saja, nanti akan kita kabari mereka melalu telfon."

Delisa, Safwa, Pelita, Anala, Daini dan juga Skaya segera menuju ke rumah Rahayu dengan berjalan kaki, kebetulan rumah Rahayu tidak terlalu jauh dari Sekretariat mereka.

***

Setelah sampai di rumah Rahayu, mereka mendapati rumah itu tertutup namun tidak terkunci. Mereka sudah berulang kali mengetuk dan memberikan salam namun tidak ada jawaban dari dalam.

Tok... Tok... Tok...

"Assalamualaikum! Kak Rahayu!" ucap Delisa untuk yang kesekian kalinya.

"Kok tetap tidak ada jawaban? Kak Rahayu mungkin tidak ada di rumah," celetuk Daini.

𝐒𝐀𝐓𝐔 𝐀𝐓𝐌𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang