⚠️JANGAN LUPA DI VOTE YAH GUIS!!!
Happy Reading guys
*
*
*
*"Kamu adalah angka satu yang mampu menciptakan angka-angka selanjutnya. Tambah usaha, maka kamu akan berjaya."
_Daini Nayaka Putri
15. LEKAT
Setelah pidato Rahayu selesai, semua orang bertepuk tangan dengan meriah. Wajah Taufan dan yang lainnya seketika memancarkan kelegaan karena pidato itu berakhir dengan sangat baik bahkan jauh lebih baik dari yang mereka harapkan.
Saat turun dari atas panggung hingga menuju tempat duduknya, tepuk tangan itu masih terdengar begitu meriah, sepanjang Rahayu berjalan meninggalkan area panggung. Sorot mata penuh kekaguman melisankan pujian tak henti-hentinya pada gadis bernama lengkap Khania Anindya Rahayu itu.
Beberapa orang-orang besar seperti dosen, gubernur, bahkan pengamat politik, dan yang lainnya datang menghampiri Rahayu untuk sekedar berkenalan, foto bersama lalu mengungkapkan kekaguman mereka terhadap sosok gadis desa yang kepiawaiannya dalam berbicara jauh lebih sempurna dari apa yang mereka bayangkan.
"Selamat! Tadi penampilan anda sangat hebat," ucap salah seorang dosen dari kota itu.
"Terimakasih, Pak!" jawab Rahayu.
"Boleh saya mengambil gambar bersama anda?" tanyanya.
"Tentu saja, Pak. Dengan senang hati."
"Terimakasih."
"Sama-sama, Pak!"
Lalu orang berikutnya datang dan berkata, "Anda betul-betul, sangat berbakat!" ucap salah satu anggota dewan yang hadir pada acara tersebut.
"Terimakasih, Pak!" jawab Rahayu menyambut jabatan tangan orang tersebut.
Sorot kebanggaan tidak kalah besar dari yang kini di rasakan Taufan dan kawan-kawan. Rasa haru menyeruak kala Rahayu menghampiri mereka lalu memeluk satu persatu dari mereka.
"Keren," ucap Taufan dengan mata yang mulai berkaca.
"Makasih, Kak."
Entah mengapa hari itu untuk pertama kalinya Taufan menjatuhkan air matanya di depan anak-anak Atma. Meski sekuat apapun ia menahan air matanya, tetap saja mata itu mengeluakan air tanpa memperdulikan perintah dari empunya.
"Aaaaaa ... Kak Taufan, jgn sedih. Nanti aku ikut sedih," ucap Rahayu.
Taufan hanya tersenyum, kemudian menepuk-nepuk kepala Rahayu dengan air mata yang kini tak dapat lagi ia bendung. "Kak Taufan bangga sama kamu ... belajar terus yah, jangan terlena dengan semua pujian ini. Karena pada dasarnya pedang yang tajam juga bisa menjadi tumpul dan berkarat bila tidak dirawat. Maka dari itu kamu harus terus mengasah pedang itu agar tetap menjadi tajam," ucap Taufan.
Rahayu begitu teramat tersentuh dengan ucapan Taufan, yang sudah ia anggap sebagai seorang Kakak laki-laki yang selama ini selalu berusaha menjaganya dari luka. Sontak saja Rahayu tak dapat membendung air matanya. Langsung saja ia memeluk Taufan dengan tangis pecah yang tak mampu lagi ia tahan.
"Terimakasih Kak ... terimakasih atas semuanya. Atas pundak yang selalu menopang saya. Atas nasihat yang selalu menjadi kekuatan untuk saya. Ini semua berkat didikan Kak Taufan yang selalu memberikan pemikiran positif untuk saya. Terimakasih Kak, sudah menemani saya melewati jalan yang sulit ini," ucap Rahayu sambil sesenggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐀𝐓𝐔 𝐀𝐓𝐌𝐀
ActionTidak ada deskripsi, bagi narasi ilahi. Hari ini kita terbunuh namun hidup, hari ini kita hilang, namun tetap ada. Aku berteriak Tuhan mendengar, tapi manusia kehilangan penglihatannya. Hari ini aku menengadah dengan anak panah yang menancap di dad...