ATMA 16

31 12 0
                                    

OKEH GUY KITA LANJUT LAGI!

⚠️JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN GUYS!

MASA AKU UDAH CAPEK NULIS ENGGAK DI KASIH SEMANGAT SIH SAMA KALIAN😅

Ya udah yuk kita eksekusi!
 
Happy Reading guys!

*
*
*
*

"Uang tidak akan mengingatkan seseorang kepada saudara. Ia akan terus mengejarnya, meskipun harus menumpahkan Darah."

_Khailas Gentala Abisatya.

16. SIAPA PENGHIANAT ITU?

Selang beberapa menit di perjalanan, akhirnya mereka sampai juga di tempat penginapan. Kendaraan telah di parkir, dan taxsi yang mengantar Rahayu dan yang lainnya pun telah kembali.

Semua bersiap untuk segera istirahat. Duduk sebentar sambil menikmati kopi atau teh adalah tradisi anak Atma sebelum tidur.

"Bagaimana? Apa kita hubungi pak Kades lagi?" tanya Sultan sambil menyeruput segelas kopi di tangannya.

"Emnn ... iya, sebaiknya hubungi lagi pak Kades. Mungkin besok dia bisa membantu Fahman dan yang lainnya untuk menyisir lokasi di dekat pertambangan itu," ucap Taufan.

"Oke! Biar saya hubungi dulu ..." Sultan segera menghubungi pak Kades lagi, setelah kemarin sempat gagal karena kondisi jaringan handphone yang sedang tidak mendukung.

"Bagaimana?" tanya Aqsa.

"Tunggu, ini masih berdering ...."

Setelah beberapa detik berlalu, Akhirnya telepon itu di angkat juga.

"Sudah di angkat!" ujar Sultan.

"Sini biar saya yang bicara," ucap Taufan sambil mengulurkan tangannya.

"Ini ...."

Taufan segera merekatkan handphone itu ke telinganya kemudian berkata, " Assalamualaikum pak Kades! Ini saya Taufan."

"Waalaikumsalam. Iya Ada apa nak Taufan?" jawab pak Kades dari seberang sana.

"Begini pak saya ingin membicarakan hal penting kepada bapak!"

"Hal penting apa itu nak? Akan saya bantu bila itu memang memerlukan bantuan."

"Ini perihal tam--" Belum lagi Taufan meneruskan kalimatnya. Delisa tiba-tiba saja membekap mulutnya sehingga ia kesulitan untuk berbicara.

"Emmmmm ..." Taufan yang sudah tak dapat bicara akhirnya meletakkan ponsel itu di lantai.

"Ada apa nak Taufan? Saya tidak bisa mendengar suara nak Taufan dengan jelas," ucap Pak Kades dari dalam telepon itu.

"Apa-apaan ini, Delisa?" tanya Taufan setelah Delisa melepaskan bekapannya.

"Ia kamu kenapa Delisa? Ini bukan saatnya bermain-main," sambung Sultan.

Delisa bergegas mengambil ponsel yang sudah tergeletak di lantai itu kemudian memutuskan panggilan itu tanpa menghiraukan pertanyaan dari Taufan dan juga Sultan.

"Ada apa ini, Delisa? Kenapa kamu bersikap seperti ini?" tanya Kiara.

"Aku hanya ingin memperlihatkan, pesan yang baru saja dikirim dari nomor telepon Danuh, kepada kalian," ucap Delisa kemudian memperlihatkan pesan itu kepada Taufan.

𝐒𝐀𝐓𝐔 𝐀𝐓𝐌𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang