ATMA 28

11 0 0
                                    

⚠️JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA GUYSSS!

"Kita boleh tiada, kalau negara ini sudah bebas dan merdeka."

_TAUFAN DARU AKSANA

28. PENCARIAN SRIKANDI ATMA

Setelah sampai di penginapan Taufan yang lainnya bergegas membuka laptop milik Delisa. Benar saja aplikasi buatan Delisa itu bisa melacak posisi semua Anak-anak Atma.

"Alhamdulillah, untung Delisa membuat aplikasi ini," ucap Aqsa legah.

"Kalau begitu, ayo segera cek dimana keberadaan Delisa dan yang lainnya lewat ponsel mereka berlima!" ucap Taufan.

"Baik, Pak Ketum!" Aqsa segera membuka aplikasi itu lalu mencari dimana posisi Delisa dan yang lainnya sekarang.

Kini Aqsa mulai mencari keberadaan Delisa dan yang lainnya, setelah beberapa menit kemudian ia akhirnya menemukan titik lokasi tempat Delisa dan yang lainnya lewat ponsel mereka berlima.

"Jalan Chandradimuka! Mereka ada disekitar jalan Chandradimuka," ucap Aqsa.

"Okeh. Karena kita sudah menemukan posisi mereka, sekarang kita harus bergegas menuju tempat itu!" sambung Taufan.

"Ya sudah ayo kita segera pergi, Pak Ketum. Saya sudah tidak sabar memberi pelajaran kepada para penculik itu," ucap Anantara sambil meregangkan otot-otot tangannya.

"Ayo Pak Ketum!" Dengan terburu-buru Aqsa mengambil kunci motor dan juga jaketnya bersiap menemui para pelaku penculikan itu.

"Baik! Beberapa laki-laki harus tinggal disini untuk menjaga Dokter Kiara dan yang lainnya. Yang akan pergi hanya saya, Aqsa, Sultan, Fahman, Seggaf, Anantara, Khailas dan Ghani.  Sisanya berjaga-jaga disini." Taufan kemudian beranjak dari tempat duduknya lalu mengambil jaket dan juga kunci motor milik.

"Hati-hati, Kak Taufan!" ucap Kiara dengan wajah penuh kekhawatiran.

Tidak ada jawaban dari Taufan, ia hanya menatap mata dokter cantik itu dengan begitu dalam seakan ia tengah berkata bahwa ia akan baik-baik saja. Dokter cantik itupun seakan telah memahami maksud dari pandangan itu, lalu melempar senyum simpul sebagai tanda bahwa ia percaya orang yang ia kasihi itu akan baik-baik saja.

"Ya sudah ayo, Pak Ketum. Kita harus segera pergi!" ucap Seggaf.

"Ya sudah. Ayo! Assalamualaikum semua!" ucap Taufan kemudian meninggalkan penginapan itu bersama yang lainnya.

****

Kendaraan para Anak Atma itu melaju disepanjang jalan. Terlihat sudut mata Aqsa mulai memerah. Dalam laju kendaraannya, ingatan tentang Delisa mulai menyeruak dalam ingatannya hingga tanpa sadar air mata laki-laki dengan julukan singa podium Atma itu jatuh, tanpa ia sadari.

Ya Delisa bukan hanya anggota organisasi untuk Aqsa. Baginya gadis mungil dan cerewet itu sudah seperti adik kandungnya. Betapapun menjengkelkannya sikap Delisa yang selalu memarahinya dan membuat image Singa Atmanya itu tidak berarti apa-apa, tetap saja gadis itu memiliki posisi penting didalam hatinya, bahkan warna yang diberikan gadis cerewet itu sudah terlalu banyak hingga warna hitam tidak akan bisa menenggelamkannya.

"Dih, Bang Aqsa cengeng!"

"BANG AQSAAAA!!! AWAS YA."

Entah apa yang terjadi, suara cempreng Delisa ketika meneriakinya tiba-tiba muncul seakan itu nyata dalam pendengarannya. Aqsa tiba-tiba saja tertawa kecil lalu berkata, "Dasar Bocil! Awas  saja kalau tangan mungilnya itu tidak bisa memukuli preman-preman itu!" gumamnya, lalu menghapus air matanya, kemudian memacu dengan laju kendaraannya.

𝐒𝐀𝐓𝐔 𝐀𝐓𝐌𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang