ATMA 12

22 11 0
                                    

"Aku adalah pemanah, dan aku juga adalah busurnya..."

_Danuh

12. DANUH?

Setelah berbagai macam drama di perjalanan, akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan. Kini mobil itu berhenti disalah satu penginapan sederhana dikota itu, di susul dengan Aqsa dan kawan-kawan yang baru saja tiba.

"Ahhhh ya Tuhaaan .... akhirnya sampai juga," ucap Delisa dengan langkah yang sempoyongan.

"Ada apa lagi dengan bocah kematian ini?" tanya Aqsa sambil terkekeh.

"Biasa, mabuk darat ... sampai lima kantong tadi," jawab Taufan meledek.

"Apa Abang bilang, Sa! Kamu itu tidak usah ikut. Untung mobilnya tidak ternodai."

Delisa menarik nafas panjang kemudian berkata, "Bang Aqsa beruntung, saat ini aku sedang lemas. Kalau tidak ... Bang Aqsa akan tau akibatnya,"

"Nah! Bersangkutan dengan ancaman Delisa itu, saya juga ingin melaporkan kepada Aqsa selaku ketua DPO tentang perilaku saudari Delisa terhadap saya," timpal Taufan.

"Wah, apa itu Pak Ketum? Bocil kemusyrikan ini melakukan tindak pidana apa lagi?" tanya Aqsa sambil menahan tawa.

"Masa saya di geplak! Bayangkan Aqsa, sampai miring loh kopiah saya."

Sontak saja Aqsa dan yang lainnya tertawa mendengar penuturan Taufan yang baru pertama kali mendapat jatah pukulan dari Delisa.

"Hahahaha ... wah ini sih sudah keterlaluan, kalau begini ketua DPO harus melakukan sidang ini. Masa ketua umum di bantai juga sama bocil satu ini," ucap Aqsa sambil meletakkan tangannya keatas kepala Delisa yang tingginya bahkan tidak sampai sebahunya.

"Setuju!" ucap Taufan.

"Ihhh berat tahu!" ucap Delisa sambil menyingkirkan tangan Aqsa yang masih bertengger di atas kepalanya.

"Dih ... galak amat!"

"Makannya sholat tobat!" celetuk Delisa.

"Astaghfirullah! Memangnya tangan Abang berat gara-gara dosa!"

"Itu tahu!"

"Hahahaha," gelak Taufan dan yang lainnya.

"Ya Allah, begini amat punya adek ... ya sudah, ayo kita masuk! Kita istirahat dulu baru berangkat ketempat acara. Tadi panitia acara baru memberi kabar, kalau acaranya dimulai setelah isya. Jadi kita bisa istirahat dulu," ucap Aqsa.

"Begitu lebih baik," ucap Safitra.

Aqsa dan teman-teman kemudian masuk kedalam rumah untuk beristirahat. Masing-masing dari mereka mengambil tempat merebahkan tubuhnya untuk sekedar mendapatkan sedikit kenyamanan setelah seharian duduk di atas kendaraan.

Belum berapa menit Delisa merebahkan tubuhnya di lantai itu, tiba-tiba saja dia dikagetkan dengan bunyi notifikasi dari handphonenya. Ada pesan masuk melalui aplikasi WhatsApp dari nomer yang tidak di kenali. Karena merasa penasaran Delisa pun segera membuka isi dari pesan berbentuk video itu.

"Apa ini?!" ucapnya sambil menekan layar ponselnya untuk memutar Video tersebut.

"Delisa Nayanika Putri. Perkenalkan, saya Danuh. Saya adalah pemanah dan saya juga adalah busurnya. Siapa saya, dan dari mana saya mendapat nomor telepon ini itu tidak penting, yang jelas saya ingin memberikan informasi penting mengenai Keluarga Rahman ..."  ucap sosok dalam video itu.

Mendengar penuturan laki-laki misterius itu, sontak saja Delisa kaget. Dalam keadaan panik itu Delisa langsung saja memanggil Taufan dan yang lainnya.

"KAK TAUFAN! BANG AQSA! CEPAT KE SINI!" teriak Delisa.

𝐒𝐀𝐓𝐔 𝐀𝐓𝐌𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang