ATMA 29

3 0 0
                                    

HALLO GUYS, BALIK LAGI DITANAH PERLAWANAN. ADA YANG RINDU NGGAK NIEH😅
MAAF YA LAMA UPDATE, BISA PENYAKITNYA KUMAT.

Okeh guys, tanpa berlama-lama ayo kita eksekusi!

⚠️JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA GUYSSS!

"Mati itu takdir, tapi dia bukan akhir. Kalau hari ini mati menjadi takdir kita, maka ini bukan akhir dari segalanya. Karena yang api yang membakar, akan padam bersama apa yang ia bakar."

_Safwa Arasya Anindita.

29. PENGHINAAN KEPADA SANG SAKA MERAH PUTIH.

Suasana kian memanas. Adu mulut antara lima Srikandi Atma dan Mr. Robert belum juga usai. Nampak laki-laki asing itu sudah begitu marah.

"Kalian berlima akan mendapatkan balasan setimpal atas penghinaan ini!" Ancam Mr. Robet.

Mendengar ucapan itu Delisa seketika tergelak hingga membuat Mr. Robert menjadi bingung apa yang lucu dari ucapannya, hingga membuat gadis itu tertawa dengan keras.

"Anda ini pengusaha atau pelawak Mr. Robert!"

"Apa maksud kamu?!"

"Hahahaha ... maksud saya, penghinaan itu tidak berlaku untuk orang hina seperti Anda. Orang seperti Anda memang pantas dihina," ucap Delisa sambil terus tergelak.

Kali Mr. Robert tidak terlihat marah diapun hanya terkekeh, lalu berjalan maju kearah Delisa. "Oh begitu ... Bagas!" Panggil Mr. Robet kepada salah satu anak buahnya.

"Iya, Pak!"

"Tolong ambilkan saya pisau saya yang ada didalam mobil!"

Pesuruh itupun mengambilkan sebuah pisau lipat, lalu memberikannya kepada Mr. Robert Van Houten.

"Ini, Pak!"

"Kamu boleh kembali!" Laki-laki itu mulai memainkan pisau itu dengan tangannya, entah apa yang akan ia lakukan dengan pisau itu.

"Apa yang ingin Anda lakukan Mr. Robet?!" tanya Safwa meninggikan suaranya.

"Shutt!" ucap Mr. Robet sambil menempelkan jari telunjuknya ke bibir. "Tidak ada! Saya hanya kasihan pada pisau ini. Dia pasti sangat haus. Kalau saya tidak salah ingat, dia terakhir meminum darah sepuluh tahun yang lalu," lanjutnya dengan senyuman misterius, sambil terus mengelus mata pisau itu.

Deg!

Daini yang sedari tadi mendengarkan, seketika termangu mendengar penuturan Mr. Robet Van Houten tadi.

"Apa maksudnya sepuluh tahun yang lalu? Apa mungkin dia juga pelaku pembunuhan keluarga Aktivis Sakha Adhitya Buana sepuluh tahun yang lalu?" Batin Daini.

"Maksud Anda?!" tanya Delisa.

"Anda hebat kan, mencari indentitas saya. Jadi untuk kali ini carilah lagi, kalau kamu bisa!" kekeh Mr. Robert.

Laki-laki itu berdiri tepat didepan Delisa. Ia memperbaiki jas kemudian menggulung bagian lengannya, lalu beranjak ke belakang Delisa.

"APA YANG AKAN KAMU LAKUKAN KEPADA KAKAK SAYA MR. ROBERT?!" teriak Daini.

"Tenang, Nona! Saya hanya ingin melepaskan tali ikatannya. Pasti sangat sakitkan, Delisa!" Laki-laki itu  dengan kuat mengiris tali yang mengikat tangan Delisa hingga merobek sedikit pergelangan tangan gadis itu.

"Akhhh ..." pekik Delisa. Darah segar mengalir membasahi lantai penuh debu itu. Delisa hanya mampu menutup mata sambil menahan perihnya luka sayatan itu.

𝐒𝐀𝐓𝐔 𝐀𝐓𝐌𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang