Bab 17

16.9K 569 11
                                    


༶•┈┈⛧┈♛

" MAMA CELLYN KANGEN ! ", teriak Cellyn begitu memasuki mansion Moretti.

" ANAK TIKUS MAMA AKHIRNYA KAMU KELUAR DARI KANDANG SINGA HIKS ", dramatis Mama Cellyn melihat kehadiran anak semata wayangnya.

Kedua ibu dan anak itu saling berpelukan sambil melepas rindu satu sama lain.

" Kamu masih utuh kan nak ? gak ada bagian tubuh yang hilang kan ? ", tanya Mama Cellyn melepas pelukan, sambil memutar-mutar tubuh anaknya.

" Udah Ma, Cellyn pusing ", kesal Cellyn.

" Semua anggota tubuh kamu masih nempel di tempat, syukurlah ", lega Mama Cellyn.

" Ma aku baru pulang dari rumah tunangan aku Ma, bukannya medan perang, aneh deh ", bingung Cellyn.

" Kamu masih kecil mana tahu, udah mending kamu masuk istirahat ", usir Mama Cellyn halus.

Cellyn yang pada dasarnya ingin me time dengan kasurnya, bergegas naik ke atas.

Brug

Cellyn menjatuhkan tubuh mungilnya di atas kasur, begitu sampai pada kamar bernuansa putih dengan gradasi violet.

Mata lentiknya terpenjam dalam sekejap, namun beberapa detik kemudian netra hitamnya kembali terbuka.

Mata yang baru saja menunjukkan binar penuh kebahagiaan di bawah, kini berubah tajam dan dingin.

Badan Cellyn kembali tegak, tangannya menarik sebuah laptop di atas nakas kamar tidurnya.

Membuka laptop di hadapannya dengan serius. Jari-jemari lentik Cellyn bergerak lincah di atas keyboard.

Kelereng hitamnya menatap dengan intens setiap bait tulisan yang terpampang pada layar laptop.

" Ketemu ! ", akhirnya.

" Gue baru tahu kalau Sofia ternyata anak kedua dari keluarga Kellard ", gumam Cellyn.

" Keluarga yang bergerak di bidang kuliner dan sayangnya usaha mereka cukup sukses di negara B ", bacanya perlahan.

" Oh dan ada fakta menarik lainnya, ternyata Sofia adalah anak kesayangan mereka yang hilang, bahkan saat ini Sofia sendiri tidak tahu siapa keluarga aslinya "

" Menarik, setahu gue Sofia saat ini di asuh oleh keluarga yang biasa-biasa saja, dan faktor itu yang memicu Sofia untuk memanjat kelas sosial melalui gue dan tentunya Chris "

Cellyn terdiam cukup lama, raut wajahnya semakin datar seiring berjalannya waktu.

Berselang beberapa menit senyum lebar terbit pada bibir merahnya. Tangan mungil Cellyn menyugar rambutnya kasar, entah kenapa menambah kesan seksi pada dirinya.

" Kalau gue sedikit bermain dengan keluarga ini gak masalah kan ? dengan mengantongi kartu as, bukankah semua akan semakin mudah ? ", seringai Cellyn.

Tringg

" Halo Om Dean, gimana sama informasi yang udah gue kasih ? ", tanya Cellyn mengangkat telepon.

Second Chance (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang