Bab 20

14.1K 525 7
                                    


༶•┈┈⛧┈♛

" Semakin lama lo buat gue tambah tertarik Cellyn ", gumam seorang pria yang sedang duduk di atas brankar rumah sakit.

" Gue ngerasa ada yang aneh, perubahan lo terkesan terlalu mendadak kan ? ", ucapnya dengan raut serius.

" Dan lebih gilanya, gue malah semakin terobsesi untuk milikin lo Cellyn ", senyumnya lebar.

" Sofia, terimakasih lo udah mau jadi batu loncatan rencana gue, dengan begitu gue bisa lihat sisi Cellyn yang lain ", tangan kekarnya mengelus sebuah cincin yang terpasang pada jari manisnya.

" Mungkin untuk sementara gue tunda dulu rencana itu, dan fokus dapat kepercayaan Cellyn lagi ", alihnya menatap layar ponsel yang menampilkan foto Cellyn.

" Cellyn sayang, lo gak akan bisa pergi terlalu jauh dari gue, karena saat seorang Adderson menargetkan sesuatu maka jangan harap lo bisa lepas ", smirknya mengelus layar ponselnya penuh ambisi.

Namun tak berselang lama senyum itu mulai sedikit meluntur, mata yang tadinya menatap intens barang mati dalam genggamannya, tiba-tiba berubah sayu.

" Hoam kenapa gue jadi ngantuk ya ? ", tanyanya bingung, sambil mengucek mata pelan.

Lambat taun netra kecoklatannya mulai menutup, menarik paksa kesadaran dari pemuda tersebut.

" Perlu gue suntik mati gak sih nih orang ? ", tanya seorang gadis menggunakan baju perawat.

" Jangan gegabah Desi, selesaikan dulu tugas dari Nona ", tenang seorang pemuda di sampingnya dengan wajah lelah.

" Minimal gue tonjok dulu lah wajah sok cool bajingan satu ini Dean ", geram Desi.

Kedua orang yang sedang beradu argumen itu adalah Dean dan Desi. Mereka sedari tadi sibuk memantau gerak-gerik Chris yang sedang asik dalam dunianya.

Perlu kalian ketahui bahwa Desi sudah sangat berusaha untuk menahan dirinya agar tidak sampai menerjang wajah tengil Chris.

Bahkan Dean harus rela menjadikan bajunya korban atas keganasan Desi yang memiliki kesabaran setipis tisu di belah tujuh.

' Poor Dean '

" Jangan bikin ulah deh, capek gue ngurus monyet hilang kek lo ", tunjuk Dean kesal.

" Bodoamat sama monyet, yang penting gue bisa nonjok bedebah ini ", emosi Desi menarik lengan bajunya sampai ke siku dan--

Bughh

" Desi lo jangan srampangan ", tarik Dean meringkus tangan Desi yang dengan ringannya mendaratkan pukulan mulus pada pipi putih Chris.

" Lepasin ", brutal Desi.

" Gak, nanti abis muka nih orang lo tonjok ", desis Dean menangani kebrutalan Desi.

" Gak bakal gue udah puas, cepet lepasin ", sentak Desi kuat, membuat kuncian tangan Dean terlepas.

Dean mengerjapkan matanya cepat, melihat seberapa kuat tenaga dari gadis mungil di sampingnya.

Second Chance (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang