Takut Diwarnai Kembali dengan Mendung yang Tidak Berujung

87 10 31
                                    

P E N U M B R A 💫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

P E N U M B R A 💫

/flashback/

Jangan, deh sekali-kali mencoba menyepelekan perasaan seseorang, apalagi jika sang pemiliknya sudah menganggap perasaan tersebut sangat besar dan tidak terbatas. Siap-siap, kamu bakalan dirundung seluruh dunia oleh kelakukanmu sendiri. Ya, seharusnya begitu, tapi pada dasarnya manusia, kalau dia tidak merasakan perasaan itu, mana tahu kalau perasaan orang lain akan sangat besar.

Letupan kecil dari permen karet yang ia gigit-gigit di dalam mulutnya menjadi salah satu kegiatan yang sedang ia lakukan selepas jam pulang sekolah berdering nyaring. Bola basket menjadi benda pertama yang direnggutnya, dan ia mainkan dengan jemari-jemarinya.

Kakinya yang meluncur menggantung ke bawah, ia ayunkan ke depan dan ke belakang, sembari memperhatikan ramai dari mereka yang terburu-buru kembali ke rumah. Bukan, sih, sebenarnya Ahn Yoongi lebih memilih terpaku pada gadis yang tengah menunggu seseorang di gerbang sekolah dengan wajah yang tampak gelisah.

"Rin, memangnya si Jun setampan itu, ya?"

Yoongi berangsur mengajukan pertanyaan pada gadis yang tengah meletupkan permen karet di sebelahnya. Sedangkan Rin, gadis bersurai panjang sepinggang tampak berpikir sejenak.

"Maksudmu Lim Jun dari kelas tiga?" tanya Rin. Sedang Yoongi meliriknya sebentar, lalu mengangguk-anggukan kepala, seolah tanda paham.

"Ah, jadi nama lengkapnya Lim Jun. Eoh, dia .. apa dia sangat tampan?"

Yoongi berusaha menyatu tepat pada gadis yang sibuk berpikir, dan menganyunkan kedua kakinya. Hingga Yoongi berangsur mendapatkan anggukan penuh dari 'kekasihnya'--atau sebenarnya bukan.

"Ya, dia sangat tampan. Kau, kan tahu sendiri kalau dia populer di sekolah."

Rin berakhir melirik laki-laki yang wajahnya sudah berubah kusut, seolah dia tidak terima dengan jawaban gadis di sebelahnya.

"Tcih! Aku lebih tampan daripada dia," tungkas anak laki-laki itu. Sementara Rin memilih tertawa kencang, bahkan sampai menepuk-nepuk pahanya sendiri.

"Kenapa, sih? Sepertinya kau sangat tidak terima begitu?" tanya Rin, penasaran.

Bumbung pertanyaan yang terdengar itu, tak sadar membuat Yoongi lantas terdiam. Ia yang tengah terduduk di sebuah kursi cukup tinggi sebelah area lapang basket yang mengarah tepat ke gerbang sekolah hanya terus meletupkan permen karet di dalam mulutnya.

Sampai di mana, kala pemandangan yang sedari tadi diperhatikannya mulai menemukan hasil, saat gadis bernama Youra itu terlihat sumringah kala memberikan paper bag berwarna cokelat dengan gambar teddy bear pada seorang senior, Yoongi menarik tipis bibirnya.

"Aku hanya membencinya. Aku membencinya dengan seluruh kesempurnaan yang dimilikinya. Sampai aku membencinya saat dia harus tersenyum bukan kepadaku."

Yoongi beralih melirik Rin yang memilih terpaku bingung dengan jawaban tidak biasa atas pertanyaannya. Hingga Rin tampak menatap lebih dalam pada laki-laki yang kini terlihat menyeringai, seperti dia sedang marah--marah pada satu alasan yang sebenarnya tidak ada. Rin mengerti.

Penumbra || Min Yoongi FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang