P E N U M B R A💫
Getir konektivitas antara bumbung harapan dan putus asa menjadi sebuah padu yang menyayat sumur paling dangkal di dalam sana. Menggerus lamun pada beragam hal yang sudah dilewati, bak kengerian tidak berujung sampai hari ini. Pengar kepala sudah meronta-ronta, tapi tidak menuju hasil yang memuaskan. Ahn Yoongi hanya sanggup mengungsi di pangkalan pasrah yang tidak berarti sama sekali.
"Aku bertanya sekali lagi padamu, kak, apa kau serius menyukai Kak Youra?"
Junjung pertanyaan lantas menoreh di kedua rungunya. Segenggam kopi kemasan di tangannya telah tidak tersentuh sejak ia membelinya dalam kurun waktu satu menit lalu. Berdiri menyapa hening di depan supermarket dengan pegawai paling dibencinya, Yoongi segan memberi jawaban pada pertanyaan adiknya.
Vyn sedari tadi menyalurkan seluruh fokusnya pada kakak laki-laki yang level menyebalkannya sudah di tahap gila.
Hingga di mana, Ahn Yoongi memberanikan diri untuk menyesap kopi kemasannya, dan melayangkan ucapannya, tanpa berniat menatap pada si lawan.
"Sepertinya begitu."
"Kau bercanda, kan."
Kesannya Vyn sudah kelewat jengah. Kekehan tidak percaya menjadi ujung kalimatnya. Ia lantas melakukan hal yang sama pada minuman bersodanya. Setelah di rasa habis isinya, Vyn melemparkan kemasan tersebut pada tempat sampah yang tersedia di samping supermarket.
"Sudahlah, kak. Kakak tidak perlu memikirkan kelakuan ayah. Bukankah sejak awal juga kakak tidak peduli pada permasalahan ayah dan ibu, walaupun kakak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. Lupakan saja semuanya yang berkaitan dengan pernikahan dan perusahaan. Kakak tidak boleh mengorbankan siapa pun di sini, terutama perasaan kakak sendiri."
Tidak dipungkiri, keamanan hati dan pikirannya sebenarnya sudah porak-poranda sejak mengawali hari, sampai menuju akhir. Yoongi lebih gelisah ketimbang apa pun yang ada di dunia ini. Terutama pada dirinya sendiri dan tentu gadis itu.
Sentuhan yang masih terasa di ujung bibirnya, terasa menyedihkan. Yoongi berangsur menghela napas. Ia melirik sekilas pada keberadaan adiknya yang memutuskan untuk meraih beberapa langkah ke depan sana, barangkali menuju kendaraan yang terparkir.
"Vyn!" seru Yoongi.
Sang pemilik nama lantas menghentikan tungkainya, dan memutuskan menoleh pada kakaknya yang masih berada di titik yang sama.
Atensi tersebut mengemas singgasana paling serius yang didapatkan oleh Vyn. Kakaknya menatapnya dengan tenang, namun sanggup mengibarkan ketegangan sekitar.
"Vyn, kau boleh mengatakan aku berengsek. Tapi, daripada itu aku lebih peduli pada ibuku ketimbang diriku sendiri dan seluruh perasaanku. Aku tahu kalau Seo Youra menyukaiku sejak kelas satu SMA, bahkan sampai hari ini. Jadi, mungkin yang bisa kuajak kerja sama hanya dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Penumbra || Min Yoongi Fanfiction
Fiksi PenggemarKalau menurut Yoongi, daripada memilih menjadi bayangan kabur alias penumbra di sebuah gerhana, lebih baik dia menjadi umbra yang jelas terlihat. Tapi, itu hanya awalnya, karena pada akhirnya penumbra memang pilihan terbaik. Kalau menurut Youra, dia...