P E N U M B R A💫
Dua minggu yang lalu..
Bak rentetan kaset yang kusut nan rusak, gulir ingatan terhadap apa yang ia katakan, Yoongi mesti berakhir uring-uringan. Kesal seolah sudah tak tahu kapan waktunya untuk melipir.
Terbaring menyedihkan di sebuah tempat tidur adalah rutinitas paling mutlak yang tengah ia jalani.
Apa-apaan katanya ... Boleh menyukai orang lain? Persetan! Persetan! Persetan! Orang gila mana yang menjawabnya dengan maksud menyetujui, hah?!
"Cepat keluar dari tempat tidurmu, sialan! Kau sampai dua hari tidak masuk kerja hanya karena kau menjawab 'iya, kau boleh menyukai orang lain'."
Tubuhnya berusaha diseret kasar oleh makhluk yang pagi-pagi buta sudah berkunjung ke kamar tidurnya. Yoongi yang membelakangi sahabatnya, hanya terus memandangi kosong sebuah jendela di sana yang tampak bercahaya cerah oleh pujangga fajar. Barangkali hari Minggu menjadi hari yang indah, sayangnya Yoongi menolak.
"Ya! Ahn Yoongi!"
Jin sampai menyerah karena presensi yang meringkuk, bahkan tidak mau melihat ke arahnya. Jin mendengkus sebal. Ia sampai menggertak karena merasa marah atas reaksi temannya yang berlebihan.
"Begitu saja kau sudah merasa seperti hari akan kiamat. Kalau begitu, tarik ucapanmu, dan katakan padanya bahwa kau menyukainya, mencintainya sangat teramat hebat. Katakan itu, sialan! Bukannya diam mengurung diri seperti ini." Jin sudah mencecar habis-habisan pria dengan pakaian piyama birunya itu.
Sementara, Yoongi yang mendapatkan kemarahan dari temannya. Sejenak merenung. "Kau tidak tahu rasanya jadi aku, Jin."
"Persetan! Kau malu karena dia melihat kelemahanmu pada saat SMP? Ya! Dia bisa jadi lupa dengan pertemuannya denganmu. Kau terlalu overthinking, Yoon."
Yoongi kembali bersemayam dengan pikirannya. Ia semakin menarik dirinya untuk meringkuk sedih, bak lilitan hutangnya sudah sampai ujung dunia. Jin yang melihatnya seperti itu, mulai naik darah. Tangannya kembali merenggut pakaian milik Yoongi, dan berusaha menarik tubuh itu untuk setidaknya menoleh.
"Ahn Yoongi!" Jin memekik, sanggup menaikan jiwa kosong yang saat ini sudah terduduk di hadapannya.
Kepalanya menunduk, pundaknya kelewat lemas. Hingga, Jin melayangkan sebuah tamparan mengenai pipi kanan milik temannya itu. Kedengarannya sangat nyaring. Bekasnya tampak merah menyala.
"Bangsat!" Yoongi mengumpat. Ia menyentuh pipi tersebut, dan menatap nyalang Kim Jin yang malah tersenyum seperti penjahat.
Jin beralih menyilang pinggang. "Yoon, memangnya kau percaya kalau Youra akan menyukai orang lain? Kau tahu dia menyukaimu, dan kau menyukainya, kenapa kalian tidak saling mengungkapkan? Hal semudah itu, menjadi sulit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Penumbra || Min Yoongi Fanfiction
FanfictionKalau menurut Yoongi, daripada memilih menjadi bayangan kabur alias penumbra di sebuah gerhana, lebih baik dia menjadi umbra yang jelas terlihat. Tapi, itu hanya awalnya, karena pada akhirnya penumbra memang pilihan terbaik. Kalau menurut Youra, dia...