P E N U M B R A 💫
Entah sudah berapa kali aku menghembuskan napasku di pertengahan hiruk pikuk jam istirahat yang ramai. Langkahku hanya perlahan menempuh antrian tidak terlalu panjang untuk mengais menu makan siang yang bagiku sedang tampak tidak menggoda sama sekali. Aku ingin mengembalikan diriku seperti semula, tapi kenapa rasanya sulit. Sungguh aku kesal sekali.
"Youra, kau baik-baik saja?"
Aku tersadar sesaat di kala aku melamun untuk beberapa menit. Aku sanggup mendengar suara lembut yang berada di belakangku. Aku tidak tahu bagaimana ekspresinya, tapi mungkin Senior Wendy memang mengkhawatirkanku. Aku sempat meliriknya kecil, kemudian mengangguk dan tersenyum.
"Eoh. Aku sangat baik, Senior," ujarku, sembari melangkah ke depan sana, dan menyodorkan tray foodku untuk mendapatkan makan siang.
Aku memutuskan untuk menemani Senior Wendy melakukan jam istirahat karena dia masih meraba-raba terhadap tempat yang akan menjadi sebuah naungan ke dua. Tidak hanya aku, tapi Senior Luna dan Lycia juga berada di sekitar kami.
Terkadang satu sisiku yang lain sedikit menolak keberadaan Senior Wendy, tapi sisiku yang lain adalah aku ingin membantunya karena aku tahu bagaimana rasanya menjadi pegawai di hari pertama yang membingungkan.
Setelah kami mendapatkan makan siang yang seharusnya tampak mengugah selera, kami berempat beralih menuju tempat duduk di pojok sana. Kala melintas beberapa meja, aku tak sengaja menemukan keberadaan Pak Jin yang tengah menghabiskan makan siangnya, sembari melakukan konversasi dengan kepala keuangan. Tak sadar, aku bertanya pada diriku sendiri mengenai Pak Yoongi. Entahlah, apakah mereka sudah bertemu atau belum.
"Youra, serius kau tidak tahu di mana Pak Yoongi?"
Kala membentang pada lamunanku yang kosong, aku lantas beralih melirik Senior Luna yang tengah menyeret kursi dan mendudukan bokongnya di sana. Aku yang melakukan hal sama, menganggukan kepalaku, terduduk di hadapan Lycia dan Senior Luna, sementara Senior Wendy berada di sebelahku.
"Aku tidak tahu, Senior," jawabku, tanpa berniat menatap lebih lama Senior Luna di sana. Aku hanya berusaha merenggut alat makanku.
"Apa dia melarikan diri setelah membuatmu menangis, Youra?"
"Eh?" Aku membelak gelisah ketika Senior Luna mengungkapkan celetukan yang membuatku terkejut. Bahkan, nasi yang seharusnya lekas masuk ke dalam mulutku, hanya terdiam mematung seolah ikut kebingungan. Sementara Senior Luna dengan santai menyuapi dirinya sendiri, sembari tersenyum kecil ke arahku.
"Kau menangis, kan?" Senior Luna melirikku. Alat makannya bergerak menunjuk-nunjuk diriku. "Kau pergi bersama Pak Yoongi, dan setelah itu kau kembali sendirian dengan wajah membengkakmu itu. Memangnya siapa yang tidak akan berpikir kalau kau tidak menangis."
Demi Tuhan, aku kehilangan suaraku kala dengan mudahnya Senior Luna mengatakan sesuatu yang tidak terpikirkan olehku sama sekali. Aku beralih berkelana pada Lycia yang hanya menganggukan kepalanya seperti pajangan kucing. Aku juga melirik singkat Senior Wendy yang memilih fokus menghabiskan santapannya. Sebenarnya, aku merasa tidak nyaman dengan Senior Wendy. Aku khawatir dia akan berpikir yang tidak-tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penumbra || Min Yoongi Fanfiction
FanfictionKalau menurut Yoongi, daripada memilih menjadi bayangan kabur alias penumbra di sebuah gerhana, lebih baik dia menjadi umbra yang jelas terlihat. Tapi, itu hanya awalnya, karena pada akhirnya penumbra memang pilihan terbaik. Kalau menurut Youra, dia...