P E N U M B R A💫
Aku sesungguhnya sudah kehilangan cara untuk tetap terjaga waras. Kepungan pedar jantungku yang berdegup, kurasa aku terang-terangan menikmatinya.
Aku yang segan berpikir sehat, lama kelamaan aku seperti hilang akal. Kedua tanganku tak mau lepas dari caraku menutup mulut perihal terkejut hebat. Papan pintu ruangan yang menjadi sandaran punggungku saat ini, terasa dingin karena sekujur presensiku benar-benar membeku. Apalagi dengan sesosok laki-laki yang tampak mengkhawatirkanku di sana.
Vyn menatapku kuat-kuat. Sementara, aku kelabakan sendiri dengan rentetan kisah menarik yang baru saja kudengar tanpa sengaja. Aku panik. Aku sangat panik.
Kusadari kalau Vyn berangsur melangkah mendekatiku, sedangkan aku lantas menahannya.
"Tunggu sebentar, Vyn," pintaku, menginterupsi dengan satu tanganku yang terangkat.
Aku sejenak terpejam, berkomat-kamit meluapkan mantra yang setidaknya akan sanggup menenangkan diriku. Hingga satu napas kutelan dengan sangat kuat, kemudian kuhempaskan secara bertahap.
Sampai di mana, aku membuka perlahan pandanganku, dan aku menemukan keberadaan Pak Jin yang melihatku dengan tenang. Dia tampak berdiri di sebelah Vyn, seolah tahu dan mengerti bahwa barangkali aku benar-benar sangat terkejut.
"Youra, kau mendengarnya?"
Kulihat kalau Pak Jin berniat mendekati keberadaanku. Lantunan beritonnya yang pelan, sanggup menusuk keras diriku seutuhnya. Tapi, aku memilih terdiam dan menunduk. Aku kebingungan. Akal sehatku seolah berlarian, membuatku berakhir hilang sendirian.
"Kak, kalau kakak berniat mengarang dengan cerita yang tidak masuk akal, aku berpikir aku akan benar-benar membenci kakak."
Tiba-tiba saja, Vyn terdengar melangsungkan sanggahannya. Dia bahkan memilih cepat meraih pergelangan tanganku, aku melihat ke arahnya. Tampang Vyn sangat marah. Atensinya yang seringkali kulihat begitu hangat, mendadak keruh karena luapan emosinya.
Pandangannya menajam, barangkali siap menelan Pak Jin hidup-hidup. Sesekali aku juga melihat keberadaan pria yang hanya mampu menghela napas. Tak kalah menunjukkan atensi yang keras pada Vyn.
"Terserah apa katamu, Vyn. Aku sudah menjelaskan semuanya padamu .." Pak Jin berangsur melirikku. "Dan pada Youra."
Tidak disambut, Vyn memilih terdiam. Bahkan, kurasakan kalau pergelangan tanganku lantas diseretnya paksa untuk keluar ruangan milik Pak Jin. Aku yang masih tergemap, dirundung tragis oleh kisah yang semestinya tak kudengar, hanya menuruti kemana Vyn membawaku.
"Kak Yoongi tidak mungkin seperti itu. Aku mengenal Kak Yoongi lebih lama daripada Kak Jin. Persetan! Aku membenci--"
Tak sadar, aku menahan sentuhan milik Vyn yang merangkap di pergelangan tanganku. Aku juga meminta Vyn untuk tidak melenggang lebih jauh. Bukan tanpa alasan, tapi aku hanya tidak suka ketika dia bergumam ini itu mengenai keputusannya untuk tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penumbra || Min Yoongi Fanfiction
FanfictionKalau menurut Yoongi, daripada memilih menjadi bayangan kabur alias penumbra di sebuah gerhana, lebih baik dia menjadi umbra yang jelas terlihat. Tapi, itu hanya awalnya, karena pada akhirnya penumbra memang pilihan terbaik. Kalau menurut Youra, dia...