Mengesankan telah menjadi Penantian yang Dihempas

78 10 0
                                    

P E N U M B R A💫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

P E N U M B R A💫

/flashback/

Menutupi rasa sakit bukanlah hal yang mudah dilakukan. Seringkali singgung pada bibir seolah tidak tepat menjadi perekat yang menenangkan sebuah luka yang berdarah. Berkata tidak apa-apa juga lebih mirip mengandalkan pasrah yang tidak menguntungkan sama sekali. Intinya adalah diri ini sakit--tidak peduli terhadap sabar dan menerima--hanya sakit, seterusnya seperti itu.

"Youra, kau benar-benar tidak tahu kalau Senior Jun menyatakan perasaannya pada Aera?"

Tepuk tungkas yang mendadak, sempat membuat Youra merenung sekian sekon hanya untuk menangkap apa yang ia dengar. Padahal tungkai belum sempat sampai melewati ambang pintu kelas, tapi cegah pada lengan dari salah satu teman sekelasnya yang bertubuh agak berisi itu, sanggup mendiamkan seluruh diri.

"Youra, Aera tahu, kan kalau kau suka pada Senior Jun, tapi bagaimana bisa dia mengkhianatimu?" terang gadis tersebut pada Youra yang mendadak melamun.

Youra mengerjapkan pandangannya berulang kali. Ia memutuskan untuk menatap temannya di sana. Tarik sudut bibir itu menjadi sebuah usaha yang layak mendapatkan penghargaan sebagai penipu andal.

"Tidak apa-apa. Kalau Senior Jun menyukai Aera, aku tidak masalah. Lagi pula, aku tidak berhak untuk mengendalikan perasaan seseorang."

Ya, katakan saja ia berbohong untuk seribu kali pada dunia dan seisinya. Tapi, apa yang penting dari dirinya jika ia mengungkapkan bahwa ia terluka? Tidak ada, bukan. Tuhan tidak akan merubah hal yang telah terjadi padanya, bahkan jika ia meraung seperti orang gila. Youra sudah kelelahan untuk jatuh cinta dan mencintai seseorang. Anggap saja ketenangan yang terpaksa kali ini adalah sebuah akhir yang bahagia.

Youra berniat untuk kembali melanjutkan langkahnya, tapi sebelum itu, temannya terus berusaha mencegah Youra.

"Tapi, Youra--"

"Tidak apa-apa. Sungguh, aku baik-baik saja." Youra berangsur menurunkan genggaman pada lengannya.

Ia berjingkat menarik seluruh tungkainya untuk memasuki kelas. Hingga beberapa langkah, ia menyadari kalau suasana sekitarnya terasa membeku, seperti berada di pertengahan gunung es kutub utara.

Sebagian khalayak siswa seolah memperhatikannya dengan atensi pilu, layaknya ia tengah dilanda malapetaka menyedihkan. Sampai di mana, Youra menemukan keberadaan Senior Jun yang tampaknya tengah berbincang hangat di hadapan Aera. Keduanya kelihatan serasi, begitu pikir Youra.

Bak hati terbelah menjadi berkeping-keping, rasa sakit bertambah dua kali lipat, Youra memandangi pemandangan asing tersebut dengan sebuah senyuman yang paling ia sanggupi saat ini.

Napasnya mengalun dalam. Ia kembali menjejalkan keyakinannya menuju kursi miliknya di sana. Tapi, mendadak ia terkesiap saat Aera mendatangi keberadaannya, bahkan sampai menyentuh kedua tangannya.

Penumbra || Min Yoongi FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang