Part 15 ~ Letter

182 31 4
                                    

Setelah melalui seminggu yang selalu diisi dengan tangis karena kebodohanku ini. Yang syukurnya dewi Fortuna masih memihakku karena keluarga ku tak ada yang curiga.

Mungkin nanti aku bisa menjadi artis, karena bakatku yang sangat pandai menyembunyikan kesedihan ini dengan senyum lebar seperti biasa.

Hari ini adalah hari yang sedikit menegangkan bagiku karena hari ini adalah hari pembagian kelulusan.

Aku pun menuruni tangga dengan semangat, menuju meja makan yang telah diisi oleh semuanya kecuali aku.

"Ciee yang hari ini terakhir kali pakek seragam putih abu abu" ujar Bang Rendy.

"Iya dong bang" jawabku sambil duduk.

"Ngak lah bang, kalok dia ngak lulus paling tahun ini pakek lagi" ujar Kak Friska tertawa.

"Iss kakak nih doain adek nya yang bagus kek, ini malah jatohin, tengok ini pa kak Friska" ujarku mengadu ke papa.

"Ngak boleh gitu Friska, adeknya seharusnya di support" bela papa. Ahhh papa the best deh.

"Hehehe iya deh pa, kan Friska nakutin aja" ujar kak Friska nyengir kuda.

Aku pun menjulurkan lidahku ke arahnya. Blekk rasain....

"Dijemput sama Tama ngak nih ???" Tanya kak Laura jahil

Deg !!!

Pertanyaan yang membuatku teringat kembali akan kata kata tajam ku kepadanya.

Meskipun aku tau kak Laura hanya bermaksud menggoda ku, karena dia tidak tau apa yang aku alamin.

"Ngak kak, mau nikmatin hari terakhir naik angkot ke sekolah hehehe" ujarku nyengir kuda. Meskipun di dalam hati sesak. Sudah ku bilang kan, aku sangat berbakat akting.

"Atau ngak mau sama Brian aja" ujar mama

"Ngak deh ma, adek mau naik angkot aja, sekali sekali hehehe" ujarku nyengir kuda. Aku ngak mau Brian tau apa yang terjadi padaku seminggu ini, karna aku tau Brian ngak akan bisa dibohongi.

"Kalok gitu, adek pergi dulu ya, takut angkotnya penuh" ujarku setelah menghabiskan sarapanku.

Aku pun bangkit berdiri dan menyalami mama, papa.

"Hati hati naik angkot nya" ujar mama yang kujawab dengan anggukan.

"Iya jangan gara gara keseringan dijemput Tama, jadi ngak tau cara naik angkot" ujar Kak Friska tertawa yang kubalas dengan tersenyum dan berlalu pergi.

****

"Stevani !!!"

Aku pun membalikkan badanku dan melihat siapa yang memanggilku.

Ternyata Dina dan Ester.

"Ohh hai" ujarku riang.

"Lo kok kami hubungin seminggu ini ngak dijawab jawab ???" Tanya Dina bingung.

Ohh tidak, karna kejadian itu, aku mencampakkan handphone ku dan kurasa sekarang berada di sudut kamar ntah bagian mana.

"Ohh itu ya, handpone gue kecemplung bak mandi jadi error deh hehehe" kilahku. Huhh biarin lah alasannya sedikit ngak etis, yang penting mereka ngak curiga, yah walaupun cepat atau lambat mereka pasti tau. Tapi bukan untuk saat ini.

"Ck sekalian aja kecebur empang lele biar dimakan lele" gerutu Ester kesal.

"Udah ah, daripada bahas handphone gue, mendingan kita ke mading nengok kelulusan" ujarku mengalihkan pembiacaraan.

Aku pun menggandeng mereka berdua "Yahh walaupun gue tau pasti kelen ngak lulus" candaku yang dihadiahi jitakan dari mereka berdua.

****

Gue Normal !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang