Hujan turun dengan sangat deras hari ini, membuat Dyanne mengurungkan niatnya untuk pergi ke luar.
Hanya menatap air hujan yang turun dengan deras dan entah kapan akan berhenti. Dyanne menarik nafasnya kasar "Huh kapan berhentinya".
Dyanne memutuskan untuk masuk kembali ke dalam rumah dan duduk disofa hangat dengan secangkir teh dalam genggamannya.
"Hujannya sangat deras ya?"
Sebuah suara menginterupsi dirinya. Ia melihat kakak iparnya yang tengah berjalan menuju ke arahnya dengan senyum manis diwajahnya.
Dyanne mengangguk "Iya, hujannya sangat deras, aku tak bisa keluar".
Dyanne mengerucutkan bibirnya yang membuat kakak iparnya merasa gemas terhadap dirinya.
"Oh lihatlah kamu menggemaskan sekali" dia mencubit pipi Dyanne dengan gemas yang membuat Dyanne merengek kesal.
"Aha hentikan kakak, itu sakit" keluhnya yang mencoba melepaskan tangan sang kakak dari pipinya.
"Iya, baiklah kakak lepaskan" sang kakak pun melepaskan tangannya dari pipi Dyanne.
"Kapan akan pergi ke rumah sakitnya?" tanya Dyanne pada sang kakak saat ia melihat perut sang kakak yang sudah besar.
"Mungkin besok, jika sekarang pun sepertinya hujan takkan mengizinkannya" jelas sang kakak.
"Iya, cukup berbahaya untuk bepergian dikala hujan deras seperti ini" balas Dyanne yang sesekali menatap ke jendela.
"Kapan kak Liam pulang?" tanyanya kembali pada sang kakak ipar.
"Entahlah, mungkin dia akan pulang saat hujan mulai reda" jawabnya.
Dyanne hanya mengangguk dan kembali meminum tehnya. Sesekali ia akan menonton televisi, mencari saluran yang menurutnya cukup menarik dan sesekali ia juga akan mengusap perut sang kakak dan tersenyum padanya.
"Bagaimana hubunganmu dengan pacarmu itu?" celetuk sang kakak membuat Dyanne tersipu.
"Ya seperti itulah" jawabnya malu.
"Seperti itu bagaimana hm?"
"Tidak ada masalah untuk sejauh ini, hanya ada rasa senang" jawab Dyanne malu-malu yang membuat sang kakak terkekeh dan mengusap kepalanya.
"Baguslah, tapi kamu harus berhati-hati, kita takkan tahu apa yang terjadi ke depannya" sang kakak tersenyum pada Dyanne.
Tingg!!
Suara bell berbunyi mengalihkan atensi mereka berdua. Dyanne segera beranjak untuk memastikan siapa yang datang dikala hujan seperti ini.
Suara bell tersebut terus terdengar tak sabaran "Iya iya sebentar" sahut Dyanne saat membukakan pintu.
Alangkah terkejutnya ia saat tahu siapa yang datang disaat seperti ini. Seorang gadis dengan rambut pirang dan bermata biru bersama seorang pria lain dengan rambut hitam tengah tersenyum padanya.
"Lucy? Edmund? Kalian datang kesini?" tanya Dyanne antusias.
Lucy dan Edmund pun mengangguk padanya "Iya, kami datang karena Lucy yang memintaku untuk mengantarkannya padamu" ucap Edmund terlihat sedikit kesal.
"Hey kau tidak tahu betapa aku merindukan Diana" balas Lucy pada Edmund yang menatapnya malas.
"Sudah jangan bertengkar disini, mari masuk ke dalam. Diluar sangat dingin dan aku tak ingin melihat kalian berdua sakit" ucap Dyanne mempersilahkan Edmund dan Lucy untuk masuk ke rumah.
"Diana, siapa yang datang sayang?" tanya sang kakak pada Dyanne.
"Hanya kedua temanku kak, Lucy dan Edmund" Dyanne memperkenalkan Lucy dan Edmund pada kakak iparnya sembari menunjuk pada keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Encounter :Peter Pevensie Love Story
Fanfiction"Kamu sangat tampan, maukah kamu menikah denganku saat aku sudah besar nanti" "Kamu tidak bisa menikah dengan orang yang baru saja kamu kenal, kamu harus mengenalnya lebih dulu, seperti berteman mungkin" "Apakah kita akan bertemu lagi? " "Ya,mungkin...