Sinar mentari masuk kedalam ruangan melalui celah-celah jendela,aku terbangun dari tidurku. Sebuah tangan memelukku dengan hangat, kulihat wajahnya yang masih tertidur lelap dengan nyenyak dan damai. Wajah cantiknya yang mempesona membuat diriku tak bisa berpaling darinya walau hanya sedetik.
Aku menatapnya dengan hangat tanpa harus mengusik tidurnya yang nyenyak. Mata, pipi, hidung dan bibirnya yang menggoda membuatku tak bisa mengalihkan pandanganku terhadapnya. Aku ingin sekali menciumnya sekali lagi, namun aku takut akan membangunkan tidurnya.
Tak lama ia membuka matanya dan menatapku dengan senyuman hangat, mungkin ia belum menyadari keberadaanku.
Aku membalas senyumnya yang hangat "Good morning"
"Morning" balasnya tanpa menyadari diriku sebelum akhirnya ia melebarkan matanya kaget dan segera bangun dari tempat tidur. Aku menahan tawaku saat melihat tingkahnya.
"Ada apa?" aku bertanya padanya begitu ia terlihat sedikit panik.
"Apa yang terjadi?" tanyanya.
Ia dengan segera meraba dirinya dan melihat sekitar sebelum akhirnya matanya tertuju padaku.
"Aku tak melakukan apapun padamu" kataku yang membuat dirinya menghela nafas lega.
"Kenapa aku disini?" ia bertanya padaku.
Aku hanya tersenyum "Kamu lupa? Kita tidur bersama"
"Tidur bersama? Kita tak melakukan hal lain bukan?" ia kembali bertanya.
Dan aku menggelengkan kepala "Kita tak melakukan apapun walau aku ingin" ia kembali melebarkan matanya dan memukulku pelan.
"Yang benar!" serunya.
Aku mencoba untuk memeluknya dan menjelaskan apa yang terjadi semalam, ia hanya diam dan menganggukkan kepalanya.
"Jadi tak ada apa-apa?" katanya dengan lega.
"Oh baiklah aku harus segera pergi kembali ke kamar Lucy"
Ia mencoba beranjak dari tempat tidur sebelum aku menahannya yang membuat ia kembali tertidur dikasur. Aku menindihnya dan menatapnya, membelai wajahnya dengan lembut.
"Untuk apa kembali ke kamar Lucy, ini juga akan menjadi kamarmu nantinya" kataku dengan smirk.
Aku tahu ia mungkin tak akan menyadarinya karena kini ia hanya menatapku dengan tatapan matanya yang polos.
"Aku harus kembali, Lucy mungkin akan mencariku nanti. Jadi tolong lepaskan aku"
Ia memohon padaku dengan wajah lucunya, oh ia sangat menggemaskan.
"Tidak akan, sebelum kau memenuhinya" aku menatapnya dalam.
"Memenuhi ap-" ucapnya sebelum akhirnya aku menciumnya dengan lembut.
Aku tahu ia mungkin sedikit tersentak kaget sebelum akhirnya ia juga membalas ciumannya. Kami berciuman kembali setelah malam tadi, kegiatan kami terhenti tatkala sebuah ketukan dipintu terdengar. Aku segera menghentikannya dan menatap Dyanne dengan lembut.
"Peter! Apakah kau melihat Diana?"
Itu suara Lucy, jelas sekali ia mencari keberadaannya. Aku menatap Dyanne begitupun sebaliknya.
"Sudah kubilang mungkin ia sedang mencariku karena aku tak ada dikamarnya" ujar Dyanne yang membuatku hanya tersenyum.
Aku segera beranjak dari tempat tidur menuju pintu. Aku membukanya dan terlihatlah Lucy yang berdiri didepan pintu dengan raut wajah kebingungan.
"Ada apa Lu?" aku bertanya padanya dan ia hanya menatapku dan mencoba melihat apa yang ada didalam kamarku.
"Aku mencari Diana, dia tak ada dikamarku. Dan ya sekarang aku tahu dimana dia" ucapnya begitu ia melihat Dyanne ada di kamarku dan tengah duduk ditepi kasur menatap kami berdua yang tengah berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Encounter :Peter Pevensie Love Story
Fanfic"Kamu sangat tampan, maukah kamu menikah denganku saat aku sudah besar nanti" "Kamu tidak bisa menikah dengan orang yang baru saja kamu kenal, kamu harus mengenalnya lebih dulu, seperti berteman mungkin" "Apakah kita akan bertemu lagi? " "Ya,mungkin...