05

41 5 0
                                    

Suasana rumah kayu yang sudah lumayan reot dan dengan hanya sekali hembusan gempa bumi maka akan langsung rubuh itu, terasa begitu hening. Stevy menatap kearah Orion yang baru saja mengajaknya menikah hanya karena dirinya harus membayar hutang sang ayah.

Apa-apaan ini?

Mana mungkin dia mau menerima ajakan pernikahan yang sangat konyol ini. Lagipula, dia memiliki cita-cita yang sangat besar di masa depannya nanti. Mana mungkin semua itu bisa terwujud jika ia menerima tawaran dari pria yang suka bermain perempuan seperti Orion?

Pertemuan pertama kembali setelah hampir dua tahun lamanya ini saja, pria itu mengajak dirinya tidur dengannya tanpa ikatan apapun. Bagaimana nanti jika mereka sudah menikah? Pasti semua hal tidak akan sesuai dengan semua rencana dan angannya dalam membangun rumah tangga.

Dia tidak ingin seperti pernikahan kedua orang tuanya yang harus terpisah di tengah jalan. Sang ayah menjadi pemabuk dan penjudi, bahkan juga pernah berselingkuh. Sedang ibunya pergi meninggalkan mereka membawa anak-anak lelakinya saja. Meninggalkan dirinya seorang diri untuk menjaga ayahnya dan neneknya yang kini sudah meninggal.

Tapi …. Stevy melirik kearah sang ayah yang menggeleng-geleng padanya sebagai kode agar putrinya itu tidak menerima tawaran Orion. Dia sangat tahu seperti apa seorang Orion. Dia memperlakukan wanita tidak lebih dari sekedar sampah. Dan ia tidak ingin, jika putri satu-satunya yang ia miliki itu akan bernasib tragis di tangan pria tampan dengan sejuta pesona itu.

Orion pasti akan meninggalkan putrinya sesudah pria itu mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan setelahnya, kehidupan putrinya tidak akan pernah sama lagi. Dia tidak ingin putri kesayangannya hancur, meski sungguh, hal itu juga merupakan sebuah kesempatan dirinya untuk memoroti Orion.

Sebagai seorang penjudi kelas kakap dan tukang mabuk yang sudah kecanduan, Anwar harusnya tidak melepaskan kesempatan ini. Namun mengingat bagaimana perjuangan putrinya selama ini, dia menjadi tidak tega.

Stevy terlalu maa syaa Allah, untuk seorang Orion yang astagfirullah dan naudzubillah.

Bisa dikatakan, tidak ada kebaikan sedikitpun yang ada pada diri pria itu. Dan ia yakin, bahwa dia juga tidak akan pernah berubah. Hanya putrinya yang akan terluka.

“Baik. Aku mau menikah denganmu,” balas Stevy setelah berpikir sangat panjang dan lama, membuat Anwar dan Leo membulatkan mata tidak percaya. Sedang Orion menyeringai puas karena Stevy mengiyakan ajakannya. “Tapi ada syaratnya.”

“Apa?!” Orion cukup tersentak. Dia menatap tajam Stevy yang begitu berani memberikan syarat padanya. Padahal mereka yang berhutang, tapi kenapa malah dirinya yang direpotkan sekarang. “Apa-apaan lo?! Syarat apaan? Jangan macam-macam lo!”

“Nak …,” panggil Anwar setengah berbisik meminta anaknya untuk berpikir lebih jauh tentang hal ini. “Pikirkan lagi.”

Stevy menghela napas panjang tapi pelan seraya menggeleng yakin. Sudah bertekad dengan keputusannya. Membuat Anwar tidak bisa berkata apapun lagi.

Sementara Leo hanya bisa diam dan terus memperhatikan Stevy yang nampak tidak baik-baik saja saat ini.

Stevy menautkan kedua jemarinya untuk menghalau rasa grogi, gugup dan takutnya. Sungguh, dia sedikit merasa takut jika melihat wajah sangar Orion meski ia akui bahwa pria itu tampan. Tapi baginya, percuma tampan jika akhlaknya minus dan ucapannya kasar.

Tarbiyah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang