12

44 5 0
                                    

Pernikahan yang dilaksanakan secara sederhana itu berlangsung penuh khidmat. Para tamu undangan yang merupakan tetangga dari Stevy mulai berpamitan pulang. Termasuk juga pihak KUA dan juga yang menjadi saksi-saksi dalam kegiatan tersebut.

“Le!” panggil Orion yang kini tengah duduk berdua dengan Stevy di dalam kamar. Dia memanggil sahabatnya itu yang ada di luar dan sedang mengobrol bersama yang lain. “Leo!”

Dengan cepat Leo melangkah kearah kamar yang sedang tertutup itu. Stevy yang sedang menghapus make-up natural yang dia rangkai sendiri menghentikkan gerak tangannya seraya menatap Orion dari belakang.

“Kenapa, Yon?”

“Pergi reservasi bar. Kita buat pesta malam ini di sana!”

Mata Stevy membulat sempurna. Detak jantungnya sudah berdetak tidak karuan. Tangannya bahkan gemetaran mendengar pernyataan pria yang beberapa waktu lalu telah menjadi suaminya itu.

“Tapi—”

“Lakukan sekarang! Dan kalian semua pulang! Tunggu gue di sana!”

“Hm. Ya.” Leo bergumam pasrah.

Sedang Stevy sama sekali tidak tahu harus mengatakan apa saat ini. Napasnya bahkan sudah berhembus tidak beraturan. Ingin rasanya dia menangis, namun mencoba untuk tetap menahan diri. Sejak awal dia sudah tahu bahwa Orion adalah pria paling brengsek yang pernah ia temui. Namun nyatanya, dia malah menikah dengan pria itu. Dan inilah konsekuensi yang harus dia tanggung.

“Kami pamit ya, Stev.”

“I-iya.” Stevy menyahut gugup. Sebab Orion menatapnya tajam. Namun dengan memberanikan diri, dia mendekati Orion dan meminta izin pada suaminya itu. “Aku antar teman-teman kamu, ya?”

“Enggak usah! Duduk balik sana!”

“Tapi mereka tamu yang harus aku hormati juga, Orion,” ujar Stevy pelan dan lembut seraya setengah berbisik agar teman-teman Orion tidak mendengar perdebatan mereka. “Sebentar saja, ya?”

“Lo udah mulai ngebangkang gue?! Cewek alim apaan Lo?! Harusnya dengarin ucapan suaminya dong!” sentak Orion seraya menarik tangan Stevy kasar dan membawanya kembali ke depan kaca rias miliknya. “Duduk situ! Biar gue yang ngantar tamunya!”

“Iyaa.” Stevy menyahut pasrah. Tidak ingin berdebat lagi. Dia mengikuti perkataan Orion yang kini berjalan keluar dari kamar untuk mengantar teman-temannya itu.

Panjang sekali Stevy menghela napas. Kedua tangannya menangkup wajahnya dengan perasaan sesak di dada. Namun detik berikutnya, ia tetap menyelesaikan semua aktivitasnya sejak tadi sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badan.

Sementara di luar kamar, Orion melangkah mendekati teman-temannya itu setelah menyeret Leo pergi dari depan kamar istrinya. Sungguh, dia tidak suka jika sampai Leo menaruh hati pada Stevy. Gadis itu hanya akan dia pakai sekali. Sesudah itu, dia akan membuang Stevy. Anggap saja, ini juga sebagai jalan dia balas dendam karena perasaan lamanya pada Amani—sahabat Stevy yang tidak pernah terbalas itu.

“Lo yakin mau ke bar malam ini, Yon?” Dicky bertanya saat mendengar sekilas perintah Orion dari dalam kamar tadi pada Leo. “Enggak jadi malam pertama emang?”

Tarbiyah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang