19

87 13 7
                                    

"Eh, Stevy?" Daffa ikut terkejut akan kehadiran gadis yang dahulunya teman satu pesantrennya itu. Bahkan bisa dikatakan, mereka cukup dekat sebagai teman di luar dari pondok. "Kok kamu bisa ada di sini?"

Stevy tersenyum tipis nan canggung. Dia tidak bisa mengatakan bahwa kehadirannya di sana ialah untuk menemani suaminya, Orion.

Pernikahan tersembunyinya bisa ketahuan oleh Daffa dan akan berujung terkuaknya pada orang-orang di sekitarnya. Meski Daffa juga tidak mungkin melakukan hal itu.

"Hei!" seru Orion, menghalangi Stevy mengobrol dengan Daffa. "Bukan Lo yang nabrak saudara gue, 'kan?"

"Ya? Tentu saja, bukan. Saya hanya menyelamatkannya. Anda bisa menanyakannya kepada pihak kepolisian jika tidak percaya," ujar Daffa, memberikan pembelaan diri.

Dia tidak rela dituduh dan disalahkan sebagai pelaku padahal tidak melakukan kesalahan.

"Dia benar-benar bukan pelakunya. Anna sendiri yang berkendara dalam keadaan mabuk. Dia menabrak pohon, makannya kecelakaan."

Di sebelahnya, Leo berbisik untuk menjelaskan apa yang terjadi.

Orion mendengus mendengarnya. Padahal dia ingin menyalahkan pria itu karena tidak suka dia mengenal Stevy.

Entahlah. Dia tidak tahu mengapa dirinya seperti ini.

Dibilang cemburu, jelas saja bukan.

Daffa yang ada di sana melirik kearah Stevy dengan kening berkerut dalam. Dia penasaran mengapa Stevy bisa berada di antara pria-pria yang seperti preman itu. 

Bahkan nampaknya, Stevy terlihat patuh padanya. 

"Stev--" 

"Sekarang Lo boleh pulang," ucap Orion menyela kata yang hendak keluar dari mulut Daffa. "Thanks udah nolongin saudari gue." 

Daffa terdiam sejenak sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. Kondisinya sendiri juga tidak memungkinkan saat ini. 

Dia harus pulang untuk membersihkan diri karena semalaman ikut berjaga di sana, memastikan keadaan Anna hingga keluargnya datang. 

"Ya. Saya permisi." Daffa berbalik dan mengarahkan pandangannya pada Stevy. "Kalau ada apa-apa, kamu tidak harus menanggungnya sendirian, Stev. Kamu memiliki sahabat yang akan selalu mendukungmu." 

Stevy mengangguk dengan perasaan sesak dalam dada. Memang benar, Amani, Ziva, dan Kak Kayla tidak akan membiarkan dirinya terluka. Namun sebagai sahabat, dia juga sadar diri.

Ada batasan bagi mereka untuk ikut campur dalam urusannya. Lebih tepatnya, dia tidak ingin menyusahkan mereka berulang kali. Terlebih ini berkaitan dengan masalah sang ayah dan Orion. 

"Aku pergi. Jika butuh bantuan, kamu bisa menghubungi kami." 

Sekali lagi Stevy mengangguk. Dia membiarkan Daffa pergi begitu saja tanpa mengutarakan masalah yang terjadi antara dirinya dan Orion. 

Di sebelahnya, Orion nampak tidak suka. Tapi untuk pertama kalinya, pria itu hanya diam saja tanpa mengatakan sepatah kata pun. 

Bahkan, Orion memilih untuk melihat keadaan Anna. Yang kemudian diikuti oleh Stevy dari belakang.

"Kalian ada hubungan apa?" tanya Leo, pelan dan berbisik. 

Leo berjalan di sebelah Stevy yang mengikuti langkah Orion. 

"Hanya teman satu pesantren." 

"Oh, tidak ada perasaan apa-apa?" 

Stevy melirik Leo sejenak, lalu menggelengkan kepala. Entah mengapa, dia mendadak berharap jika Orion bisa memiliki sifat baik sedikit saja seperti Leo. 

Tarbiyah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang