04

37 6 0
                                    

“Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Stevy dengan kening berkerut dalam. Dia menatap ke belakang dan mendapati sang ayah nampak ketakutan akan keberadaan Orion dan Leo. Dia pun mendekat dan langsung memapah ayahnya. “Apa yang terjadi, Ayah?”

“…. Itu …. Ayah ….” Sang Ayah sangat gugup. Dia menatap ketakutan pada Orion yang saat ini memancangnya tajam.

“Ada apa? Katakan saja, Ayah. Jangan takut padanya. Dia hanya manusia biasa.”

“Ck!” Orion berdecak kesal dan langsung mendekat pada Stevy yang kemudian mencengkram erat pergelangan tangannya. “Ikut aku!”

“Hei! Lepasin aku! Jangan sentuh!” Stevy memberontak.

Dia berusaha melepaskan diri dari cengkraman Orion yang berani menyentuh dirinya. Sungguh, ini pertama kalinya Stevy disentuh oleh pria yang bukan mahramnya. Ia merasa jijik dan benci dengan hal itu. Karena ia sudah bertekad bahwa tubuhnya hanya boleh disentuh oleh mahramnya dan suaminya. Dan sekarang, keadaannya malah menjadi seperti ini. Orion benar-benar pria brengsek menurutnya.

“Lepaskan anak saya. Tuan Orion, saya mohon.” Ayah Stevy menjatuhkan tubuhnya dan langsung memeluk kaki Orion agar pria itu mau melepaskan putrinya. “Saya akan membayar hutang-hutang saya pada anda. Tapi tolong, jangan sentuh putri saya.”

Orion mendengus dan menyeringai licik. Sedang Stevy kini mendadak syok dengan pernyataan sang ayah sembari terus berusaha melepaskan diri dari cengkraman Orion.

Leo yang ada di sana tidak bisa berbuat apapun. Dia bahkan menendang Anwar untuk menyingkir dari Orion.

“AYAH!!” pekik Stevy terkejut saat melihat sang ayah tersungkur. Orion tersenyum puas menatap Stevy seraya melepaskan gadis itu yang langsung berlari mendekati sang ayah dan membantunya. Ia menatap tajam pada Orion dan juga Leo di sana. “Apa yang kalian lakukan?! Kenapa kejam sekali pada orang tua. Emangnya kalian enggak diajarin untuk hormat sama orang tua apa?!”

“Itu semua gara-gara lo sendiri, centil! Siapa suruh enggak patuh.” Orion menyahut dengan santainya. Dia mendekati Stevy dan Anwar yang masih berada di lantai dan belum sempat bangkit. Kemudian menumpukkan satu kakinya ke lantai. Netra tajamnya menatap pada Stevy yang sama sekali tidak terlalu takut padanya. “Ayah lo punya hutang sama gue. Dan lo yang harus bayar semua hutang itu dengan tubuh lo.”

“Apa?!”

“Tidak, tidak, Tuan Orion. Tolong jangan sentuh putri saya. Dia bukan gadis murahan. Saya mohon ….” Anwar kembali memohon dan bahkan rela mencium kaki Orion.

Stevy yang melihatnya sangat tidak tega. Dia meraih pelan tubuh ringkih ayahnya yang tukang mabuk itu dengan perasaan sesak di dada. Dia menghela napas panjang untuk membuang segala resah dalam hati. Kemudian menatap Orion dengan sangat serius.

“Sudah, Ayah. Jangan memohon pada manusia. Aku bisa membayar hutang Ayah padanya.”

Orion mendengus menahan tawa. Sedang Anwar menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak, Nak. Hutang Ayah banyak. Kamu enggak akan bisa membayarnya. Lagipula, kamu kan punya cita-cita sendiri dengan uang tabungan kamu itu.”

“Tidak apa-apa, Ayah. Daripada aku harus membayarnya dengan tubuhku. Apapun yang terjadi, aku enggak akan membiarkan pria yang haram untukku menyentuhku!” sahut Stevy dengan netra yang tegas menatap Orion.

Tarbiyah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang