15

50 5 0
                                    

“Astagfirullah hal ‘adzim. Laa haula wala quwwata illa billah.” 

Hanya kalimat itu yang terus saja Stevy gaungkan dengan pikiran yang kosong saat menatap apa yang ada di depan matanya sekarang. Ia ingin sekali menangis. Tapi hanya untuk mengeluarkan setetes air mata saja, rasanya ia sudah tidak bisa.

Air matanya terasa kering untuk seseorang seperti Orion. Dia juga tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Namun sebagai seorang istri—perasaannya hancur bagai dicabik-cabik kala melihat pria yang tadi pagi menghalala

kan dirinya, malah berciuman dengan wanita lain saat malamnya.

“Halo centil~” sapa Orion dalam keadaan mabuk.

Sementara wanita yang ada di sebelahnya memberikan seringai licik. Ia tidak tahu siapa Stevy. Namun dia yakin, bahwa Orion pasti memiliki hubungan dengannya. Terbukti jika Orion memintanya untuk mengantarnya ke rumah kumuh itu.

Heh!

Stevy mendengus seraya menghela napas sedikit kasar untuk mengurai rasa sesak di dalam dada. Ia melangkah cepat mendekati Orion dan langsung meraih tubuh Orion.

“Lepasin dia!” kata Stevy—tegas. “Lain kali, kalau mau aneh-aneh, jangan depan rumah ini. Terima kasih sudah mengantarnya.”

“Enak aja,” sahut wanita itu yang nampaknya tidak mau melepaskan Orion yang sudah sangat mabuk itu. Bahkan terkesan pasrah saat tubuhnya dirampas sana-sini oleh Stevy dan wanita itu. “Gue akan masuk dengannya sampai kamar. Jadi—”

“Ini bukan rumah dia!” pangkas Stevy, sangat kesal. Ingin rasanya dia menjambak rambut wanita itu. Tapi ia tidak ingin melakukan hal yang tidak berguna. Bisa-bisa Orion akan merasa geer. Lelaki itu sangat menyebalkan. “Dia hanya numpang. Sebaiknya Mbak pulang deh. Enggak dingin apa keluar malam-malam pakai baju begitu?”

Ck!

Wanita itu berdecak kesal. Dia ingin membalas. Namun mendapati tatapan tajam dari Orion yang sebenarnya menahan senyum dalam keadaan mabuk sejak tadi, membuat nyalinya ciut.

“Gue—”

“Pulang sana!” Orion membuka suara dan memotong ucapan yang hendak keluar dari lisan wanita itu. “Uangnya bisa Lo ambil di Leo.”

“Tapi Orion—”

“Pulang atau Gue cungkil mata Lo di sini!” ancam Orion membuat Stevy bahkan tidak sanggup menelan ludahnya sendiri.

“Ba-baiklah. Aku pulang.”

Tanpa menunggu lama dan banyak bicara lagi, wanita itu terpaksa melepas Orion pada Stevy dan berlalu pergi dari sana. Meninggalkan Orion yang langsung dipapah oleh Stevy.

“Kalian sangat menyebalkan!” umpat Stevy dengan air mata yang benar-benar berderai.

Stevy akhirnya menangis. Mengeluarkan segala perasaan dan unek-uneknya yang berusaha dia tahan sejak tadi. Sedang Orion masih sangat teler dan tidak menanggapi Stevy sama sekali.

Ingin rasanya Stevy membuang Orion di rawa atau got depan rumahnya saja saat ini. Tapi mana mungkin dia melakukan itu? Orion—si pemabuk menyebalkan ini pasti akan membalasnya. Dan bahkan mungkin akan mencungkil matanya juga.

Tarbiyah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang