Perempuan itu selalu berakhir dengan perasaan malu sesaat sesudah ia memperkenalkan dirinya. Lebih tepatnya tatkala ia menyebutkan nama panjangnya.
Cahaya Cinta Dunia.
Menurutnya itu nama alay, super duper alay pokoknya. Tapi bagaimana lagi, itu nama yang diberikan orang tuanya untuknya.
"Kamu bisa mulai magang minggu depan ya, di hari Senin. Bagaimana, Cahaya?" Tanya mba-mba yang berprofesi sebagai HR Perusahaan PJH itu.
"Panggil 'Aya' aja, Mba. Saya biasa dipanggil begitu," balasnya sambil tersenyum malu. "Saya siap memulai magang di hari Senin juga, Mba."
"Well, kalau begitu see you on Monday ya, Aya. Please don't let me down. Dari ratusan kandidat tersisa, saya bela-belain mempertahankan kamu supaya kamu yang lolos sebagai anak magang di tim copywriter. Jadi please do your best dan jangan kecewain saya ya."
Aya mengangguk. Dalam hati ia bertekad akan menggunakan waktu 3 bulan magangnya itu dengan sebaik mungkin, dengan begitu ia akan mendapat peluang diangkat menjadi pegawai di perusahaan yang bekerja di bidang industri hiburan itu.
Aya tak mau muluk-muluk, dia hanya ingin jalannya mencari kerja selepas kuliah adalah jalan yang lurus, soalnya dari kecil jalan hidupnya sudah berkelok-kelok sampai bikin dia pusing.
***
Ia melangkah gontai memasuki kamar kosnya yang bernilai tiga ratus ribu per bulan itu.
Poster unofficial dari anime Naruto yang ada dibalik pintunya sudah sobek dan telah ditempel berkali-kali dengan lakban. Di dekat poster itu ada beberapa buah slingbag yang harganya ber-motto-kan "murah, meriah, muntah" hasil buruan Aya di toko oren.
"Capek banget buset," ucap Aya begitu dirinya merebahkan diri di atas kasurnya yang ditutupi sprei bermotif kotak-kotak ala papan catur.
Aya berusia 22 tahun, seorang mahasiswa DKV di semester 8 yang tengah sibuk menggarap skripsinya. Namun dasarnya Aya yang tak bisa diam dan juga butuh uang, makanya ia mendaftar magang. Menambah panjang kesibukannya sebagai seorang wanita muda yang juga harus membantu perekonomian keluarganya.
Ia berkuliah di salah satu PTN di pulau Jawa, sementara keluarganya berada di pulau Sumatera. Ia tinggal bersama mamanya yang berprofesi sebagai seorang penjahit dan adik perempuannya yang masih duduk di kelas 2 SMA.
Aya tak suka membahas soal papanya.
Saat dirinya hampir terlelap, teleponnya justru berdering. Dengan malas Aya menggapai ponselnya yang ada di dalam tas itu dan menengok nama si penelepon.
Itu Syafira, bestie-nya selama di kampus.
"Kenapa, Ra?"
"Gimana interview magang lo? Lo lolos kan?" Tanya Syafira di seberang sana.
"Iya. Mulainya Senin," jawab Aya.
"Tuh kan, gue bilang juga apa. Lo mah keren, pasti lolos deh. Ya udah, yok lah selebrasi. Lo gaada niat ngajak gue makan-makan gitu?"
Ingin rasanya Aya merespon ucapan temannya barusan dengan kalimat "mang eak," tapi ditahannya lantaran tengah dalam kondisi serius.
"Besok lo available dong buat ke kampus? Skripsi lo udah sampe mana?" Tanya Syafira.
"Aman. Tinggal minta tanda tangan dosen penguji 2 sih. Habis itu udah boleh print dan langsung cetak kata dospem gue. Lo gimana, Ra?"
Syafira tak langsung menjawab. Dari suara telepon, bisa diketahui bahwa Syafira baru saja membukakan pintu kosnya dan tengah mengobrol dengan seseorang.
Itu suara laki-laki, batin Aya.
"Eh, tau deh skripsi gue. Lagi malas mikir," kata Syafira selang beberapa menit kemudian.
"Cowo mana lagi tuh yang barusan ke kosan lo? Ganti-ganti mulu," ujar Aya sambil terkekeh.
"Si anjing! Mana ada gue ganti-ganti cowo! Itu Davin. Masih cowo yang sama yang terakhir gue ceritain ke lo, Ya!"
"Jangan pacaran mulu lo! Revisian lo noh dikerjain."
"Dih, lo juga butuh hiburan 'kan? Sana cari pacar! Lebih enak mati dalam keadaan taken daripada mati dalam keadaan jomblo, Ya."
***
Aya tengah menikmati telur sambal dan nasi hangat sebagai menu makan malamnya di kos kala itu. Tangan kanannya menyuap, sementara tangan kirinya menggeser-geser layar ponselnya.
'Lah? Nindy sama Bara pacaran? Sejak kapan? Bukannya pas sempro kemarin Bara masih sama Dian?' Batin Aya saat melihat instastory teman-temannya.
'Beneran putus deh kayaknya. Seingat gue Bara posting foto sama Dian pas sempro, sekarang postingannya udah ga ada. Fix, putus. Tapi buset, cepet amat lo move on-nya, Bar.'
Aya menggeser-geser lagi layar ponselnya dan kali ini dia membuka aplikasi Twitter.
'Seingat gue seminggu terakhir si Wisnu nge-tweet galau mulu. Dia beneran galau karena putus dari Shinta kali ya? Eh, btw isu yang bilang kalo Wisnu itu gay bener apa ngga ya?'
Aya meletakkan ponselnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci tangan beserta piring makannya tadi. Ia mengambil minum dari dispenser dan membawa cangkirnya kembali ke dekat meja belajarnya, di mana ia tadi makan dan meninggalkan ponselnya.
'Ini mantan gue si Refal retweet status move on mulu, anjir. Butuh validasi banget lo kalo lo udah lupain gue? Idih!'
Aya menutup aplikasi Twitter-nya. Ia sudah mengantuk karena telah mengonsumsi sejumlah gula berbentuk polisakarida serta protein dan lemak.
Aya merangkak pelan ke atas kasur. Sambil menatap langit-langit kamarnya, Aya secara acak justru teringat akan masa-masa pacarannya dengan Refal.
Kisah indah mahasiswa baru yang menjalin hubungan dari masa OSPEK dan saling mendukung serta memotivasi kegiatan masing-masing. Sayangnya kisah romansa itu kandas dengan alasan yang selalu berhasil membuat kepala Aya panas.
Refal minta putus karena mau fokus skripsi.
"Refal tai!" Kalimat itu lolos dari mulutnya.
Ia menutup mata rapat, berusaha menghilangkan wajah Refal dari kepalanya.
"Males banget kalo udah malam gini jadi kangen mantan!"
Ya Allah, please kasih hamba-Mu ini jodoh yang kaya raya; cakep atau ngga, ya terserah lah, asal kaya raya. Pokoknya kaya deh, soalnya hamba-Mu ini capek kerja mulu dari kecil sampe sekarang dan ga kaya-kaya juga. Pokoknya hamba mau jodoh kaya. Cinta urusan belakangan aja. Toh, dulu hamba sama Refal sama-sama cinta tapi kandas juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
First Couple (from AU "cowokku")
RomanceAya bertekad memutus rantai kemiskinan keluarganya di dirinya dengan cara mencari pacar orang kaya. Namun dirinya justru terjebak hubungan mutualisme dengan Eja, si op warnet yang cuek.