Seminggu setelah Zeeco mengungkapkan perasaannya. Dia kembali dekat dengan Chika, tapi kemarin Chika izin untuk fokus menghadapi ujian besok.
"Zee maaf ya kalau nanti kita jarang ketemu atau ngobrol soalnya aku mau fokus dulu untuk ujian sampe selesai nanti." Seperti itulah kata-kata Chika.
Dan Zeeco mengiyakan itu. Lagipula Zeeco juga harus fokus menghadapi ujian besok supaya nilainya bagus.
Sekarang adalah hari minggu.
Waktunya Zee untuk bermalas-malasan. Apalagi cuaca sedang mendung. Suasana sangat mendukung untuk bermalas-malasan. Padahal besok dia ujian. Tapi seakan tak peduli, dia memilih untuk rebahan bermalas-malasan daripada belajar."Belajarnya bisa nanti malem aja," pikir Zeeco. Dia rebahan sambil memainkan game ular diponselnya. Dia dengan santai menjalankan ularnya yang sudah berukuran besar dan menempati peringkat pertama. Sedang asik bermain tiba-tiba panggilan telpon masuk.
"AAAAAAA!!!...." Zeeco berteriak frustasi karna mendapat panggilan telepon saat sedang asik-asiknya bermain. Panggilan telepon itu dari Aran. Dengan kesal Zeeco mengangkat panggilan itu. "APA?" tanya Zeeco kesal.
"Eitss selow dong jangan ngegas."
"Iya ada apa bang?"
"Sibuk nggak?"
"Nggak, ada apa?"
"Ikut gue yuk."
"Nggak mau males."
"Nggak mau tau pokoknya elu harus ikut gue."
"Tapi gua-"
Tut. Panggilan dimatikan sepihak oleh Aran. Layar ponsel Zeeco kembali pada permainan gamenya yang ternyata sekarang ular dia sudah mati. Bahkan bangkainya sudah hilang dimakan ular lain. "Aaaaa...kan mati. Bang Aran ah!" gerutu Zeeco.
Kini terdengar Pintu Zeeco diketuk. "Siapa? masuk aja," sahut Zeeco. Namun, pintu terus saja diketuk. "Masuk aja gapapa," kata Zeeco lagi. Namun, lagi-lagi pintu masih diketuk. Dengan kesal Zeeco bangkit membuka pintu.
"Siapa sih, kan udah disu- Bang Aran?!" Dia terkejut melihat Aran yang sekarang sudah berdiri di depan pintunya. Aran mendorong Zeeco masuk ke dalam kamar. "Lo cepet mandi. Elu harus ikut gue. Ga ada penolakan!"
"Tapi gua males."
"Ga ada penolakan Zee." Aran mendorong-dorong Zeeco masuk ke dalam kamar mandi. "Cepetan mandi," ucap Aran dari luar kamar mandi. Sedangkan Zee dengan malas melakukan perintah perintah Aran.
15 menit berlalu.
Zeeco sudah selesai mandi. Sekarang dia sedang bersiap dengan Aran yang selalu menyuruh Zeeco supaya lebih cepat. "Cepetan Zee."
"Sabar bang, emang kita mau kemana sih?"
"Udah elu ngikut aja."
"Gua itu males, seharusnya pagi ini gua itu bermalas-malasan," ungkap Zeeco.
"Ha? apa? seorang Zeeco Aksara bermalas-malasan?gasalah nih?" Zeeco berdecak malas. Saat dia sudah siap, Aran langsung menarik tangan Zeeco keluar rumah dan menyuruh Zeeco untuk masuk kedalam Mobil Aran.
"Gua belum izin Mommy," kata Zeeco.
"Udah gua izinin," jawab Aran sambil mengenakan sabuk pengamannya. Aran mulai menjalankan mobilnya meninggalkan perkarangan rumah Zeeco. Sampainya dijalan raya Aran mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi seperti orang kesetanan.
"Bang jangan kenceng-kenceng bawa mobilnya," pinta Zeeco takut.
"Udah elu tenang aja."
"Gua belum nikah bang, masih mau hidup."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEECO [END]
Teen FictionZeeco adalah murid pindahan yang jatuh hati pada Chika sejak pandangan pertama.