IV

22.1K 1.2K 77
                                    

−Januari, MMXXIV−

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

−Januari, MMXXIV−

_____________________

Hai, jumpa lagi sama Larissa dan Deva. Kali ini ditemenin sama Arsen juga. ^^


Ternyata Larissa gak jadi kaboooor. 🤣

Anyway, Happy reading, Dulur-Dulur.

Warmest regards,
Your Harumi

♡♡♡

Aula utama Hotel Amaranthine sudah disulap begitu indah. Segala jenis bunga dan dedaunan menghiasi aula, pun lampu gantung kristal menambah keindahan serta kemewahan aula tempat berlangsungnya acara pernikahan Larissa dan Deva.

Para tamu undangan acara akad nikah telah memasuki ruangan. Setelah kursi undangan telah dipenuhi, tak berapa lama mempelai pria memasuki aula, diapit oleh kedua orang tuanya.

Deva terlihat semakin gagah dan rupawan dengan balutan beskap berwarna putih gading dipadukan dengan jarik batik bermotif sidamulyo serta blankon bermotif sama dengan jarik yang dikenakannya.

Ia mengatur napasnya guna menenangkan diri, sudah sepuluh tahun berlalu, tepatnya saat usia pria itu berusia 24 tahun, ia mengucapkan kabul dengan begitu lugas dan dipenuhi perasaan haru juga diliputi rasa bahagia karena akhirnya bisa mempersunting seorang perempuan yang sangat dicintainya.

Hari ini, momen bersejarah itu terulang kembali, kali ini ia akan menikah dengan seorang perempuan yang hadir dari masa lalu, perempuan yang sama sekali tak pernah terbayangkan akan menjadi istrinya.

Sama seperti sepuluh tahun lalu, rasa gugup juga melingkupi diri, namun hari ini hanya perasaan gugup. Pria itu tak merasakan hal lain selain kegugupan.

Seorang penghulu, para saksi, dan Pak Chandra menyusul Deva. Mendudukkan diri di tempat masing-masing.

Deva berhadapan langsung dengan Pak Chandra, di sebelah pria paruh baya itu duduk pak penghulu, di sisi kiri dan kanan ada para saksi dari mempelai pria dan wanita.

Sementara di dalam ruangan lain, ada Larissa, ditemani Lamira dan Anya. Sama seperti Deva, ia pun terlihat sangat gugup. Sebentar lagi babak baru dalam hidupnya akan dimulai. Larissa tak siap. Tak akan pernah siap.

Ketiga perempuan di ruangan itu serentak menoleh ke arah pintu tatkala pintu terbuka. Arsen mengulas senyum. "Arsen boleh masuk?"

"Silakan." Lamira menyahuti seraya membalas senyuman Arsen.

"Terima kasih." Anak laki-laki dengan balutan beskap berwarna beige dan jarik batik melangkah memasuki kamar.

"Tante-tante, boleh Arsen bicara sebentar dengan Mama?" pinta anak laki-laki itu lembut.

Pancarona Larissa [TAMAT-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang