XVII

20.6K 984 113
                                    

−Februari, MMXXIV−

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

−Februari, MMXXIV−

___________________


Happy Reading!

Warmest Regards,

Your Harumi

♡♡♡

Kedua tungkai Larissa melangkah lebar-lebar menuju suite room. Langkah kaki disertai derai air mata membanjiri pipi. Ia tak ingin mendengar penjelasan Sabian lebih jauh lagi.

Hatinya terasa Perih.

Larissa memang sudah tak menaruh hati lagi pada Sabian, tetapi setelah mengetahui bahwa selama ini ia dicurangi rasanya sangat menyakitkan.

Larissa begitu memercayai Sabian. Seluruh hati dan kepercayaan telah diberi untuk lelaki itu. Tapi apa yang dilakukan Sabian di luar sana? Menikah ... setelah melakukan cinta satu malam dengan seorang teman, teman perempuan yang sudah memiliki seorang kekasih pula.

Larissa benci pengkhianatan.

Benci sekali.

Rasanya lebih baik mendengar Sabian sakit keras, hingga hampir mati daripada mendengar pengkhianatan lelaki itu.

"Mas Deva."

Larissa tersengut-sengut begitu memasuki kamar. Raut wajah Deva berubah khawatir. Lekas pria itu memutus panggilan telepon secara sepihak, kemudian melempar asal telepon genggam ke atas ranjang.

Kakinya melangkah lebar mendekati sang istri yang masih mematung di dekat pintu.

"Kamu kenapa, Sayang?"

Larissa semakin terisak mendengar pertanyaan Deva, air mata mengalir kian deras. Langsung saja gadis itu berhambur ke pelukan sang suami.

Menumpahkan segala risau hati di dalam dekap sang suami hingga membasahi kaus polo suaminya dengan air mata. Air mata kekecewaan atas pengkhianatan seseorang yang teramat dipercaya.

Deva tak bersuara, pria itu membiarkan Larissa-nya tenang terlebih dahulu. Ia usap punggung istrinya lembut, sesekali mengecup pundak gemetaran sang istri.

"Aku benci Bian, Mas. Aku benci. Bian jahat sama aku. Aku dikhianati, Mas."

Deva kembali membubuhkan kecup di bahu Larissa. Pertanyaan mengenai hubungan Larissa dan Sabian yang berputar di kepala sejak tadi malam sudah terjawab.

Sang istri dan adik sepupunya memang memiliki hubungan spesial di masa lalu. Hubungan yang bahkan belum terselesaikan.

"Katanya dia serius pacaran sama aku, katanya dia cuma mau aku, tapi apa? Dia bilang, dia udah nikah. Dia main gila sama perempuan lain waktu masih jadi pacar aku. I hate that bastard so bad! Bajingan sialan!" Sambil sesenggukan gadis itu mengumpati Sabian. Detik berikutnya, ia merenggangkan pelukan.

Pancarona Larissa [TAMAT-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang