−Februari, MMXXIV−
________________Happy Reading, Dulur-Dulur.
Warmest regards,
Your Harumi.
♡♡♡
Senyuman manis terukir di wajah jelita Larissa ketika Deva memasangkan anting model stud di bagian flat —di sisi dalam bagian atas telinga.
Beberapa menit lalu saat Larissa hendak memasang anting-anting di kelima tindikannya, Deva yang sudah lebih dulu selesai bersiap-siap —pria itu sudah rapi dengan balutan kemeja berwarna biru muda, dilapisi blazer berwarna navy, dan dipadukan dengan ankle pants –celana panjang di atas mata kaki– berwarna beige— menawarkan diri untuk memasang anting-anting di telinga sang istri.
Larissa dengan senang hati mempersilakan sang suami memasangkan anting-anting di telinganya. Ia tak pernah menyangka Deva mau repot-repot membantunya berdandan.
Tangan Deva terulur, mengambil satu buah anting jenis stud (lagi) yang dihias lima batu permata kecil, ia memasang di bagian inner conch –di area tulang rawan bagian dalam.
"Kamu sejak kapan mulai tindik, Sayang?" tanya Deva sambil memasang anting di telinga sebelah kanan Larissa.
"Hmmm ...." Larissa bergumam, benaknya menerawang ke masa silam.
"Pas lulus SMA, Mas."
"Oh, ya?" Tangan Deva meraih anting bermodel drop earring yang terletak di kotak perhiasan, lalu memakaikan di area cuping telinga.
"Iya, Mas. Aku mutusin buat piercing gara-gara sebel sama Kak Lingga, waktu itu doski marahin aku."
"Emang kamu ngapain?"
"Waktu itu salah satu temen aku cepuin ke Kak Lingga, kalo aku ciuman sama Bian di birthday party temen sekolah kita dulu."
Deva menghentikan gerak. Ia fokuskan seluruh perhatian pada gadis yang berdiri di hadapannya.
Deva memiringkan kepala. "Ciuman sama Bian?" ulangnya. Hanya ingin memastikan bahwa pendengarannya masih berfungsi dengan baik.
"Yep." Larissa mengangguk cepat. "Ciuman doang padahal, tapi marahnya kayak aku ngapain aja. Sebel banget. Sakit banget hati aku saat itu, ya, udah aja abis dimarahin aku langsung pergi ke mall, terus iseng tindik, deh. Gak tau kenapa aku ngerasa healing after doing that thing," terang gadis itu, suaranya terdengar antusias sekali. Ia sampai-sampai tak merasakan akan perubahan raut wajah Deva yang tampak mengeruh.
Ia lantas meraih tangan Deva, mengarahkan ke inner conch telinganya. "Nih, di bagian ini tindik pertama aku, Mas."
Deva melirik ke arah telinga Larissa, lalu kembali memusat perhatian pada gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pancarona Larissa [TAMAT-LENGKAP]
Romance⚠️ Kalau Teman-Teman tim sad ending, silakan mundur. Jangan kecewakan diri kalian dengan akhir cerita yang bahagia. Thank you. . . . . . Tiba-tiba menjadi istri. Tiba-tiba menjadi seorang ibu tiri. Hidup Larissa dibuat jungkir balik setelah mengena...