XXXI

21.1K 1K 232
                                    

−Maret, MMXXIV−

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

−Maret, MMXXIV−

♡♡♡

Hai, Dulur-Dulur.

Selamat Hari Sabtu. ^^

Apa kabarnya nih, Semua?

Kita ketemu lagi nih di Pancarona Larissa.

‼️ Nanti setelah berbuka puasa aku akan posting lagi bab 32 atau bab akhir dan epilog-nya, ya. ^^

Jangan lupa tinggalkan jejak cinta di kolom komentar, Sayang-Sayangku.^^

Happy Reading, Semuanya.

Warmest Regards,

Your Harumi

♡♡♡

Larissa menggigiti kuku jari telunjuknya, wanita itu tampak berpikir keras.

Lama Larissa berdiam diri. Larut dalam pikirannya sendiri. Menimbang matang-matang permintaan sang suami.

"Zayna? Mas jemput di bandara, ya?" Lagi Deva mengudarakan pinta.

Wanita itu tak langsung menjawab. Ia menarik napas panjang, lalu mengembuskan pelan.

"Oke. Tapi kamu sendiri yang jemput. Jangan bawa Mas Danu dan Mas Angga."

Terdiam.

Kini pria itu yang membatu di seberang sana.

"Kalau kamu gak bisa, gak usah dijemput. Aku juga gak butuh-butuh amat dijemput sama kamu." Suara Larissa terdengar dingin dan tak berperasaan.

Namun Deva tak tersinggung. Setelah menjemput kembali kesadarannya, pria itu menyahuti Larissa.

"Mas bisa. Mas akan jemput kamu. Nanti kabari kapan mau balik dan jam landing-nya ya, Zayna."

"Iya."

"Oke, see you soon. I miss you, Zayna."

Larissa lekas mengakhiri telepon secara sepihak, tak ingin repot-repot membalas ungkapan rindu dari sang suami.

Besok harinya, Larissa Zayna Ganendra memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya.

Maka dari itu di sinilah Deva sekarang, di parkiran ruang bawah tanah rumah utama keluarga Banyuaji.

Ia menatap bingung Rolls-Royce-nya.

Sudah bertahun-tahun pria itu tak pernah mengemudikan mobil. Kepergian Nesha meninggalkan trauma yang teramat dahsyat, hingga Deva tak mampu mengendarai mobil seorang diri.

Pancarona Larissa [TAMAT-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang