Pov yuyun
Dari kecil gue sudah di kenal sebagai anak yang nakal, gue sekolah cuman tamatan SMP.
Sebenarnya gue sekolah sampai kelas 2 SMA cuman di keluarin dari sekolah karena gue ketahuan hamil.
Untungnya pacar gue yang umurnya lumayan jauh itu mau bertanggung jawab dan kita pun akhirnya menikah.
Tapi sayangnya anak pertama yang di kandung keguguran dan pernikahan gue pun kandas cuman bertahan hanya 1 tahun karena dia pun tadinya nikahin gue buat menutupi kehamilan saja.
Di tengah keruwetan pikiran saat itu orang tua gue yang tinggal satu-satunya meninggal, di tambah kakak-kakak gue malah menilep semua harta warisan yang harusnya jadi jatah gue.
Orang tua gue bisa dibilang orang berada, di kampung dulu orang berada itu bukan orang yang punya mobil atau rumah mewah, lebih ke luasnya aset tanah atau sawah.
Gue tiga bersaudara dan jadi anak bungsu, kedua saudara gue laki-laki dan semuanya sudah menikah.
Menjadi yatim piatu dan merasa terusir dari rumah, karena rumah milik orang tua malah di tempati abang kedua gue, akhirnya gue putuskan buat mencari kerja ke kota besar.
Di bulan pertama kerja, gue bertemu dengan bapaknya norman, namanya "Saleh" tak lama kami berpacaran akhirnya gue di pinang dengan hanya di walikan orang yang masih jadi saudara gue.
Bapak norman dari pertama kenal gue juga udah cukup kaya sampai kami sempat memiliki rumah dan mobil saat itu, tapi sayang cuman sebentar gue menikmati masa indah itu, usaha saleh malah bangkrut karena di tipu oleh teman-temannya.
Bapak norman akhirnya depresi saat rumah yang menjadi harta terakhir di sita bank dan dia pun pergi entah kemana walaupun sempat beberapa lama gue berusaha mencarinya.
Gue dan norman akhirnya ngontrak dari sisa-sisa perhiasan yang gue sembunyikan dan membuka usaha makanan kaki lima.
Satu waktu gue dapat kabar bapak norman sudah meninggal dan tempat kejadian itu jauh sekali dari kampung halaman saleh dan tempat gue tinggal, Sempat saat itu gue mengikuti proses pemakaman di kampung halamannya dan lagi-lagi gue di anggap jadi orang paling bersalah dalam kebangkrutan dan kematian saleh.
Usaha makanan gue pun nggak berjalan lancar sampai kontrakan pun tak terbayar.
Karena rasa putus asa akhirnya gue memutuskan untuk pulang kampung saja walau sebenarnya hati ini masih benci dan kecewa sama kedua kakak gue.
Dengan menggendong norman yang masih berusia 3 tahun gue pun pulang ke kampung dengan harapan semoga mendapat sedikit bagian yang harusnya menjadi hak gue.
Ternyata benar dugaan gue, di kampung gue di anggap udah kayak sampah,orang yang gak guna dan hanya bikin malu keluarga.
Sepeserpun tak mereka berikan, berjuta alasan dan hinaan mereka lontarkan seperti gue bukan saudara sedarah mereka, sewajarnya gue adik perempuan mereka satu-satunya yang seharusnya mereka sayangi.
Akhirnya gue putuskan untuk kembali ke kota lagi berbekal hanya uang ongkos tanpa uang pegangan seperak pun.
Sesampai di kota gue terlunta-lunta tak tahu arah, makan dan minum hanya berharap dari kasihan orang, mau ngemis gue malu masih sangat muda dan bugar.
Norman bisa seharian dalam gendongan gua, ke setiap toko atau kios gue menawarkan diri untuk bisa bekerja bahkan ke pedagang kaki lima.
Tidur kadang di emperan kadang di taman kota, beberapa kali gue harus memuaskan para begundal-begundal jalanan demi keamanan gue dan norman.
Di umur gue waktu itu mungkin wanita lain masih tidur nyenyak bersama orang tua atau suaminya,tapi gue berbeda.
Gua sadar hidup seperti itu mungkin karena sebab kenakalan sendiri tapi seharusnya masih ada keluarga yang membingbing gue nyatannya gue di biarkan.
Akhirnya gue di terima kerja di tukang gorengan kaki lima, mungkin karena kasihan melihat gue tiap hari lalu lalang di tempat mangkalnya.
Karena gue nggak punya tempat tinggal akhirnya gue di carikan tempat untuk hanya sekedar tidur dan dapatlah gubuk bedeng yang akhirnya gue tinggalin belasan tahun.
Di masa itu gue sering sekali gonta-ganti pacar, dari pengamen sampai tukang becak pun gue pernah pacarin. Gue sadar gue nggak terlalu cantik hanya punya modal badan doang yang serba besar.
Selain untuk pelampiasan birahi gue yang memang berlebihan gue juga butuh uang pemberian dari pacar-pacar gue, biarpun kadang tak seberapa yang penting bisa menyambung hidup, sama aja gue jadi wanita panggilan tapi secara tidak langsung.
Pernah gue juga nyoba mangkal tapi jujur gue nggak ahli dalam mencari pelanggan dan yang jadi masalah besar gue orangnya gampang di tipu dan nggak tegaan kadang orang yang nawar tak seberapapun gue ladenin karena pelanggan ngakunya dompet ilang lah atau cuman pengamen atau dagang lagi sepi.
Tapi sebinal apapun gue norman selalu tetap berada di dekat gue, cuman norman saat itu yang menjadi api semangat gue untuk tetap berjalan di atas dunia.
Cukup lama gue kerja di tukang gorengan dan menjalani kerjaan sampingan gue hingga akhirnya bertemu dengan bapaknya ririn, namannya Rudy.
Dia seorang pegawai swasta yang jadi langganan beli gorengan, hubungan itupun tidak lama hanya dua bulan saja tapi gue kocolongan sampai gua hamil lagi.
Rudy sering mengajak gue ke hotel saat itu, sampai ku beri tahu tentang kehamilanku dia mau bertanggung jawab tapi gue harus rela jadi istri kedua.
Gue kaget dan tak menyangka ternyata rudy sudah beristri.
Kalau gue egois ada hati wanita lain dan mungkin anaknya yang akan tersakiti dan gue sangat paham tentang apa yang di sebut sakit hati itu.
Kalau di bandingkan dengan istrinya yang seorang wanita baik-baik siapa lah gue, gue hanyalah seorang pelacur bahkan tak cantik pula.
Gue akhirnya mengalah dan tak mau lagi berurusan dengan rudy, anggaplah rudy yang sudah menipu gua dan istrinya sendiri.
Setelah pertemuan terakhir itu rudy pun menghilang dan tak pernah bertemu lagi walaupun hanya berpapasan.
Saat ririn lahir norman sudah berusia 6 tahun, gue harus menahan sakit yang lama sama melahirkan ririn karena ada kendala dalam kandungan dan mengharuskan gue menjalani Caesar tapi apa mau di kata biaya yang tak ada akhirnya gue pun menolaknya dan memilih untuk lahiran normal.
Hidup sendiri di rantau orang dengan keadaan seperti itu takan pernah ada orang yang membayangkanya.
Beruntung masih ada orang baik yang membantu gue walau hanya semampu mereka di tengah keterbatasan.
Selagi gue sibuk dengan ririn kecil normanlah yang berusaha mencari sesuap nasi untuk kami, kadang dia ngamen, nyari barang bekas bahkan mengemis sekalipun.
Gue tau kerasnya jalanan benar-benar memaksanya untuk bertahan dan menjadikannya lebih kuat.
Kalau ririn sedang tak enak badan dia akan rela bekerja lebih keras untuk bisa membelikannya obat penurun panas, norman bagi gue adalah api semangat gue dan ririn adalah cahayanya.
Gue selalu berpesan padanya jangan pernah mengambil hak orang lain, bekerjalah walau pekerjaan itu di anggap hina bekerjalah selama itu tidak melanggar hukum.
Entah pada usia itu sudah mengerti atau belum tapi sampai detik ini pun gue belum pernah mendengar norman mencuri atau melanggar hukum, kecuali dia berantem atau mukulin orang, Gue yakin masalah itu bukan karena uang.
-------++++++---------
Next masih POV yuyun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terlarang(Incest)
RomanceHighest ranking. #1# in Realita #50# in kehidupan #78# in percintaan Kisah tentang incest hubungan ibu dan anak. Norman adalah anak kandung dari yuyun, tapi hubungan ibu dan anak itu berubah menjadi hubungan kekasih saat realita kehidupan melanda me...