12b

930 7 0
                                    

Jam 8 lebih norman buru-buru berangkat ke toko haji arifin, hampir saja dia tak jadi berangkat karena kesiangan efek pertempuran semalam.

Mak yuyun pun bangun siang dengan seluruh badannya terasa pegal dan selangkangannya yang masih terasa perih.

Ririn hanya bisa pura-pura ngomel melihat emak dan abangnya bangun kesiangan di tambah ririn melihat cara jalan mak yuyun yang terlihat menahan sakit.

Toko mebeul sudah buka saat norman tiba di sana, buru-buru ia ke dalam untuk menemui bos barunya sekedar izin mulai kerja sekaligus meminta maaf.

Nampak seorang wanita berumur kurang lebih 35 tahun sedang merapikan barang-barang, terlihat cara dia melangkah seperti sedang menyeret sebelah kakinya.

Merasa ada orang masuk wanita itupun membalikan badan dan lansung menatap norman.

"Silahkan mau cari a.......". Sapaan wanita itupun terhenti.

Mereka pun saling bertatapan, tapi norman cukup kaget karena mata wanita tidak fokus atau bisa di sebut juling.

Buru-buru wanita itu memakai kacamata yang dia kaitkan di leher bajunya, tampak wajahnya memerah malu. mata wanita itupun kini nampak normal seperti mata-mata pada umumnya.

"Sa...saya norman mbak...". Sapa norman tergagap.

"Ooo...mas keling ya...". Jawab wanita itu masih tersipu karena kelebihannya terlihat norman.

"Maaf saya kesiangan mbak...apa ada pengiriman pagi hari?". Tanya norman ikut kikuk.

Norman sekarang menyadari kenapa haji arifin menyebutnya spesial, selain matanya ternyata sebelah kakinya juga spesial.

"Paling nanti siang mas...mari duduk dulu...". Ajak wanita itu.

Norman pun menurutinya, mereka pun duduk di sofa dagangan yang di pajang saling berhadap-hadapan.

"Panggil saja saya Rukmana atau orang-orang disini biasanya manggil saya numa". Jelas numa memperkenalkan diri.

"Babeh udah cerita tentang mas keling...nanti selain ngantarin barang mas keling juga jaga di depan buat ngeladangin tamu, kata babeh mas keling juga mau jualan koran kan di depan...". Kata numa.

"Iya mbak...besok paling...soalnya tadi saya kesiangan". Balas norman.

Mata mereka kembali saling bertatapan, sekilas norman mengingat wajah numa mirip sekali mak yuyun muda walau numa lebih putih dan dan bersih karena perawatan.

Numa pun nampak grogi melihat lelaki gagah di depannya, apalagi ayahnya pernah mengatakan norman adalah lelaki yang baik dan pekerja keras.

Tapi pikiran itu sekaligus menyadarkan tentang keadaan dirinya, numa tak mau orang menyayanginya karena kasihan saja.

"Yaudah kalau gitu saya ikut beres-beres sama mbak numa...". Ucap norman.

Di tempat itu juga ada beberapa pekerja lain tapi mereka bekerja di belakang menjadi pembuat barang-barang meubel.

Numa dan norman pun akhirnya beres-beres bersama, numa ternyata orangnya cukup humble sebagai seorang bos.

Ada seorang lagi pekerja perempuan yang khusus kerja di depan sebagai orang yang meladeni pembeli, namanya risa umurnya sekitar 20 tahunan.

Orangnya sangat pendiam, nyerocos kalau sedang ada pembeli saja.

Hari pertama kerja norman dan numa banyak saling bertukar cerita sampai mereka bisa tertawa bersama, risa tak ikut nimbrung karena memang kata numa biasanya selesai beberes risa bisa duduk sampai seharian memainkan ponselnya.

Waktu Pun sudah semakin sore dan toko bersiap untuk tutup, risa langsung pulang bersama pegawai lain setelah menerima uang makan harian.

Numa sengaja menyuruh norman pulang terakhir karena harus memberikan uang yang telah di janjikan haji arifin kemarin.

"Ini uang yang kemarin mas....". Numa memberikan segepok uang yang di keluarkan dari tasnya.

"Makasih ya mbak...bilangin makasih juga ke pak haji...". Norman menerima uang itu dengan tangan gemetar.

Baru kali ini dia memegang uang sebanyak itu secara langsung.

"Iya titip salam juga buat bu yuyun sama ririn...". Balas yuyun.

"Mbak pulang di jemput pak haji??...". Tanya norman.

"Nggak!!...saya bawa motor sendiri....". Jawab norman.

"Mbak pulang naik motor sendiri??...". Tanya norman kaget.

"Iya...emang kenapa??...belum liat ya orang yang kakinya gini naik motor sendiri ya??". Goda numa.

"Hah...eh...loh...bukan gitu maksudnya mbak....". Norman gelagapan.

"Ma...maksudnya motornya mana??...". Tanya norman karena cuman tinggal motor norman yang nampak di depan.

"Masih di garasi belakang....Oooo...atau mas mau nganterin saya pulang!!...hahaha...". Goda numa lagi.

Wajah norman makin memerah menahan perasaan yang entah tiba-tiba jadi nggak karuan, antara mau atau malu.

"Ah mbak bisa aja...saya yang malu Kalau harus nganterin bidadari pakai motor butut...". Balas norman.

Jleb....seketika tawa numa berhenti, sekarang wajahnya yang malah balik memerah.

"Yaudah biar saya yang ambilin motor mbak ke depan...". Buru-buru norman menawarkan diri daripada suasana semakin kacau.

"Biar saya aja mas sekalian mau ngunciin garasi...". Tolak numa.

"Kalau gitu saya tunggu di luar pagar biar nanti saya yang nge-gembok". Norman lalu mendorong motornya ke luar pagar.

Numa pun mengunci toko lalu pergi ke belakang, cukup lama hingga dia muncul lagi ke depan mengendarai motor matic besarnya.

Norman pun menggembok pagar agar numa tidak turun naik dari motornya lalu memberikan lagi kuncinya.

"Saya duluan mas....". Pamit numa.

Norman membalasnya dengan menganggukkan kepalanya seraya tersenyum.

-----++++++------

Mak yuyun,ririn dan norman duduk mengelilingi uang yang di berikan haji arifin.

Tatapan mereka takjub sekaligus bingung melihat uang yang mereka anggap sangat besar berada di hadapan mereka.

"Simpen aja dah mak....". Ucap norman.

"Apa gue pake modal aja...sejuta dulu cukup kayaknya". Desis yuyun.

"Laptop ada gak ya yang dua jutaan...". Timpal ririn.

Dagangan ririn yang hanya 15 potong bolu habis terjual di pajang di gerobak mak yuyun.

Ada pembeli yang menyarankan agar bolunya pake toping coklat atau rasa lain biar lebih meriah.

Ririn jadi banyak belajar dari para pembeli bolunya hari ini, memang masukan-masukan seperti itu sangat dia butuhkan untuk mengetahui apa yang di inginkan pelanggan.

"Kalau warisan emak dulu kagak di tilep mungkin lu-lu pada kagak hidup kek gini". Celetuk yuyun.

Mata ririn dan norman pun langsung tertuju ke arahnya.

"Huusshh...udah deh mak...ngapain di pikirin lagi". Ujar norman.

"Iya mak...kita udah bahagia kok hidup kek gini asalkan tetep bareng-bareng". Hibur ririn.

"Dah ah kok dapat uang malah pada mellow gini sih...katanya mau pada bikin bolu lagi...". Norman memecah suasana.

"Buru rin...bawa bahan sama alatnya sini...". Timpal yuyun tersadar dengan kata-katanya sendiri.

"Emak kok duduknya dari tadi kayak gak nyaman gitu sih...". Tanya ririn.

Yuyun dan norman pun saling pandang.

-------++++++-------

Next part.











Cinta Terlarang(Incest)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang