11b

1.1K 8 2
                                    

Badan si rambut mulet pun terdorong ke belakang saat menerima pukulan dari keling.

Wajahnya semakin memerah menahan amarah.

"Anyi** sia....". Umpat pria itu lalu kembali menyerang norman.

Norman dengan rileks kembali menghindari setiap serangan dari si mulet, tapi tak ada satupun pukulan yang mengenainya.

Si mulet semakin beringas tak terima merasa di permainkan keling, di tambah pengaruh alkohol yang membuat amarahnya makin tak terbendung.

Dengan wajah yang semakin merah padam si mulet langsung mengeluarkan pisau balisong dari saku belakang celanannya.

Sontak semua orang yang berada di dalam langsung menjauh bahkan ada yang langsung berlari keluar.

"Pareuman sia ku aing...". Ancam si mulet.

"Weh...weh...tenang rong...". Pekik ilham kaget.

Keling cuman nyengir melihat lawannya mengeluarkan pisau.

Si mulet langsung menyerang keling tanpa ada orang yang berani menahannya, tangannya melesat dengan serangan menusuk ke arah dada keling.

"Dasar bocah....". Gerutu keling.

Masih sempat keling meledek pria sangar itu lalu dengan cekatan menangkap tangan si mulet di susul dengan menghantamkan dengkulnya ke dadanya.

"Hhhuueeekkkk... ". Pekik si mulet tertahan.

Keling lalu memelintir tangan si mulet ke belakang dan mengambil alih pisau yang di pegangnya lalu dengan secepat kilat keling langsung menendang betisnya sehingga si mulet sekarang berdiri dengan dengkulnya tak berdaya membelakangi keling.

Dengan santai keling langsung menaruh pisau itu di leher si mulet, semua orang yang berada di tempat itu terbelalak ngeri termasuk si mulet yang langsung terdiam pasrah.

"Hahahahaha.....". Ilham malah tertawa cekikikan melihat kejadian itu di ikuti keling.

"Hoooobbaaaaahhh.....". Pekik ilham dan keling serentak lalu tertawa lagi.

Ilham langsung ikut membuka bajunya menunjukan tato yang sama di dada kirinya dengan keling. Lalu menepuk-nepuk tato itu dengan tinjunya penuh semangat.

Orang-orang di sana malah melongo bingung melihat tingkah kedua orang ini. termasuk si mulet.

Si keling pun menurunkan pisau dari leher si mulet lalu melepaskan cengkeramannya.

"Sorry ya bang...". Ucap keling pada si mulet lalu membantunya berdiri dan  langsung menjabat tangannya.

Si mulet pun menerima jabat tangan keling walau nampak masih shock dan kebingungan.

Mereka pun kembali duduk dan orang yang tadinya ikut menyaksikan pun kembali ke tongkrongan masing-masing.

Si mulet nampak mengenakan lagi bajunya sambil menekan-nekan dadanya yang sempat kena hantam keling.

"Sekali lagi sorry ya bang...". Ucap keling sembari mengembalikan pisau yang sudah di lipat milik si mulet.

"Iye...kagak apa-apa...cepet juga gerakan lu...". Jawab si mulet.

"Mungkin karena abang lagi minum aja kali jadi kebaca serangannya". Balas keling merendah.

"Yaudah gue pulang dah bang....udah kemaleman ini". Izin keling pada ilham.

"Kagak minum dulu lu??". Tawar ilham lagi.

"Berabe kalo emak gue tau bang...". Canda keling sambil nyengir.

"Yaudah sono pulang...males gue kalau emak lu udah ngomel-ngomel.". Timpal ilham ikutan nyengir juga.

"Hahaha...". Keling tertawa lalu bangkit dan menyalami semua yang berada di ruangan itu satu persatu.

"Gue pulang ya....". Pekik keling.

Sebelum keluar tangan keling sempat menyambar satu botol minuman lalu memasukannya ke dalam kaosnya.

"Sialan lu embat juga ling...". Omel ilham.

"Buat oleh-oleh emak gue ntar....". Jawab keling basa-basi lalu pergi keluar.

Di luar sekarang tidak ada orang yang berani menatap keling secara terang-terangan, semua orang tampak menunduk seolah sibuk dengan obrolannya masing-masing.

Rojak pun nampak baru datang dan sempat menyapa keling.

"Wih udah mau pulang aja lu....". Sapa rojak, dia tau pasti keling sudah membicarakan masalah lapak dengan ilham.

"Iya bang...dah beres masalah gue...". Jawab keling.

"Gimana aman??....". Timpal rojak penasaran.

"Amannn...". Balas Keling.

Mereka pun bersalaman dan akhirnya keling pun pamit pulang.

----------

Di kontrakan mak yuyun nampak duduk di luar sambil menghisap rokok.

"Udah beres man...". Yuyun sadar norman keluar pasti sedang membereskan sesuatu.

"Beres mak...". Jawab norman, dia sempat menengok ke dalam kontrakan melihat-lihat apa ririn masih belum tidur.

Di atas nampan melamin sudah terbungkus beberapa bolu yang sudah di kemas plastik.

"Dia udah tidur...". Jelas yuyun melihat norman celingukan.

Norman pun lalu mengeluarkan sebotol minuman dari dalam jok motornya.

Yuyun pun bangkit lalu menutup pintu kontrakan dan menguncinya dari luar, mereka pun masuk ke kontrakan tengah dengan perlahan karena pintunya kadang berderit.

Norman langsung rebahan di lantai keramik menatap langit-langit.

"Lu berantem lagi...". Tanya yuyun sembari membuka botol minuman lalu meneguknya langsung.

Kepulan asap rokok nampak jelas terlihat terkena cahaya lampu dari luar.

"Iya mak dikit...di isengin bang ilham". Jawab norman.

Norman pun duduk lalu ikut meminum minuman yang di bawanya lalu menyalakan sebatang rokok.

Yuyun pun berdiri lalu menanggalkan seluruh pakaiannya di lantai dan menjadikannya alas untuk duduk.

Melihat payudara yuyun bergelantungan norman memainkan pentil yuyun yang kini telah menjadi hobinya sekarang.

Yuyun hanya membiarkan dan kembali meneguk minumannya.

"Jangan kebanyakan mak...nanti mencret-mencret lagi....". Celetuk norman.

"Gara-gara lu berarti kalu gue mencret-mencret...lagian ngapain bawa yang ginian". Omel yuyun.

"Paling gue sumpal lagi mak...hahaha...". Canda norman.

"Lagian sayang kalau kagak di bawa mak...banyak banget tadi di sana...". Tambah norman, merasa celananya terasa semakin sesak norman pun akhirnya membukanya.

Batang norman nampak berdiri gagah dengan urat-uratnya yang menyembul  keluar.

Gercep mak yuyun meremas peler norman saking gemesnya.

"Awwwww...pelan-pelan mak...". Pekik norman tertahan takut ririn kebangun.

"Gemes banget gue....". Ucap yuyun.

Malam semakin larut, suara binatang malam dan kodok saling menimpali di tambah angin malam yang berhembus menambah suasana makin membara di antara kedua sejoli terlarang.

Suara desahan dan geraman silih berganti, kadang di tambah suara cekikikan yuyun yang girang telah menumbangkan lawannya.

Ayam berkokok tak mengendorkan birahi mereka, tubuh renta mak yuyun seperti boneka yang setiap saat berganti posisi.

Di bawah pengaruh alkohol norman benar-benar menghajarnya dengan tenaga mudanya yang masih sangat prima.

Tak mau kalah mak yuyun meladeninya dengan sisa-sisa tenaganya walau nafas sudah tersengal-sengal dan selangkanganya yang mulai terasa perih di bagian belakang maupun depannya.

Payudaranya terus bergoyang, mulutnya terus basah di siram alkohol dan air birahi yang dimana yuyun selalu tak rela kalau calon cucu-cucunya di buang di tempat lain kecuali di mulutnya.

--------++++++++------

Next part.

Cinta Terlarang(Incest)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang