"Dimana Lord? Apakah beliau pergi?"
Frankenstein pulang sedikit lebih awal hari ini setelah beberapa hari lembur, bahkan pernah tidak pulang saking sibuknya. Sudah larut malam, ia tidak melihat Lord Bangsawan itu bahkan Seirapun tak muncul. Mata birunya menyapu sekeliling, rumah tampak sepi. Hanya ada Raizel, Regis, Takio, dan M-21.
"Beliau sedang menginap di rumah Sui bersama Seira dan Yoona," jawab Regis.
"A-apa?" Dia tidak salah dengar bukan? Menginap?
"Ya, beliau sedang menginap"
"Gechutel akan melarang keras jika mengetahui Lordnya melakukan hal itu." Ia mengusap wajahnya kasar. Malas berurusan dengan kakek satu itu karena Frankensteinlah yang bertanggung jawab mengenai tempat tinggal Raskreia untuk sementara atas permintaan Gechutel. "Haa"
"Aku yang mengizinkannya," ucap Raizel. Ia meletakkan kedua tangannya di kaki yang bersilang.
"Tuan?"
"Anak-anak itu memohon padaku," ucapnya pada pelayan setianya itu.
"Tidak Tuan, tidak apa-apa. Sama sekali bukan apa-apa," katanya penuh hormat.
Sementara itu dia jadi berpikir, sepertinya Tuan lebih perhatian pada Lord Raskreia akhir-akhir ini. Apakah keduanya beneran berkencan? Apakah Tuannya benar-benar serius dengan Lord? Apapun keputusan Tuannya, ia harus siap dengan hal itu.
/////
"Bagaimana kalau kita memberi hadiah," usul Yoona.
Mereka akan segera lulus, tidak ada salahnya memberi kenangan yang berharga. Raskreia juga sebentar lagi pulang.
"Aku setuju"
"Ada Rai, Seira, Regis, dan Raskreia, kita juga ada berempat. Jadi 1 orang memberikan 1 hadiah," Ikhan memberi ide bagus.
"Kau jenius, Ikhan," puji Shinwu.
"Hehe"
"Ayo tentukan secara acak," kata Sui.
/////
"Kudengar kau dan yang lainnya akan segera lulus. Boleh kutahu, apa yang akan kau lakukan setelah lulus?"
Pria rupawan itu termenung lama lalu akhirnya membuka mulut. "Aku belum tahu akan bagaimana"
"Sebaiknya kau tetap disini. Disinilah tempatmu, Raizel"
Si pria memandang wanita itu dengan tatapan sendu.
"Aku senang kau berada disini, banyak orang yang peduli padamu, banyak hal yang bisa kau lakukan. Jika kau berada di Lukedonia, kau akan terbelenggu dalam kesendirian, aku tidak mau kau hidup seperti itu lagi" Wanita itu menggeleng kuat-kuat.
Ucapan Raskreia memang benar, dirinya juga masih memikirkan akan kemana setelah ini. Walaupun Frankenstein sudah menyiapkan segala kebutuhannya.
"Cepat atau lambat, aku akan kembali ke Lukedonia," jawab Raizel akhirnya.
Manik merah keduanya saling beradu pandang, seolah berkata 'kenapa?'. Sebagai orang yang memiliki jabatan tertinggi di kaum bangsawan, mereka selalu menyembunyikan perasaan mereka.
"Kau tidak perlu mengkhawatirkan kami lagi," ucap Sang Lord.
"..."
"Ayahku berkata kita harus belajar dari umat manusia, aku paham sekarang. Dia ingin kau menikmati kehidupan yang kau inginkan, hidup bebas. Tapi apapun keputusanmu, aku akan menghargainya"
Pria itu masih diam seribu bahasa, Raskreia tersenyum penuh arti dengan memandang langit malam yang dipenuhi bintang kala itu.
/////
KAMU SEDANG MEMBACA
Noblesse; Red Snow
Fiksi PenggemarSalju merah. Di langit malam itu, terdapat salju merah yang aneh. Semua orang bertanya tanya. Apa yang sebenarnya terjadi?. Kejadian itu adalah sebuah tragedi sekaligus keajaiban. Berbagai rasa pilu dan sakit yang dialami mereka merupakan sebuah t...