11. Cinta (2)

79 6 0
                                    

"M-21, apakah kau tahu kenapa kau kupanggil untuk datang kemari?"

"T-tidak"

Pria berambut abu-abu itu terlihat tegang. Bagaimana tidak, ia sedang duduk berhadapan dengan Bossnya sekarang, ditambah Raizel duduk di sofa satuan dan Tetua Ketiga duduk di sebelah Frankenstein. Di gedung Union pencakar langit, keempat pria itu bertemu.

"Ini mengenai data identitas teman-temanmu"

Deg! Jantung M-21 terasa terhenti sesaat.

"A-apa?"

"Aku mencarinya bersama Tetua Ketiga"

"Kau tidak perlu melakukan itu"

"Kenapa? Itu adalah impianmu bersama teman-temanmu bukan? Tuan juga sudah menyetujuinya," jelas Frankenstein.

Pria setengah werewolf itu melirik Raizel. Sedangkan yang dilirik hanya memejamkan mata menikmati teh. M-21 merasa tidak pantas mendapatkan itu, dia sudah terlalu merepotkan, ditambah pekerjaan Frankenstein yang terlalu banyak pula.

Pria di hadapannya menghela napas. "M-21, kami sudah mencari dokumen itu. Tapi dengan berat hati harus kukatakan bahwa kami tidak dapat menemukannya."

"..."

"Kami sudah mencarinya kemanapun tetapi hasilnya nihil. Di seluruh Union, di markas Crombell yang pernah kutahupun tak ada. Kemungkinan dia sudah memusnahkan dokumen itu. Maafkan kami." Kini Tetua Ketiga bersuara.

"Tidak apa-apa. Aku tidak terlalu memikirkan itu sekarang"

Dia beranjak dari sofa lalu membungkuk rendah, lebih lama dari biasanya. "Terima kasih."

"Tuan, sepertinya anda tak perlu mengkhawatirkan M-21 lagi," kata Frankenstein setelah anak itu pergi.

/////

"Lord, apakah anda baik-baik saja?"

Gechutel segera menemuinya setelah menerima panggilan bahwa mereka akan pulang hari ini.

"Aku tidak mau mengganggu kehidupannya disini. Ini mungkin menjadi momen terakhirnya bersama anak-anak itu"

"Frankenstein memberitahuku bahwa Tuan Raizel kemungkinan masih tinggal disini untuk sementara waktu," jelas pria yang berdiri di belakang Lordnya.

"Begitukah?"

"Benar Lord." Sebenarnya Gechutel tahu akan perasaan Raskreia pada Raizel, namun ia tidak mau mempertanyakan hal itu padanya.

"..."

Pandangan wanita itu fokus pada kegiatan manusia pada jam sibuk seperti ini. Orang-orang berjalan terburu-buru, mobil dan transportasi umum berlalu lalang tiada henti ditambah suara bising yang menyertai, gemerlap lampu tampak menyilaukan namun tidak baginya. Hari semakin gelap, semakin ramai pula jalanan itu.

Gedung tinggi yang ia pijakpun menjadi bukti bahwa manusia sudah berkembang sejauh ini. Manusia memang menarik. Tak heran Ayahnya selalu menyukai manusia, begitu juga dengan Raizel. Ia melihat pemandangan itu sekali lagi sebelum kembali ke Lukedonia. Kemungkinan ia tidak akan kembali lagi kemari.

"Apa yang anda bawa?" Kepala Keluarga Landegre yang masih setia menemaninya membuka percakapan lagi.

Raskreia menggenggam kado itu dengan kedua tangannya. Kado yang dibungkus rapi dengan pita berwarna merah.

"Anak itu memberikannya padaku. Ah, namanya Sui," jelasnya.

Gechutel tersenyum mendengarnya. Sepertinya Raskreia mendapatkan pelajaran menyenangkan dari kehidupan manusia disini.

Noblesse; Red SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang