BAB 2

715 55 1
                                    

***

"CARI DIA SAMPAI DAPAT! DIA PASTI KABUR DARI SINI!"

Semua orang berpencar atas perintah Laksamana Tarung untuk mencari keberadaan Gempa yan diduga kabur. Tak ada yang bisa menghubunginya dan tak dapat mencari melalui jejak terakhirnya Dimana. Karena jam kekuatannya tertinggal di dalam kamar. Halilintar yang sedang menggenggam jam kekuatan milik Gempa terlihat murka dan sedih di saat yang bersamaan. Bagaimana tidak? orang yang paling disayangi serta menjadi panutannya telah menghianati mereka semua, telah berbuat suatu kejahatan yang tak dapat dimaafkan.

"Kemana kau, Gempa? Bisa tidak jangan membuat kami kerepotan lagi?" desis Halilintar.

"K-Kak Hali..." Duri memanggilnya, wajahnya masih sembab akibat air mata yang tidak berhenti semenjak semalaman.

"Duri, ada apa?"

"Kakak tidak mungkin bersalah...pasti ada sebab akibatnya. Kenapa tidak meminta komandan dan laksamana untuk menyelidiki?"

"B-Betul itu. Kak Gempa orang yang baik, pasti ia tidak berbuat yang seperti itu." Blaze tiba-tiba muncul dan mengatakan hal yang sama.

Halilintar menghela nafas kasar, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang. Dalam lubuk hatinya, ia juga sangat meragukan bahwa Gempa adalah dalang dibalik kejahatan ini. Padahal, pernyataannya bahwa ia tidak kemana-mana dan hanya memasak itu benar, ini dibuktikan saat pulang semua hidangan makan malam tersaji. Terlihat enak walaupun sudah mulai mendingin.

"Aku...tidak tahu. Yang terpenting temukan ia dulu. Sekarang, ayo kita ke kedai. Yang lainnya sedang menuju ke sana." Ajak Halilintar.

Akhirnya, mereka bertiga memutuskan keluar dari rumah dan menuju ke kedai kakek mereka. Disana pula, sang kakek Tok Aba terlihat menangis tersedu-sedu. Karena salah satu cucu tersayangnya menghilang. Semuanya hanya terdiam, tidak mampu berkata-kata...sampai...

"Selamat pagi, Tok-eh kenapa ini?"

Adu Du dan Probe datang ke kedai dan menyapa.

"Eh Adu Du? Probe? Tumben datang?" Tanya Gopal.

"Yaaa seperti biasa...kami ingin mengantar alat kasir yang rusak kemarin. Aku taruh disini ya."

"Eh? kenapa monyok begini? Ada apa?" Tanya Probe.

"Kami sedang mencari Gempa. Sampai sekarang tidak ketemu..." jawab Yaya.

"Kenapa memangnya?" Tanya Probe.

Akhirnya, Yaya menceritakan semuanya dari awal sampai akhir tentang apa yang terjadi. Adu Du terlihat marah mendengarnya. Tidak, bukan marah dengan Gempa tapi kepada teman-teman dan saudaranya itu.

"BODOH! KALIAN BODOH! Hanya karena dugaan rekaman CCTV kalian langsung percaya begitu saja?!

"Weh, itu semua benar lah. Kalau kau tidak percaya, lihat saja." Fang memberikan rekaman itu untuk diperlihatkan kepada Adu Du dan Probe. Namun, tetap saja keduanya tidak percaya.

"Heh, ada bukti lain tidak? Dikirim kemana dokumen itu? Power Sphera dikirim kemana juga olehnya? Gempa tidak melakukan itu semua. Pantas saja ia menangis tersedu-sedu tadi malam sambil berlari entah kemana. Kalian telah membuatnya kecewa!"

Ucapan Adud Du membuat semua orang disana terdiam. Tok Aba berjalan mengarah ke Adu Du dan mengguncangnya.

"Dimana...kau bertemu dengannya Dimana? Katakan padaku Adu Du..."

"Aku juga tidak tahu...l-lepaskan aku t-tok abaaa...pusiiinggg..."

"Bagaimana aku bisa tenang kalau cucuku tertimpa masalah begini?" Ucap Tok Aba lirih.

"Aku memang tidak tahu dia ada Dimana, tapi waktu berlari...sepertinya mengarah ke Pantai."

Mendengar jawabannya, mereka kemudian berlari menuju Pantai yang sedikit jauh dari kedai. Sesampainya disana, tidak ada petunjuk apapun yang mengarah ke keberadaan Gempa. Hanya suara ombak dengan nyiur yang mendesis melambaik-lambai.

"Kita harus cari dia! Mungkin ada petunjuknya disini!" kata Ying.

Sudah berjam-jam mereka mencari Gempa, tidak ada penampakan lelaki itu. mereka hampir menyerah. Langit sudah hampir menjadi lembayung senja, namun mereka tidak menyerah untuk mencari.

"Eh? apa itu?" Ice menyipitkan matanya pada bebatuan karang yang ada diseberangnya. Ia melihat ada benda hitam seperti topi mungkin...entahlah.

Ia mendekati benda yang diduga topi, betapa terkejutnya dia. Ternyata itu topi milik Gempa yang bersimbah darah yang mulai mengering.

"A..A...A....AAAAKHHHHH.."

Teriakan Ice membuat mereka terkejut dan berlari menuju ke Ice.

"Hei, ada apa? Kenapa berteriak?" Tanya Taufan.

"Ka-kak G-Gempa..a..a..a.." Ice tak mampu mengeluarkan kata-katanya, sembari menujuk bebatuan karang yang cukup besar itu.

Dengan inisiatif, Taufan dan Yaya terbang ke bebatuan itu dan melihat sesuatu yang membuat Ice terkejut.

"I-Ituuu... ituuu..."

"To-topi Gempa..."

Mendengar ucapan mereka berdua, yang lainnya kecuali Ice memanjat ke atas bebatuan. Ya, sama terkejutnya dengan Ice, mereka terkejut melihat topi Gempa yang bersimbah darah.

"T-Tidak...tidak... bagaimana...bisa..."

"HUWAAAA KAKAAKKKK..."

"HIKS...KENAPAAA...AAKHHH..."

***

"Pengaktifan berproses dalam...5,4,3,2,1. Pengaktifan android 1E dan 1S berhasil dilakukan."

Kedua android itu akhirnya membuka mata mereka. Rupa android itu salah satunya nampak mirip seperti Gempa, tapi yang membedakan rambutnya putih dengan beberapa segaris helai yang berwarna hitam, matanya kuning keemasan begitu tajam, tatapannya datar. Sedangkan yang satunya, seorang gadis berambut hitam panjang, bermata coklat kayu, tatapannya terlihat periang.

"Selamat datang 1E dan 1S. Aku adalah Komandan kalian, pemimpin dari barisan utama Harrolph. Kalian telah diaktifkan hari ini, untuk menjalankan sebuah misi pertama kalian yang akan datang. Misi kalian nanti cukup berat, oleh karena itu kalian akan kupasangkan sebagai tim utama. Jalani misi itu dan selesaikan dengan bersih."

"Baik, komandan." Jawab mereka berdua.

Setelah Komandan Harrolph pergi dari hadapan mereka, 1S dengan riang memperkenalkan diri.

"Wuaaahhh jadi kau yang Namanya 1E? Halooo aku 1S! Salam kenal Senior 1E!"

1E (a.k.a Gempa) menatap datar android gadis itu, ia hanya mengangguk dan membalas perkenalan itu dengan singkat.

"Aku 1E."

Mereka kemudian berjalan keluar dari tempat Dimana mereka diciptakan. Layar hologram muncul di depan 1S, ia mempelajari segalanya yang ada disana.

"Uwaaawww kereeenn, berarti aku android tipe scanner, dan Senior android tipe battle dan attacker? Gilaaaa!"

"1S, tenang. Jangan berisik." Ucap 1E.

"Hehehe, maaf. Aku sangat antusias sekali senior. Apalagi, tentang pengetahuan ini, manusia dan kehidupannya. Apa misi kita berhubungan dengan manusia ya? aku harap begitu, karena aku ingin..."

1E tidak mendengarkan keseluruhan perkataan 1S. Pandangannya lurus ke arah pemndangan yang terlihat di jendela kaca besar.

'Seperti...ada yang mencariku. Tapi apa dan siapa?'

Gempa, where are you? We really miss youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang