BAB 11

378 41 6
                                    


***

Pria paruh baya sedang memperhatikan suatu hologram yang menampakkan 2 orang remaja, satu lelaki dan satu perempuan. Ya, mereka bernama Boboiboy Gempa dan Layla. Tatapannya begitu sendu, karena dirinya mengingat segala kenangan yang dialaminya bersama dua remaja itu, apalagi mereka berdua memiliki semangat serta senyuman yang begitu hangat, sehangat mentari pagi.

"Alex." Panggil seseorang yang ada di belakangnya.

"Ah, kau rupanya....Laksamana Shen." Orang itu bernama Shen, sama seperti Alex yang berusia 40 tahunan yang mengenakan setelan kemeja serba hitam.

"Ini, laporan yang sudah kami rangkum. Maaf tidak dikirim dengan pengiriman seperti biasanya. Ada sedikit gangguan, tapi sekarang sudah mulai normal.

"Oh ya, tidak apa-apa. Terima kasih Shen."

Sebelum Shen benar-benar kembali, ia sedikit tertarik dengan Alex yang sedari tadi memperhatikan dua remaja itu. Shen sangat tahu siapa mereka, karena dirinya juga pernah bertemu dan berbicara pada mereka.

"Kau sudah mematangkan rencanamu...untuk mengembalikan ingatan mereka?" Tanya Shen.

"Begitulah, tapi aku sedikit ragu. Aku tidak tahu apa dan bagaimana reaksi mereka ketika ingat kalau mereka sudah mati dan menjadi android."

Shen memperhatikan punggung Alex lurus, ia tidak akan melupakan bagaimana mereka para Xirel dengan teganya membunuh Gempa dan Layla dengan sadis. Selain itu juga, ia masih kesal dengan Alex sendiri karena...

"Haaahhh, kali ini aku tidak akan ikut campur yang seperti ini. Alex, kau bisa mengurusnya sendiri dan jangan cari bantuanku. Aku, masih sangat marah dan kesal kepadamu yang tidak segera menolong mereka berdua saat di ambang kematian. Bahkan kau hanya diam seribu bahasa di saat aku sudah berteriak kepadamu untuk menolong mereka. Kalau saja kau bergerak sedetik lebih cepat...mereka masih bisa menikmati kehidupan disini sebagai anggota Harrolph, bukan sebagai Android Harrolph. Apalagi...mereka takkan merasakan yang namanya dikucilkan oleh keluarga sendiri."

Setelah mengucapkan sepatah kata itu, Shen segera undur diri dari sana. Sepeninggalan Shen, Alex menghela nafasnya dengan kasar. Apa yang dikatakan oleh Shen adalah benar, semuanya benar. Karena dirinya yang terlambat mengambil keputusan, Boboiboy Gempa dan Layla harus meregang nyawa.

"Kau benar Shen, sampai kapanpun...aku adalah manusia yang buruk. Tapi, terlepas dari mereka berdua yang sudah menjadi Android, itu adalah keputusan mereka sendiri, bukan aku. Aku...sebenarnya tak setuju jika mereka menjadi android dan memilih untuk menguburkan mereka dengan layak. Tapi mereka yang memilih sendiri sebelum mereka meregang nyawa."

"Sudah saatnya...dan aku harus melapangkan dadaku. Bagiku, kalian berdua adalah teman, keluarga, sekaligus orang paling berharga. Kalian harus tetap hidup walaupun rintangan selalu datang kapanpun, 1E, 1S. Kalian harus tetap hidup."

***

"Hoaaammm ngantuknya..."

Keenam pria muda yang berwajah sama sedang tiduran di suatu kamar yang begitu luas, apalagi disana juga tersedia ranjang yang begitu empuk dan sejuk. Ditambah lagi, dalamnya ada kamar mandi yang...aduh tak dapat author deskripsikan. Sangat mewah, semewah yang ada di hotel bintang 10!

Apalagi baju ganti juga sudah disiapkan disana, dan saat memakainya begitu pas di badan dan tidak terasa panas maupun sempit.

"Aku selalu merasa kalau ini mimpi..." gumam Taufan.

"Kenapa Fan?" Tanya Halilintar sembari menggosok rambut basahnya.

"Y-Ya kau bayangkan saja! Ini markas atau apa?! Kelewatan mewah dan canggih teknologinya! Tapops kalah canggihnya daripada Harrolph! Bayangkan! Kamar luas, ranjang empuk, bajupun sudah tersedia untuk masing-masing orang, lalu di kamar mandi tadi. Kau tahu Hali?"

Gempa, where are you? We really miss youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang