Bab 31

95 18 0
                                    


***

"Ughhhh sakiiittt..."

Seorang anggota divisi Attacker tersadar dari tidur panjangnya, dia adalah Boboiboy Halilintar. Ia berusaha untuk duduk tetapi tubuhnya berasa lemas sekali.

"A-Akkhhh...ini kan? Ah, di ruang perawatan rupanya..."

"Taufan?"

Mata ruby merahnya menoleh kesana kemari mencari keberadaan saudaranya, yang rupanya juga masih tidak sadarkan diri dengan perban yang ada di kedua lengannya. Halilintar terkejut dengan keadaan saudaranya yang jauh dari kata baik.

"Sudah berapa hari...aku tidak sadar?"

"Total 5 hari kau tidak sadar."

"G-Gempa?"

1E mendekati ranjang Halilintar sembari membawakan nampan berisikan bubur dan air.

"A-Apa yang sebenarnya..."

"Nanti saja bicarakan hal itu. Kau baru saja sadar, sekarang isi tenagamu dulu. Aku sudah membuatkan bubur dan air hangat."

"Ah...iya..."

Halilintar menerima bubur itu dan memakannya perlahan. Sejujurnya, ia tidak lapar tapi ia merasa ada sesuatu yang terjadi antara dirinya dan Taufan sendiri. Apalagi...kejadian mengerikan tepat di depan matanya. Seluruh seniornya gugur, manusia-manusia terkurung dalam sangkar yang tak bersalah juga ikut terbunuh dalam peristiwa itu. Juga...senior android panutannya, 6B yang sudah ia anggap kakak sendiri, mengorbankan diri demi melindunginya dan Taufan.

"Yang berlalu jangan dipikirkan, lagipula kau akan bertemu lagi dengannya."

"Eh?"

Seakan mengerti apa yang dipikirkan Halilintar, 1E menyahut gundah gulana yang dialami oleh pemilik iris ruby itu.

"T-Tapi...apakah..."

"Kau tidak ingat yang dipelajari? Android yang gugur akan dihidupkan kembali, ingatan akan kejadian demi kejadian pun dimasukkan ke dalam memori mereka, jadi mereka juga akan ingat apa dan bagaimana kejadian itu terjadi." Ucap 1E.

"B-Begitu ya..."

"Lukamu cukup parah terutama pada keningmu, makanya kau mendapatkan jahitan lumayan banyak. Taufan juga mengalami cedera pada lengan kirinya dan lengan kanannya juga terluka parah. Sama-sama parah, makanya kalian sadarnya juga cukup lama."

"Maafkan aku Gempa...aku...aku masih belum layak menjalani misi sebesar ini. Sebelum-sebelumnya saja...tidak separah dan sebesar ini..." gumam Halilintar penuh penyesalan.

1E terdiam, ia menatap Halilintar lurus dan tak dapat ditebak apa yang dipikirnya.

"Kenapa kau bicara seperti itu?"

"K-Karena...aku merasa...gagal. Apa yang akan dikatakan oleh senior-senior? Terutama senior 6B, dia pasti akan kecewa denganku. Lalu para manusia tidak bersalah itu...dia pasti meraung kesakitan di alam sana sembari menyebutkan namaku dan menyalahkanku...karena tak bisa menyelamatkan mereka."

"Hentikan omong kosongmu itu, Hali."

Pada akhirnya juga, 1E merasa telinganya pedas dan kebas mendengar bualan tak masuk akal dari Halilintar.

"Kau sudah bertahan dan masih hidup saja sudah sangat bersyukur. Kau dan Taufan melawan Barton sampai titik ujung perjuangan, itu sudah suatu kebanggaan. Dan kau tahu? Mereka yang berguguran dan memintamu untuk lari dari pulau itu, karena mereka peduli dengan kalian berdua. Kalianlah manusia, dan mereka android. Android memiliki rasa ingin melindungi, rasa respect terhadap manusia yang juga sama-sama memiliki rasa hormat, respect, dan rasa ingin melindungi. Itulah yang ada di kalian berdua. Jangan merasa tidak berguna Halilintar, kau itu berguna dan kau itu kuat, itu sudah pasti. Mereka para seniormu bangga memiliki junior sepertimu dan seperti Taufan."

Gempa, where are you? We really miss youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang