Tujuh Belas

327 15 1
                                    

Arsen meminum bir nya dalam sekali teguk. Entah sudah gelas keberapa, yang pasti, dia mencoba menghilangkan rasa sakit hatinya dengan minum. Sudah dua bulan ini dia tidak pernah tidur di rumah. Dia ke rumah hanya pagi hari ketika dia hendak mandi dan ganti baju. Pekerjaanya hampir terbengkalai di beberapa minggu pertama. Tapi karena dia masih waras untuk tidak kehilangan pekerjaanya, dia segera membenarkan kinerjanya lagi. Dia masih mencari Lea setiap harinya. Dia tidak pernah lembur lagi dan diganti dengan mencari Lea dari satu hotel ke hotel lain. Apartemen, motel, bahkan sampai perumahan kumuh. Tapi dia tidak menemukan Lea dimanapun. Biasanya, setelah lewat jam dua malam, dia akan menyerah dan pergi ke kelab terdekat kemudian minum sampai pagi. Saat kelab hampir tutup, baru dia akan pulang, mandi, ganti baju, dan kembali bekerja. Dia sudah seperti robot rusak.

Dia tahu, Karina, sekretarisnya, kadang melihatnya khawatir. Wanita itu juga bilang kalau dia akan membantu mencari Lea, tapi sayangnya, hasilnya tidak jauh beda dengan dirinya. Lea tetap tidak ditemukan. Wanita itu seperti hilang di telan bumi.

Awalnya dia berpikir kalau Lea pergi ke luar kota, tapi perkiraanya salah ketika mamanya menelpon kalau Lea ada di rumah mama. Ya, ternyata Lea masih sering mengunjungi orang tuanya dan mama Arsen. Sayangnya, Lea sudah menghilang ketika Arsen hendak menyusulnya. Arsen tahu Lea melakukan itu agar tidak ada yang curiga kalau mereka sedang bertengkar. Tapi sampai kapan Lea akan menyiksa Arsen seperti ini? Lebih baik dia mati saja kalau begini.

Tiba-tiba saja, ketika dia hendak meminum bir nya lagi, gelas itu sudah menghilang entah kemana. Arsen mendengus kesal dan berbalik untuk menatap siapapun itu yang mengganggu minum-minumnya.

"Apa yang kamu--" ucapanya terhenti ketika dia melihat wanita yang dia rindukan ada di hadapannya, menatapnya dengan wajah sendu. Arsen segera tertawa kencang ketika sadar bahwa itu hanya bayangannya saja. Arsen menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kamu lihat Lea? Bahkan sekarang saya membayangkan kamu ada di sini, di hadapan saya," katanya. "Padahal saya sengaja gak pulang ke rumah supaya saya bisa ngehilangin bayangan kamu," gerutunya pelan.

Arsen meletakan kedua tangannya di bahu bayangan Lea. "Wah, kamu bahkan tampak nyata sekarang. Jangan-jangan saya sudah benar-benar gila."

Arsen menarik bayangan Lea dan menariknya kedalam pelukanya, menghirup leher bayangan Lea dan menciumnya dalam. "Ehm... bahkan wangi tubuhmu sama dengan Lea-ku," Arsen menggigit leher bayangan Lea, dia bisa mendengar bayangan itu mendesah dan membalas pelukan sama eratnya. "Bahkan desahan kamu juga sama. Oh, lihat, saya bahkan gak lupa apapun yang ada pada diri Lea. Lea itu istri saya kalau kamu mau tahu." Arsen meregangkan pelukannya dan menatap bayangan Lea. Arsen mengelus wajah bayangan Lea dan mencium seluruh mukanya.

"Mata kamu," Arsen beralih mencium hidungnya, "hidung kamu," Arsen mencium pipinya, "pipi kamu," dia beralih ke telinga dan menggigit pelan telinga bayangan itu, "telinga kamu," beralih lagi ke lehernya kemudian menghisap lehernya lagi. Setelah selesai, dia segera menatap mata bayangan Lea-nya dan melihat mata itu berkabut.

Tiba-tiba saja bayangan Lea mendekati wajah Arsen dan mencium bibir Arsen kasar yang di balas Arsen sama kasarnya. Tepat ketika Arsen menyandarkan tubuh bayangan Lea pada meja bar, kesadarannya menghilang.

***

Arsen tersentak bangun dan segera memegang kepalanya ketika dia merasakan kepalanya seperti ditusuk ribuan jarum. Ketika kepalanya sudah mendingan, dia melihat keseliling dan tersentak kaget saat melihat dia tidak mengenali tempat ini. Arsen terbelalak ketika dia sadar apa yang dia lakukan semalam. Dia merasa melihat Lea lau dia... tunggu, jangan bilang kalau..

Arsen segera membuka selimut yang membalut tubuhnya dan mengutuk dirinya sendiri ketika dia tidak hanya memakai boxernya saja.

Sial! Sial! Sial! Kalau begini ceritanya bagaimana dia bisa mendapat pengampunan dari Lea. Hanya sebuah pelukan dengan Nada saja membuat Lea pergi meninggalkanya. Apalagi having sex? Tidak, dia yakin kalau dia tidak melakukan apupun dengan wanita di kelab itu selain menciumnya. Tapi bagaimana kalau...

Sial!

Krieet!

Arsen tersentak ketika mendengar suara pintu yang didorong dari luar. Apakah orang di balik pintu itu wanita yang dia tiduri? Argh!!! Sial!!

Apa lebih baik dia pura-pura tidur saja? Biar nanti dia bisa kabur tanpa harus mendengar apakah dia memang benar-benar havig sex dengan wanita itu atau tidak. Ya, itu ide brilian. Kau benar-benar pintar Arsen, batinya.

Arsen segera merebahkan dirinya dan memejamkan matanya, pura-pura tidur. Arsen mendengar suara langkah mendekat. Tiba-tiba dia merasakan ranjangnya diduduki, dan dia juga merasakan kalau wanita itu mendekatkan wajahnya pada wajah Arsen.

"Saya tahu kamu pura-pura tidur, Bapak Arsenio Chandra," bisik wanita itu kemudian menggigit telinga Arsen lalu mencium mata Arsen.

Arsen segera membuka matanya cepat. Dan, ketika dia melihat mata itu, tiba-tiba saja kekhawatiranya menghilang dan berubah menjadi kekesalan sampai-sampai rasanya dia ingin mencekik leher wanita di hadapannya.

***


The Chronicle of usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang