[01]

2.1K 154 0
                                    

Malam yang semakin larut tak membuat pemuda dengan apron hitam itu menghentikan kegiatannya. Sepertinya malam ini ia akan lembur. Bagaimana tidak, pengunjung terus saja berdatangan mendekati jam tutup cafe mereka.

D'moon Cafe merupakan salah satu cafe yang terkenal di Jakarta. Selain karena tempatnya yang strategis, desain interior yang modern membuat daya tarik tersendiri. Sangat cocok untuk tempat nongkrong anak muda yang kekinian. Tak heran jika cafe itu akan ramai pengunjung saat weekend.

Sebuah tulisan di pintu kaca cafe tersebut sudah berganti menjadi close. Namun masih ada beberapa pengunjung yang belum pulang.

"Bang Mikko, gue duluan ya. Besok ada kuliah pagi." ucap salah seorang rekan kerjanya. Mikko tak bisa menolak jika sudah berhubungan dengan perkuliahan.

"Gue juga ya bang."

"Iya hati-hati." keduanya tampak meninggalkan cafe dengan tas kecil yang tersampir di bahu.

Kedua matanya menelisir setiap sudut cafe, mendapati seorang pemuda yang masih sibuk membersihkan setiap meja pengunjung. Pengunjung terakhir mulai meninggalkan tempatnya. Mikko pun beranjak menghampiri pemuda itu.

"Udah larut, pulang sana Jun. Biar gue yang beresin." Juna yang dipanggil hanya menoleh sekilas lalu melanjutkan pekerjaannya.

"Nanggung ah bang, bentar lagi." Menjadi tulang punggung keluarga di umurnya yang bisa dibilang masih muda, memang tak mudah. Tapi Juna bisa apa? Kalau tak begini, bagaimana mereka bisa bertahan hidup?

"Gue bantuin deh ya biar cepet selesai."

"Bukannya bang Mikko besok juga ada kelas pagi? Udah sana pulang, biar gue aja." Mikko Kaindra, kerap disapa bang Miko oleh Juna. Ia adalah salah satu teman akrab Juna di cafe tempatnya bekerja. Miko sebagai barista, sedangkan Juna sebagai waiter. Keduanya hanya terpaut umur satu tahun, karena itulah mereka cepat akrab.

"Beneran nih? Yang lain udah pulang loh Jun."

"Iya bang iya... Lagian biasanya juga begini kan?"

"Yaudah gue duluan ya. Jangan lupa kunci cafe. Ati-ati ada demit." candanya lalu meninggalkan Juna sendirian. Juna yang diperlakukan seperti itu hanya menggeleng heran.

Arjuna Dananjaya. Itulah namanya. Pemuda yang kerap disapa mas Juna oleh adik-adiknya itu kembali melanjutkan aktivitasnya. Bergegas menyelesaikan pekerjaannya dan segera pulang.

Selesai. Juna beranjak mengambil tasnya lalu keluar dari cafe. Tak lupa ia mengunci pintu cafe sebelum ia pergi. Juna memang mendapat tanggung jawab untuk memegang kunci pintu cafe. Itulah sebabnya Juna selalu berangkat lebih awal, dan juga pulang paling akhir.

Juna mengayuh sepedanya disepanjang jalanan Jakarta. Tak begitu ramai, hanya dua atau tiga mobil yang lewat sesekali.

Sepeda Juna berhenti disebuah rumah satu lantai yang sederhana. Ia memarkir sepedanya di garasi kecil yang ada disamping teras. Mencuci tangan serta kaki, lalu masuk kerumah.

Hal pertama yang Juna tangkap adalah gelap. Lampu ruang tamu sudah dimatikan. Itu artinya adik-adiknya sudah tidur. Ia berjalan menuju kamarnya, ingin segera merebahkan tubuhnya yang lelah.

Fokusnya teralih pada kamar disebelahnya yang masih terang. Ia pun membuka kamar tersebut, terlihat adik pertamanya yang berkutat dengan laptop di meja belajarnya.

"Belum tidur Nau?" Naufal Abhiseka namanya. Pemuda yang kerap disapa bang Nau oleh adik kembarnya itu merupakan seorang mahasiswa semester 3 di salah satu Universitas yang ada di Jakarta.

"Belum mas, masih nugas. Mas Juna baru pulang?" Juna mengangguk. "Jangan begadang Nau, gak baik. Besok kuliah?"

"Iya mas, masuk siang."

NURAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang