BAB 2

131 34 313
                                    

Universitas Quiteria Darma, disinilah Rain dan kawan-kawan menempuh dunia pendidikan. Kampus ini merupakan salah satu Univ swasta unggulan berbasis Internasional yang ada di Jakarta.

Pihak kampus juga menjalin kerjasama dengan pendidikan di berbagai negara salah satunya yang bergerak di bidang kesenian. Maka dari itu jangan pernah heran jikalau banyak mahasiswa/i bule di setiap angkatan mereka.

Mungkin terlihat sedikit membingungkan, mereka memang menempuh pendidikan sesuai jurusan yang mereka mau. Disamping itu pihak kampus memiliki kebijakan dalam mendukung dan mengimbangi skill yang diminati siswa seperti kesenian, memasak, menjahit dan sebagainya atau biasa dikenal dengan sebutan UKM (unit kegiatan mahasiswa).

Kalau masalah prestasi untuk kedua bidang tersebut, mereka tidak bisa di ragukan lagi, sudah banyak piala dan piagam yang mereka boyong untuk kampus. Kesetaraan keduanya bisa dikatakan seimbang.

"Hujan, Lo yakin cewek semalam itu kuliah ditempat kita?" Sahut Adnan, berjalan dari parkiran menuju proscenium, sembari menyandang tas di bahu sebelah kiri.

"Hanya dugaan. Mana gue tahu betulan atau nggak." Jawabnya dingin.

Hujan adalah salah satu sapaan akrab yang di berikan teman-teman pada Rain, kenapa tidak namanya saja memiliki unsur yang berhubungan dengan air, rain dalam bahasa Inggris artinya hujan, sedangkan Ocean adalah laut. Untung saja tidak ada yang memangilnya dengan sebutan Hiu.

"Ruby?? Haaaa!!" Baru saja Rain and geng datang, teriak para cewek terdengar hampir dari seluruh penjuru semenjak mereka menginjak kaki di parkiran.

Ruby dan Raka melambaikan tangan mereka girang sembari tersenyum lepas menyapa fans-fansnya anak Geoffrey. Mereka semua termasuk anak-anak most wanted di Universitas Quiteria.

"Mampus tim gua!!" Ruby tersadar dan melihat jam yang merekat di tangannya, kemudian langsung berlarian menuju backstage gedung proscenium.

Ruby, Arvin dan Raka tiga sekawan itu tipikal anaknya yan tidak bisa diam itu berasal dari fakultas teknik yang sama-sama gemar melukis dan bermain teater. Sedangkan Rain, Ryco, Adnan memang mengambil jurusan seni pertunjukan musik tapi beda kelas. Sean, Reza, Michael, Arif, dan Ten mengambil jurusan yang berhubungan dengan bisnis.

"Woey tungguin kita." Serentak Arvin dan Raka berlarian secepat kilat menuju backstage.

"Memang ya tu anak." Celetuk Arif melihat ketiga temanya yang berlarian pontang panting.

"Yah salah mereka sendiri, udah jelas lagi sibuk-sibuknya mau nampil malah sok-sokan pula jemput kita keparkiran." Ledek Ryco.

Beberapa anggota Geoffrey mendapatkan kesempatan dan diminta untuk menyuguhkan penampilan kesenian pada hari istimewa ini termasuk juga Rain. Ia juga dipercaya untuk memainkan sebuah melodi Biola di depan para mahasiswa baru yang hadir di acara penyambutan dari bidang kesenian.

🍂🍂🍂

Gemuruh tepuk tangan yang memenuhi penjuru ruangan penyelengaraan, ini menandakan acara formal penutupan telah selesai. Seluruh dosen dan staff keluar meninggalkan ruangan dan kini hanya menyisakan mahasiswa yang berlalu lalang.

"Rain?" Panggil salah satu panitia wanita mendekati objek ya berdiri tak jauh dari timnya.

Laki-laki itu menatap gadis yang berparas cantik itu dengan dingin tanpa menjawab sepatah katapun sembari merapikan peralatan musik miliknya.

"Penampilan lo bagus banget gue salut liatnya, begitu juga dengan teman lo yang lain. Gue nggak nyaka kesenian di kampus kita semakin membaik." Jelas wanita itu dengan lembut.

Rain hanya mendengarkan dan membiarkan wanita yang bernama Melanie mengungkapkan isi hatinya, kemudian tanpa permisi dia pun langsung meninggalkannya.

"Dan gue__." Perkataannya terhenti melihat Rain terpelongo, "shit iiiisssshhh." Geramnya prustasi tak sanggup menahan umpatannya, menatap sikap dingin dan kepergian laki-laki berdarah campuran itu.

"Dari mana aja Lo bro?" Melihat Rain yang datang dengan gagahnya menghampiri anggota Geoffrey yang lainnya. Laki-laki itu hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Melanie nyamperin Lo lagi?" Tanya Michael.

"Pastilah, tu cewek nggak pernah kapok apa? Toh gara-gara dia juga nambah masalah kita sama tu Melvin dan kawan-kawan kayak kejadian beberapa waktu lalu." Judes Raka sembari mengunyah permen karet.

"Oh ya kerjaan gue belum siap. Gue cabut dulu." Lanjutnya meninggalkan teman-temannya yang lain.

Mereka semua menatap jasad Raka yang semakin menjauh dan akhirnya menghilang dari pandangan mereka, hingga terjadi kesunyian beberapa saat.

"Kalian mau balik?" Tanya seseorang memecahkan keheningan.

"Gue mau jemput cewek gue dulu." Ryco tersadar.

"Gue ada urusan di kantor bapak gue. Jadi gue harus berangkat sekarang. Duluan ya." Setelahnya Michelle lansung cabut menuju dimana mobilnya terparkir.

"Tinggal kita berdua, Lo mau balik ke markas apa gimana? Gue ada rapat proyek sama klien ayah gue sebentar lagi, habis itu gue mau balek rumah bentar." Jelas Adnan.

"Lo duluan aja, jangan mikirin gue." Singkat Rain.

"Gue duluan." Tersenyum menepuk pundak Rain kemudian pergi.

Rain hanya tinggal sendirian berdiri di lorong dimana ia bersama-sama ngumpul dan akhirnya berpisah. Helaan napas yang hanya bisa ia utarakan saat ini. Ia menatap keseluruh penjuru hingga batas penglihatannya.

Ketika diperjalanan menuju parkiran sorot mata para kaum hawa tak henti-henti memandanginya. Hal ini tentu membuat Rain tak nyaman jika terus diperlakukan seperti ini. Ia merasa kesulitan untuk mendapatkan privasi.

Klik..

Suara pintu mobil terbuka, kemudian aktivitas sang pemilik mobil terjeda, karena ia mencium bau parfum wanita yang menolongnya beberapa waktu lalu.

Bruuuummmmm...

Mobil berwarna putih yang terparkir di sebelah kendaraannya itu berhasil melaju meninggalkan perkarangan kampus. Sepersekian second setelah meletakan biola miliknya di jok penumpang bagian belakang, Rain juga lansung melajukan mobilnya bertujuan untuk mengikuti pemilik bau parfum tersebut.
______

Semoga kalian nggak bingung ya hehe. Terimakasih 🙏🙏
Masih berlanjut 🛵🛵🛵

LUCIFER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang