BAB 11

16 1 0
                                    

Langit jingga mulai menampakan wujud, cahaya buatan mulai menerangi kehidupan pemukiman. Pengguna jalanan mulai padat menandakan jam pulang kerja.

Rain:
Sayang, aku sudah sampai dirumah. Jangan lupa datang ya.

Setelah mengirimkan pesan tersebut pemuda tampan tersebut tak lupa mengirimkan lokasi kediamannya.

Sang penerima baru saja membaca pesan yang sudah masuk dari beberapa jam sebelumnya. Ia langsung menuju rumah kekasihnya itu dengan mengendari mobil pribadinya.

Ketika ia sampai dan lansung memarkirkan mobilnya di carport yang sangat luas.

Sang pemilik rumah menghampiri Ivanna kemudian tersenyum. Lalu, gadis itu keluar dan berkata "maaf, apakah aku terlambat?" Tanyanya membuka pintu belakang, ia mengambil paper bag yang berisi minuman dan makanan.

"Tidak, di dalam ada Adnan sama Reza. Lo beli ini semua buat siapa?"

"Buat kita!! Kan ada party."

"Ini banyak banget Lo." Mengambilnya dari Ivanna. Di saat mereka ingin masuk kerumah mobil dan beberapa motor berdatangan secara bersamaan memarkirkan kendaraan mereka.

Mereka semua adalah rekan satu gengnya Rain yaitu anak Geoffrey dan juga ada kekasih mereka.

Tak semua anak Geoffrey yang mempunyai pacar. Kebetulan yang datang saat ini hanyalah kekasih Ryco dan Arif.

"Weh ada tamu baru ni." Celocos Raka sambil membuka helm, melihat Ivanna.

"Akhirnya ketua kita cintanya nggak tertolak lagi." Sahut Ruby "biar gue yang bawa kedalam." Mengambil tentengan di tangan Rain kemudian masuk kedalam rumah duluan.

"Si Dian nggak jadi datang nan dia lagi dinas malam." Jawab Sean.

Dian adalah seorang dokter dan merupakan kekasih dari Sean.

"Oke, ayo masuk." Mengajak Ivanna yang masih berdiri ditempat sementara yang lain sudah duluan masuk kerumah.

Mereka semua kini sudah berkumpul di taman belakang yang sangat luas, terdapat pondok dan juga kolam renang di sana.

Semua dari mereka telah mendapatkan tugasnya, acara ini bukan sekali dua kali mereka lakukan. Tetapi kegiatan ini merupakan agenda yang memang sering mereka adakan setiap ada hari libur dan tidak terlalu sibuk.

"Nama lo Ivanna kan?" Seorang gadis cantik mendekati Ivanna yang tengah mencuci buah dan membantu gadis itu.

"Iya, nama Lo siapa?" Melihat wanita tersebut.

"Gue Olivia, Lo anak Quiteria juga ya?" Membantu Ivanna.

Olive merupakan kekasih dari Arif.

"Iya, Lo?"

"Alumni maxentia harapan."

Ivanna mengangguk, "maaf saya sudah lancang kak." Melihat Olivia.

"That's okay. Rata-rata kami disini bekerja dan berada di semester akhir. Jadi kalau umur mungkin kamu yang paling kecil. Tapi jangan khawatir kami menganggap semuanya setara kok."

"Baiklah, terimakasih kak sudah membantuku." Membawa buah-buahan yang sudah bersih dan dikeringkan.

"Hei, jangan panggil aku kakak. Anggap saja kita seumuran." Membantu Ivanna.

🍂🍂🍂

Beberapa jam berlalu, kini mereka tengah menyantap makanan yang telah mereka buat dan saling kenalan satu sama lain.

"Lo masih betah sendiri nan?" Tanya Arvin kepada Adnan.

"Sepertinya." Singkat Adnan sambil makan.

"Kenapa? Cerita dong ke kami alasannya." Sahut yang lain.

"Sulit dan panjang kalau gue ceritain ke kalian. Lagian yang jomblo disini nggak gue aja Lo." Elak Adnan.

"Tapi Lo yang dari dulu sampai sekarang nggak pernah terkena issue dekat sama cewek. Ayo pliss cerita hehe." Protes Ruby sambil memohon.

"Okey gue cerita." Adnan menghela napas berat kemudian berkata, "gue sebenarnya punya pacar, cuman gue ninggalin dia dalam waktu yang cukup lama hingga detik ini."

"Beberapa tahun lalu, gue pernah mengalami insiden yang hampir merenggut nyawa gue Dan pacar gue. Dan kejadian itu membuat trauma yang cukup mendalam untuk diri gue. Kalian tau hal apa yang paling gue takuti?" Lanjut Adnan melihat semuanya.

"Darah?" Sahut Raka.

"Ada hubungannya, mungkin bagi orang lain takut akan darah itu bisa. Tapi bagi gue itu adalah momentum yang sangat menyeramkan. Gue pernah merasakan kehilangan banyak darah pada saat insiden tersebut terjadi dan nyaris tak selamat demi menyelamatkan kekasih gue. Maka dari itu, gue paling takut orang terdekat gue terluka. Karena gue takut kehilangan kalian orang-orang yang gue sayang. Dalam kasus gue, bukan gue yang ditinggal tapi, gue yang pergi ninggalin dia dan tak pernah kembali." Adnan meneteskan air mata.

"Terus, dia dimana sekarang?" Tanya Ten.

"I don't know, maybe, masih di tempat dimana gue dipertemukan bersamanya, tapi tidak di negara ini."

"Terus lo nggak pernah cari tau keberadaannya?" Tanya Ivanna tiba-tiba.

"Pernah." Melihat Ivanna dengan ekspresi datar.

"Terus?"

"Mungkin dia yang dulu bukanlah dia yang sekarang, sama seperti gue, Adnan yang dulu bukanlah Adnan yang kalian kenal saat ini." Melihat semuanya yang fokus mendengarkan bahkan ada yang meneteskan air mata, ia tersenyum bahkan ingin tertawa.

"Lo berlakon ya nan iiiihhhh jahat!!!!" Oliv melempar Adnan dengan Bantar.

"Woey Lo ya liv, tumpah anj***" Adnan mengumpat dikala makananya tumpah mengenai baju.

Selama bercerita laki-laki itu dengan tenang tengah menyantap makanan sama seperti anak-anak yang lain.

"Lo bohongin kita nan?" Tanya Ruby dengan wajah polosnya.

"Yaaaahh, gue minta maaf iya gue cuman bohong. Gue nggak mau pacaran aja. Tapi hal yang gue takuti itu beneran ya. Makanya gue paling pantangan kalau kalian sakit atau gimana-gimana."

"Kita kan laki men, bisa jaga diri lah. Kesel gue. Mana Lo ada drama nangis lagi." Kesal Arif.

"Iya ni nan, Lo mah nggak seru." Lanjut Sean kesal.

"Jokes Lo kebangetan." Sahut Jessica (pacar Ryco)

"Iya maaf-maaf. Gue ke kamar dulu ganti baju. Gara-gara Lo ni liv." Adnan pun berlalu.

"Lo juga sih, gue sumpahin Lo nanti baru tau rasa." Lanjut Oliv kesal.

"Eits jangan dong, gue cabut dulu." Pergi meninggalkan mereka semua.

"Lo lagi Ivanna cerita dong. Sebelum sama Rain Lo pernah pacaran nggak? Jangan bohong kayak Adnan pliss." Tanya Ruby.

"Pernah, gue ditinggal pas lagi sayang-sayangnya." Jawab Ivanna.

"Ih jawaban templet kalian mah nggak seru." Rengek Ruby

"Haha Lo kepo urusan orang sih makanya jangan kejebak friendzone terus dong. Pas nembak malah berakhir jadi asing." Lanjut Arvin.

"Lo bukan orang Indonesia aslikan?" Ruby tidak memperdulikan Arvin lalu bertanya kembali.

"Pertanyaan macam apa ini?" Ivanna heran.

"Gue bingung mau tanya apaan wkwk ." Elak Ruby

"Ayah gue yang orang luar. Ibu gue orang Indonesia."

"Oooohhh." Sahut semuanya paham.

"Lo emang menetap disini dari lahir kah?"

"Nggak, gue baru datang sebelumnya gue tinggal di salah satu negara yang ada di eropa."

"Dimana?"

Ivanna menggeleng tersenyum sebagai jawaban, "gue izin pergi dulu sebentar ada panggilan masuk. Permisi." Melihat semuanya lalu melihat Rain, dan berlalu."

____

LUCIFER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang