BAB 16

13 0 0
                                    

Pov Rain...

Setelah selesai membereskan alat-alat musik bersama anggota yang lain, Rain berlarian menelusuri lorong kampus hingga ke parkiran. Ia tidak menemui keberadaan Ivanna. Ini sudah pasti, dikarenakan rentang waktu dikala gadis itu keluar dari ruang latihan berselisih jauh dengan ia yang masih menyelesaikan tanggung jawabnya.

Ia meraih ponsel di dalam kantong celana, kemudian menghubungi kekasihnya, ia lakukan berkali-kali namun nihil tak kunjung mendapatkan jawaban.

Rain:
Na Lo dimana?

Pagi tadi setelah sarapan Lo langsung ninggalin rumah, tanpa ngasih tau gue Lo mau pergi kemana, pesan gue sebelumnya juga belum Lo baca, terus pas di kampus, habis latihan gue nggak bisa sama lo. Karena gue bantuin anak-anak.

Gue minta maaf na!!

Sayang plisss, kabari gue. Lo dimana sekarang?

Itulah pesan taks yang di kirim Rain kepada Ivanna secara berkala, tak ada jawaban dan hanya menampilkan ceklis satu di room chat mereka.

Rain menyimpan ponselnya dan melanjutkan langkahnya menuju kendaraan pribadinya. Ketika hendak masuk kedalam kendaraannya, ia urungkan niat, kemudian berkata, "tunggu." Kepada seseorang yang tengah membuka pintu mobil dan hendak masuk tepat di depannya.
Posisi kendaraan mereka bersebelahan.

Orang tersebut menghentikan aktivitasnya, dengan sorot mata keheranan memandangi Rain.

"Berhenti deketin cewek gue." Lanjut Rain.

"Oh, cewek Lo? Ivanna?" Melihat Rain. Terdiam sejenak kemudian tersenyum.

"Jadi Lo yang dekat sama dia? Keren juga lo ya, selera Lo emang tinggi, dan akhirnya setelah sekian lama Lo mendapatkan penggantinya." Lanjut Crish.

"Ini peringatan untuk Lo jangan pernah ganggu ataupun sentuh dia."

"Lo takut? Gue nggak percaya kalau seorang leadernya Geoffrey adalah seorang pengecut. Come on man, selagi ada jalan untuk kita bisa bersaing bakalan gue rebut dia dari Lo bagaimanapun caranya." Ujarnya santai, kemudian masuk mobil.

Rain hanya diam menatap tajam Crish yang telah dulu melajukan kendaraan roda empatnya meninggalkan area Quiteria.

Rain menatap ke langit cuaca mendung, ia pun segera masuk kedalam mobil. Benar saja namanya sendiri mulai membasahi bumi.

Sedikit cerita tentang Crish, dulunya dia adalah anggota dari Aloysius, ntah kepada ia memilih hengkang dari komunitasnya dan sempat terjadi berperang di antar ia dan Melvin. Tak ada yang tau pasti cerita detailnya seperti apa, karena kasusnya hilang sekejap mata jadi tak ada yang membahas masalah tersebut lebih lanjut lagi.

"Penggantinya" yang di maksud pemuda berwajah tampan itu ialah Melanie, ntah darimana ia mengetahui hal tersebut Rain tak pernah mencari tahu.

🍂🍂🍂

Pov Melvin...

Ia telah meninggalkan rumah sakit mengunakan motor sport kebanggaannya. Saat ini fokusnya terbagi, ada beberapa hal yang menggangu pikirannya saat ini yaitu tentang siapa yang telah menyebarkan berita hoaks tentang Satria dan Anjani, siapa orang yang telah menyelematkan mereka, dan masalah hubungannya dengan Melanie.

Ibu kota tengah dilanda hujan, Melvin tak mengurungkan niatnya untuk berteduh hingga hujan reda, ia melajukan motornya dengan kecepatan sedang, dan sesekali melamun.

Bughh...

Seorang pengendara roda dua berpakaian serba hitam, wajahnya ditutupi full helm, memukul kepala Melvin yang juga ditutupi helm dengan mengunakan tongkat baseball dan membuat Melvin jatuh dari motor.

Sang pemotor menghentikan kendaraannya tak jauh dari Melvin yang terbaring dijalanan yang sepi dan kakinya terhimpit motor, mereka saling beradu tatap cukup lama, sepersekian detik pelaku langsung melajukan kendaraannya dengan kecepatan cukup tinggi.

Melvin hanya diam dan pasrah, ia berusaha mengeluarkan kakinya yang terhimpit kemudian merentangkan kedua tangan dan membuka kaca helm, ia memandangi angkasa, dan menikmati rintik hujan yang turun dan semakin lebat, ia membiarkan setiap tetesan yang jatuh juga membasahi wajahnya.

Ia heran ntah mengapa jalanan saat ini sangat sepi, tak ada satupun kendaraan yang melintas. Entah tuhan baik entah bagaimana, pernyataan itu sempat terlintas di benaknya.

"Geoffrey!!" Katanya kemudian duduk setelah puas beristirahat dibawah hujan.

Satu kata itu terlintas di otaknya, karena motor yang digunakan pelaku adalah kendaraan milik dari salah satu dari anak bawahan Rain, yang ia anggap si paling rendah dan lemah di antara mereka, ia sangat dan percaya akan hal tersebut.

"Awas Lo za, gue bakalan buat hiduplo nggak tenang." Katanya.

Kemudian ia melajukan motornya meninggalkan tempat kejadian dengan perasaan yang bercampur aduk.

🍂🍂🍂

Pov Melanie..

Melanie terbangun dari ketidak sadarannya, ia mengeluh masih merasakan sakit pada bagian perutnya. Ia melihat kesekitar dan ia melihat seseorang yang bertubuh gagah tengah berdiri menghadap jendela, tak jauh dari bangkar tempat tidurnya.

Yah, orang yang Melanie maksud merupakan kakak laki-lakinya.

"Kenapa kau sangat bodoh dalam bercinta?" Pertanyaan menohok itu langsung keluar dari mulut Maher.

Melanie hanya diam tanpa menjawab

"Apakah kalian tidak bisa berhubungan menggunakan pengaman? Dan kau juga, dibebaskan berkeliaran malah berulah makin-makin, memalukan keluarga." Ketusnya ia belum memandangi Melanie sedikitpun.

Melanie tetap tak berkutik, ia kini tengah menangis dalam diam, memandangi langit-langit kamar rumah sakit.

"Buat apa kau menangis? Apakah kau menyesal? Jadi mau kau apakan anak itu? Beritahu aku siapa kekasih mu sekarang juga."

Sedikit tentang Maher dan Melanie mereka merupakan saudara kandung yang terpaut usia 7 tahun, mereka memiliki karakteristik sikap yang bertimbal balik, Maher mempunyai sikap dingin, tegas, bodoh amat dengan sekitar, cuek, individualisme dan jarang bersosialisasi dengan orang lain. Sedangkan Melanie anak yang memiliki sikap tak banyak cerita, patuh, penurut, dan lembut.

Sikap yang dimiliki Maher terjadi karena didikan otoriter dari kedua orang tuanya, yang mengharuskan ia melakukan semua hal yang telah dirancang dan terjadwal dari ayah dan ibu mereka hingga ia beranjak dewasa.

Sedari kecil Maher home schooling diluar negri tempat kelahiran sang ayah dan tak pernah dibesarkan di tanah air. Maher dan Melanie hidup terpisah, mereka sangat jarang bertemu, dan pertemuan antara keduanya bisa dihtung jari.

Sedangkan Melanie ia dibesarkan di Indonesia, ayah dan ibu mereka memberikan Melanie fasilitas yang sama seperti sang kakak, pembedanya ia di bebaskan melakukan apapun karena kedua orang tuanya tak peduli dengan kehidupan sehari-harinya.

Kepedulian orang tuanya hanya ia rasakan hingga ia tamat dari Sekolah dasar. Sampai di usia sekarang ia tak pernah merasakan kasih sayang sedikitpun. Mereka sudah menjadi asing sejak lama.

"Buat apa kau peduli?" Jawab Melanie.

"Sopan jika kau berbicara seperti itu padaku? Apakah kau mau aku adukan pada ayah dan ibu?"

"Tidak."

"Turuti perintah." Maher pergi keluar ruangan.

_____

LUCIFER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang