BAB 10

14 1 0
                                    

Mentari kini telah berada tepat di atas kepala menandakan jam sudah menunjukkan waktu pukul 12 siang. Rain dan Ivanna kini tengah bersiap-siap untuk kembali ke kota.

"Na mau ikut gue kerumah atau gue antar Lo balik?"

"Gue balek Rain, karena ada urusan yang harus gue selesaikan."

"Oke, nanti malam gue jemput." Membukakan pintu mobil untuk Ivanna. Setelah wanita itu masuk Rain juga masuk kedalam mobil.

"Nggak usah Rain. Gue aja yang kerumah Lo." Memasang seatbelt.

"Nyetir sendiri?"

"Sepertinya, kalau nggak gue pakai mobil pesan lewat aplikasi."

"Oke, kalau Lo butuh jemput kabari gue na." Rain menyetir.

Ivanna mengangguk, kemudian ia mengecek ponselnya dikala ada pesan taks masuk. Wanita itu mengigit bibir bagian bawahnya, ia tengah memikirkan sesuatu.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh kini mereka sudah sampai di kediaman Ivanna. Tepatnya diparkiran apartment.

"Sayang?" Melihat Ivanna menggenggam tangan wanita itu.

"Iya?" Melihat Rain.

"I love you na." Rain tersenyum mencium tangan gadis itu.

"I love you more. Kabari gue kalau Lo udah sampai di rumah." Tersenyum.

"Oke. Lokasi rumah gue nanti gue kirim ke Lo." Melihat Ivanna.

Wanita itu tersenyum kemudian keluar dari mobil dan menuju ke lift yang ada di basment. Di saat Ivanna sudah masuk kedalam lift saat itu juga Rain meninggalkan kediaman kekasihnya itu.

🍂🍂🍂

Di tempat lain jauh dari hiruk pikuk kota di sebuah gedung kontruksi terbengkalai anggota Aloysius kini tengah menyaksikan sang ketua melecehkan seorang wanita.

"Aaaaakkkkhhhh." Wanita itu teriak kesakitan meneteskan air mata melihat Melvin yang menyetubuhinya.

Kedua tangan dan kaki wanita itu dirantai, ia kini terbaring di lantai tanpa ada sehelai benang di tubuhnya. Sekujur badannya di penuhi memar dan darah karena dia mendapatkan penyiksaan dari laki-laki itu dan anggotanya.

"Vin please stop. Gue minta maaf." Seorang laki-laki terkulai lemah, sekujur tubuhnya juga babak belur. Ia di ikat di tiang gedung tak jauh dari mereka berdua.

Ia tak sanggup melawan, ia sudah remuk dan hanya bisa melihat kekasihnya yang meraung-raung kesakitan.

Dialah Satria rekan satu geng Melvin. Ia berusaha menyelamatkan Anjani kekasihnya dari Melvin namun naas, mereka berdua dibuat tak berdaya oleh pemuda itu.

Setelah puas, Melvin mengenakan pakaiannya, "sayang rasanya jika tidak ada hadiah terindah di sini. LO LIHAT DIA!!!" Melvin berteriak lalu, mencengkram dagu Anjani dengan kuat hingga mendongak dan menunjuk Satria.

"Pacar yang Lo baggakan tak sanggup membantu mu sayang. Dia berani melawan ku tapi setelah ku sentuh dia ciut tak berdaya malang sekali." Melvin memasang muka sedih.

"Sudah ku bilang jangan pernah menolak ku, jika aku tak ingin main kasar dengan mu. Tapi Kau menantangku dan sekarang ku buktikan." Menghempas wajah Anjani.

Wanita itu hanya bisa menangis dalam diam.

"Sat Lihat cewek lu sat. Dia lemah tolong dia aku takut dia mati." Mendekati Satria tertawa, dengan nada mengejek.

"SAT LOOK dia mengkhianati mu." Menjuk Anjani melihat satria marah.

"Lo psikopat Vin. Lepas!!" Bentak Satria melihat Melvin.

Rekanya yang lain hanya diam menonton tanpa menolong.

"Apa Lo bilang? Gue seperti ini karena Lo yang cari gara-gara ama gue sat. Hufh, sedih sekali." Memasang muka sedih.

Melvin mendekati Anjani, "gua bakalan selamatkan Lo, Lo tenang aja." Kemudian mendudukkan wanita itu dan menyandarkannya ke dinding.

Laki-laki itu mengambil tongkat baseball, "gue yakin setelah ini Lo nggak merasakan sakit lagi ni."

Bugh

Melvin memukul keras kepala Anjani dengan tongkat itu hinggan wanita itu tak sadarkan diri.

"ANJANI!!!!" Teriak Satria menangis histeris.

Dengan napas menggebu-gebu ia memeriksa nadi Anjani yang sudah berhenti total. Ia membuka Rantai yang memborgol kedua kaki dan tangan gadis itu.

Setelah membereskannya Melvin melihat Satria yang menangis, "ayo cabut." Titah Melvin.

Semua anggota Aloysius menuruti kemauan Melvin dan tinggallah Satria yang masih terikat dan jasad Anjani di tempat tersebut.

Beberapa saat berlalu...

Tak
Tak
Tak

Satria terbangun dari tidurnya, ia kehabisan darah. Tubuhnya lemas dan pucat. Dengan pandangan yang buram ia melihat seseorang datang, berdiri tepat di depannya.

Mendongakkan kepala saja ia tak sanggup ia benar-benar tak bisa berbuat apa-apa, "tolong!!" Katanya tak bersuara dengan hal tersebut ia berharap orang itu bisa melihat gerak bibirnya.

Kemudian semuanya menjadi gelap. Satria tak sadarkan diri.

"Ini siang hari, kau mampu berbuat sekeji ini, dan melampiaskan hasrat mu kepada orang yang tidak bersalah. Kalian malang sekali." Dialog orang itu.

"Semayamkan wanita itu dengan layak, dan rawat laki-laki itu." Titahnya kepada orang kepercayaannya.

"Baik nona."

Tak ada alasan pasti kenapa Satria dan Anjani mendapatkan perlakuan mengenaskan tersebut. Laki-laki itu hanya membela Anjani karena wanita selalu mendapatkan sikap tak senonoh dari Melvin baik secara lisan maupun perbuatan.

____

Selamat membaca.

LUCIFER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang