Pov Geoffrey
"Oh ya, ada sesuatu hal yang mau gue tanyain sama Lo." Ucap Raka pada Ruby
"Apaan."
"Lo merasa ada yang aneh nggak sih."
"Aneh? Maksud Lo?"
"Gue juga nggak bisa menjelaskan maksudnya apa, tapi entah mengapa tiba-tiba terlintas di otak gue ada yang aneh."
"Lo yang aneh, gaje amat sih jadi orang." Kesal Ruby.
"Rain?" Memanyunkan bibir melihat Rain yang menelponnya, "yah ada apa hujan?" Kata Ruby setelah sambungan mereka terhubung.
"Ivanna ada belik ke markas nggak?"
"Nggak, ada apa?" Balas Ruby, sambil memakan buah anggur.
"Nothing, pastikan markas keadaan bersih dan aman, bokap gue bakalan kesana, dan gue dalam perjalanan kesana juga." Mematikan sambungan menyetir, kemudian ia menyipitkan mata melihat seseorang yang mengendarai motor sport dengan kecepatan tinggi di guyuran hujan yang cukup lebat.
🍂🍂🍂
Melvin tiba di markas dalam keadaan basah kuyup, pada saat itu teman-temannya tengah berkumpul diruang tengah, seluruh pandang indra penglihatan tertuju pada dirinya.
"Gue butuh bantuan kalian, cari tau dimana Satria dirawat dan dimana Anjani di semayamkan." Titah Melvin.
"Bagaimana caranya?" Sahut salah satu dari mereka.
"Kalian manfaatkan semua relasi yang kalian punya, gue juga bakalan nyari siapa sumber kekacauan ini. Ingat perkataan gue sebelumnya, tetap tutup mulut tentang semua yang telah terjadi." Peringatan dari Melvin sebelum menaiki tangga menuju lantai 2 tempat dimana kamarnya berada.
"Baik." Jawab semuanya serentak, mereka meraih ponsel mereka masing-masing dan fokus.
Beberapa saat setelahnya...
Melvin telah selesai berkemas, hujan telah reda, tanpa terasa, waktu malam akan segera tiba. Ia telah meninggalkan markas sedari tadi begitu juga dengan anggota yang lain.
Mereka menjalankan tugas yang diberikan sang ketua."Pa, aku butuh bantuan papa." Pemuda itu berdiri tepat dibelakang sang ayah.
"Bantuan? Tentang semua hal yang telah kau buat, kau meminta bantuan ku?" Nada dingin sang ayah.
Pria berusia sekitar 45 tahun itu tak memandangi anak sedikit pun. Ia lebih memilih melihat sekitar, mereka kita tengah beda di balkon rumah.
"Ini kedua kalinya aku meminta bantuan mu."
"Apakah kau tidak jera tentang semua yang telah kau perbuat di masa lalu?" Melihat Melvin dengan tatapan mengintimidasi.
"My bad pa, aku tidak bisa mengontrolnya. Pa, aku mohon."
"Sesungguhnya disini bukan tempat mu Melvin. Aku tidak akan membantu mu, sudah banyak hal yang aku korbankan selama ini. Kau selesaikan sendiri." Meninggalkan Melvin sendirian di balkon.
Pemuda gagah itu hanya diam, lalu mengacak rambut dan mengusap wajahnya dengan gusar.
🍂🍂🍂
Pov Rain...
Rain sudah berada di rumah dimana tempat yang ia jadikan markas Geoffrey, kini ia tengah memantau sang ayah yang tengah memeriksa keadaan kediaman ia bersama dengan teman-teman yang lain.
Tak ada pembicaraan di antara keduanya, hanya sunyi malam yang menghiasi hingga sang ayah pergi meninggalkan tempat tersebut. Bagaimana anggota yang lain? Rain sudah meminta mereka untuk mengosongkan markas sedari tadi.
Tak berselang lama setelah kepergian tuan Elov, sebuah mobil berwarna putih datang dan memarkirkannya di carport. Rain yang melihat hal tersebut hanya diam, sembari memasang wajah datar.
Sang empuh keluar, dialah Ivanna, kemudian indra penglihatannya memandangi Rain yang tengah berdiri di teras rumah, "siapa yang datang?" Tanya wanita itu memandangi gerbang sekilas karena ia sempat berselisih, lalu mendekati Rain.
"Bokap gue. Ayo masuk." Ajaknya jalan duluan dari pada Ivanna.
"Oohh, yang lain pada kemana?" Melihat rumah yang terlihat sepi.
"Pergi." Duduk di sofa.
"Yaaaahhh sayang banget, gue banyak beli makanan ni. Lo udah makan malam?" Menenteng makanan masuk rumah.
"Belum."
"Ayo kita makan dulu. Btw teman-teman Lo bakalan kesini nggak?" Duduk disofa menyiapkan makan malam.
"Iya, mungkin sebentar lagi pulang kesini."
"Oke. Are you okay? Kenapa murung gitu?" Melihat Rain yang hanya merespon omongan seadanya dan memperlihatkan ekspresi datar.
"Dia emang selalu kayak gitu setelah ayahnya datang kesini." Sahut Adnan yang baru saja masuk rumah.
"Ada masanya Lo bakalan tau kenapa dia kek gitu." Sahut yang lain.
Ivanna hanya memanggut paham dan kebingungan.
Satu persatu penghuni markas mulai berdatangan.
"Gue dapat cerita dari Dian, bahwasanya ada anak Aloysius yang datang kerumah sakit menanyakan apakah Satria dirawat dirumah sakit tempat dia bekerja." Ujar Sean mendekati mereka.
"Sama, Lycaa juga cerita kegue kalau ada anak Aloysius yang kerumah sakit nyari Satria, lalu Melanie juga dirawat karena kandungannya lemah." Sambung Michael.
Lycaa adalah kekasih Michael yang berprofesi sebagai dokter kandungan di rumah sakit Andini. Sedangkan Dian pacar Sean bekerja di rumah sakit Quiteria Darma.
"Kandungan? Siapa yang hamil." Sahut Ruby yang datang dari arah belakang.
"Melanie."
"Gila," ekspresi kaget, "terus Melvin tanggung jawab nggak?"
Michael mengedikkan bahu. Seketika semuanya diam.
"Ayo makan dulu, gue udah bawa makan malam ni." Ivanna memecahkan suasa.
"Hmmm Lo emang yang terbaik." Raka menepuk pundak Gadis itu, duduk di sofa mengambil sepotong pizza.
"Lo yang namanya Ivanna?" Tanya Michael duduk.
"Iya."
"Makanya bang, lo jangan terusan sibuk kerja, sampai ngumpul bareng kami Lo kesusahan dasar malaikat." Kesal Ruby.
"Namanya juga kerja, kan gue malaikat." Nada sombong.
Malam ini dilalui canda dan tawa penuh keakraban. Melepas penat yang tercipta dari aktivitas yang dilakukan selama seharian.
_____
Berlanjut ya!!!
Selamat membaca semuanya ❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCIFER
Teen Fiction"Lucifer adalah satu kata yang menurut gue indah. Walaupun ini menggambarkan sesosok yang sangat menyeramkan, Jangan kita pikirkan itu, tapi bayangkan saja Lucifer itu bentuk makna seberapa bahagianya gua buat mendapatkan cinta lu na, lu cahaya bagi...