BAB 9

22 1 0
                                    

Mereka berdua kini sudah duduk di ujung jalan dan dihadapan mereka adalah hamparan lautan dengan gelombang yang mendayu-dayu mengikuti gerak angin.

"Contohnya itu!" Ivanna menunjuk kearah pesawat yang lewat di tengah terangnya cahaya bulan.

Rain menengok ke arah yang wanita itu tunjuk. Ia hanya bisa mengerutkan keningnya kebingungan.

"Haha pasti Lo bingung kan?"

"Iya."

"Simpelnya gini, suasananya yang Lo rasakan, pikirkan tentang hal yang bisa buat Lo tenang dikala ada masalah dan pikirkan bagaimana cara menyelesaikannya maka sesuatu hal tersebut akan indah kalau Lo benar-benar menikmatinya. Setiap orang punya cara tersendiri untuk menenangkan pikiran. Kalau gue ini caranya."

"Gue paham. Makasih banyak na."

"Yah."

Rain dan Ivanna saling diam, mereka tak berbicara satu sama lain dalam waktu yang cukup lama. Keduanya terhanyut suasana dan berkecamuk dengan pemikiran masing-masing.

"Ayo pulang udah larut." Rain bersuara.

"Ayo."

🍂🍂🍂

Sesampainya di resort yang cukup mewah tak jauh dari tempat mereka singgah tadi.

"Ini kunci kamar Lo." Melempar ke Rain.

Laki-laki itupun dengan sigap menyambutnya.

"Selamat malam." Ivanna berlalu menuju ke kamarnya.

____

Rain diam ditempat hingga gadis berparas cantik itu benar-benar hilang dari hadapannya. Ia melihat kunci yang di berikan kemudian juga berlalu masuk kedalam kamar.

Kamar yang ia tempati cukuplah mewah kamar lansung di hadapkan dengan hamparan laut dan terangnya cahaya rembulan.

Rain menghela nafas berat, "Lo kenapa sih Rain!" Tanyanya pada diri sendiri keheranan sembari membuka baju kaos yang ia kenakan.

Drrrr
Drrrr

Telepon genggam miliknya yang ia letakan di atas nakas tak jauh dari tempat ia berdiri berdering menandakan ada seseorang yang menghubunginya.

"Lo dimana Rain?" Tanya sang penelpon.

"Gue lagi di apartment nan." Rain berbohong.

"Oke deh."

Adnan lah orang yang menelpon Rain barusan.
____

"Gimana? di mana tu Rain?." Tanya Ryco.

"Di apartemennya."

"Oke deh. Kebiasaan tu anak ngilang. Eh tapi Lo penasaran juga nggak sih nan sama cewek yang di cari si Rain."

"Ngapain Lo nanya itu tiba-tiba." Tanya Rain heran.

"Yaaaahhh kan itu jadi tanda tanya juga wajar dong gue nanya. Terus tadi pas di kampus sih Rain dan tu cewek namanya Ivanna ya lumayan dekat. Apakah mereka dah resmi jadian?"

"Mana gue tau. Baguslah kalau mereka jadian biar nggak ada cinta tertolak lagi."

"Iiihhh ngeri Abang awak sekarang ni." Si Reza tiba-tiba nyaut pembicaraan mereka.

"Lo tau apa za? Ngikut-ngikut aja." Ryco heran.

"Gue dengar lah kalian ngomong apa, bahas si Rain sama ceweknya kan. Selain itu, Gue juga heran kenapa tu cewek jago drive."

"Siapa yang jago nge Drive?" Celetuk Ruby.

"Ceweknya Rain." Jawab Reza melihat Ruby yang membawa buah.

"Oooohhh, mungkin udah hobinya mungkin. Aaaa" Makan anggur lalu menyuapi Reza.

"Makasih." Singkat Reza.

🍂🍂🍂

Keesokan harinya...

"Bagaimana tidur Lo malam tadi?" Ivanna bersuara dikala ia meresahkan ada orang lain yang berjalan mendekatinya.

Wanita itu kini tengah berdiri di halaman resort sembari menikmati mentari pagi dan secangkir kopi.

Rain menggaruk teluknya yang tak gatal dan ia sempat kikuk sejenak lalu berkata, "nyenyak." Jawab laki-laki itu.

"Lo ada agenda nggak habis ini?" Melihat Rain.

"Sekarang sih nggak. Malam nanti anak-anak ngajak bakar-bakar di markas."

"Markas?"

"Ehm, maksudnya di rumah gue na, mereka mau bakar-bakar. Rencananya gue mau ajak Lo juga, Lo mau nggak?"

"Boleh." Mendekati Rain.

"Lo tenang aja, nanti juga ada pacarnya anak-anak. Jadi cewek nggak Lo aja."

"Baiklah, sarapan lah dulu. Kalau Lo nggak suka menu yang gue pesan Lo bisa minta ke pelayannya biar ngantarin menu lain." Duduk di samping Rain.

"Nggak ini aja na, makasih banyak." Rain tersenyum dikala Ivanna memberikan menu sarapan.

"Sama-sama. Oh ya pas latihan kemarin teman gue ada yang bilang "di kampus ini siapa yang nggak kenal Geoffrey. Gue dengarnya cuman sekilas si pas ganti baju. Emangnya Geoffrey tu apa? Geng motor? Apa gimana?"

"Geoffrey? Oh itu hanya sebuah komunitas na."

"Lo masuk ke bagian mereka?" Tanya Ivanna.

Rain mengangguk.

"Geng motor?"

"Mungkin, kalau ditanya nakalnya kami nggak ada deh keknya soalnya kami malas nyari masalah."

"Lo balapan Ama gue beberapa waktu lalu. Balap kan kegiatan nakal."

"Kan itu pertandingannya legal. Gue nggak pernah ngizinin anak-anak buat ikut acara ilegal karena resikonya besar, apalagi kalau merusak. Kami lebih suka menyelesaikan masalah daripada mencari masalah."

"Maksudnya?"

"Rata-rata kami selalu melakukan pembelaan kalau terjadi perundangan apa lagi menyangkut Quiteria. Karena banyak orang yang iri sama Geoffrey."

"Kenapa?"

"Karena prestasinya mungkin."

Ivanna mengangguk paham.

____

Berlanjut ya!!!





LUCIFER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang