Ivanna menjauh dari kerumunan teman barunya, ia berada di sisi lain taman. Ia menempel benda pipih canggih itu ditelinganya. Panggilan suara terhubung.
"Terimakasih. Sepertinya aku tidak akan pulang. Tapi jangan lupa tentang hal yang aku minta sebelumnya selesaikan segera." Balas gadis itu. Setelahnya, ia memutuskan sambungan secara sepihak.
Ia melihat kesekitar tempat ini masih awam untuknya. Hingga akhirnya indra penglihatanya tertuju pada sesuatu yang berbeda di lantai dua, ia alihkan pandangan lalu berlalu menuju tempat dimana yang lain berada.
"Weh, ada anak maxentia yang meninggal ni. Namanya Anjani, bukanya dia dekat sama salah satu anak Aloysius ya?" Olive membaca artikel yang ada di website resmi kampus mereka.
"Iya, karena apa liv." Tanya Jessica.
"Sebentar, dugaan sementara karena kecelakaan tunggal kejadian tadi siang mobil mereka masuk jurang. Jasad Anjani sudah di semayamkan oleh pihak berwajib karena dia tidak mempunyai keluarga. Pada saat kejadian ia bersama seorang laki-laki, keadaan terbaru dalam keadaan koma dan di rawat dirumah sakit." Olive membacanya keheranan.
"Oh mereka Baru balek dari liburan rupanya." Kata olive kemudian.
Waktu sudah menunjukkan dini hari sebentar lagi fajar akan menampakkan diri. Kini mereka semua sudah masuk kedalam rumah yang mereka sebut markas, tempat dimana anak Geoffrey tinggal.
Malam ini seperti biasanya tak ada yang pulang. Mereka semua menginap.
"Bi, Lo mau tidur sendirian apa berdua Ama Jessica?" Tanya Arif pada Olive sebagai kekasihnya.
"Sama Lo, nggak bercanda bi. Sama Jessica aja." Jawab Olive
"Oke, di kamar gue ya bi, biar gue sama Ryco tidur di kamar dia.
" Siap bos. Kami ke kamar duluan ya." Mereka berdua berjalan menuju kamar.
"Mari gue antar ke kamar na." Ajak Rain.
Sesampainya di kamar Rain. Kamar ini bernuansa hitam, rapi dan memiliki bau khas tubuh kekasihnya itu.
"Lo tidur disini, gue bakalan tidur sama Adnan. Semoga Lo betah ya, anggap rumah sendiri. Jessica sama Olive memang udah sering nginap disini." Jelas Rain.
"Oke. Itu foto siapa Rain?" Tunjuk Ivanna pada foto besar yang terpajang di dinding kamar.
"Bunda dan gue na."
"Maaf ya."
"Nggak papa, selamat istirahat sayang selamat malam. Kalau ada apa-apa panggil gue di kamar sebelah." Mengelus pipi Ivanna tersenyum kemudian hendak pergi tapi langkahnya terhenti.
"Tunggu." Ivanna memegang lengan Rain kemudian mengecup bibir pemuda itu sekilas, dan tersenyum, "good night."
Rain tersenyum lalu keluar kamar dan menutup pintu.
🍂🍂🍂
Setelah dari tempat kejadian seluruh anggota Aloysius berada di markas, tak ada satupun orang yang membahas perbuatan ketuanya hingga malam tiba.
"Apakah yang Lo lakukan itu sangat keterlaluan vin. Jujur kami tidak ingin terjerumus kedalam masalah ini." Salah satu dari mereka bersuara.
"Apakah kalian takut?" Jawab Melvin santai
"Tentu saja, hanya karena ditolak Anjani kau lecehkan dan siksa dia hingga merenggut nyawa. Satria sahabat kita? Juga hampir mati karena ulah mu."
"Lemah!"
"Kami lemah? Vin Lo pikir nggak sih dampak setelahnya? "
"Sekali lagi lo berbicara, gue pasti nasib lo akan sama dengan mereka."
Drrrr...
Drrrr...Suara telepon genggam milik Melvin bergetar. Sang empuh lansung mengeser tombol hijau agar panggilan tersebut terhubung.
"Apa yang kalian katakan?" Melvin kaget setengah mati, ketika ia mendapatkan kabar dari orang suruhannya.
"Cari tau kemana mereka dibawa sampai dapat." Perintah Melvin kemudian memutuskan sambungan secara sepihak.
Ia mengerutkan keningnya, "cek website maxentia sekarang." Kata Melvin.
Seketika semua anggota melihat berita tentang kabar kematian Anjani yang sudah di semayamkan dan Satria berada di rumah sakit Aulia. Artikel menjelaskan mereka korban kecelakaan saat pulang dari liburan. Semuanya terlihat pucat Pasih setelah membaca berita dan padangan rekan tertuju kepada Melvin.
"Suruhan gue gagal membawa mereka berdua. Masalah berita hoaks ini? Akan aku cari dalangnya siapa dan ingat satu hal, jangan ada yang membongkar rahasia kita, kalau aku yang membunuh Anjani. Ingat itu, jika kalian tidak ingin menjadi korban selanjutnya." Ancam Melvin menunjuk semua anggota, kemudian dia berlalu.
"Ke kamar gue sekarang." Titah Melvin pada Melanie yang baru saja tiba di markas.
Wanita itu langsung mengiyakan perkataan kekasihnya itu.
"Yan, kita harus berbuat apa? Artikel menjelaskan bahwasannya mereka mengalami kecelakaan padahal Anjani di bunuh dan kita terlibat disana." Tanya teman yang lain.
Laki-laki yang menentang Melvin tadi bernama Ryan.
"Kita tidak salah sepenuhnya, kita cuman membatu memegangi mereka berdua tanpa menyakiti mereka." Jelas Ryan.
"Siapa yang akan menjamin kita aman? Nggak logis bagi gue kalau kita tidak akan terlibat karena hanya memegangi mereka. Lo tau kan orang yang tidak bersalah saja bisa dipenjara padahal bukan dia pelakunya." Nada prustasi.
"Gue setuju yang disampaikan Agna yan, walaupun Melvin sering melakukan hal seperti ini dan dia berkata kita akan tetap aman karena suruhan Melvin yang menyelesaikan semuanya. Lo baca berita barusan kan? Berarti besar kemungkinan bukan orang suruhan Melvin yang menemukan mereka." Jelas yang lain.
"Yang menjadi pegangan kita sekarang tolong tutup mulut." Kata Ryan pada akhir dengan ekspresi datar.
_____
Berlanjut ya!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCIFER
Teen Fiction"Lucifer adalah satu kata yang menurut gue indah. Walaupun ini menggambarkan sesosok yang sangat menyeramkan, Jangan kita pikirkan itu, tapi bayangkan saja Lucifer itu bentuk makna seberapa bahagianya gua buat mendapatkan cinta lu na, lu cahaya bagi...