BAB 19

10 0 0
                                    

Satu Minggu telah berlalu, Melvin tetap mengarahkan anggotanya mencari keberadaan Satria, dan siapa dalang dari penyebar berita yang ada di website Maxentia Harapan.

Semuanya masih belum membuahkan hasil sehingga dirinya hampir kehilangan akal untuk menyelesaikan masalah yang telah ia perbuat.

Meskipun hal ini bukan lah kejadian yang pertama baginya. Ia tetap kewalahan karena tak ada satupun pihak darinya yang membantu selain orang-orang suruhannya.

"Gue udah meminta semua relasi yang gue punya buat mencari tau dimana Satria dirawat, hampir keseluruh rumah sakit yang ada di Indonesia kami cari tau, tapi sia-sia."
Jelas Ryan melihat Melvin yang sedang fokus bermain biliar.

Mereka semua kini sedang berada di salah satu bar mewah yang terdapat kawasan untuk bermain biliar, dan terkenal di Jakarta. Tempat ini menjadi salah satu tongkrongan favorit mereka.

"Gue curiga kalau Satria di opor ke luar negeri, atau orang yang menyelamatkan Satria punya backing an yang kuat buat nutup mulut?" Sahut Arga.

"Bisa jadi, atau satria di selamatkan orang tuanya?"

"Nggak mungkin hal itu terjadi." Balas Melvin santai.

" Lalu bagaimana? Siapa orang yang menyelamatkan mereka sudah pasti pelaku anonimnya orang yang sama kan? Kalau dipikir-pikir nggak logis banget kalau ada orang yang bisa menyemayamkan Anjani sementara yang kita tau tu cewek sebatang kara."

"Gue rasa orang tuanya Satria deh vin, pasti sedikit banyaknya mereka tau latar belakang Anjani, atau bahkan perbuatan Lo?" Sahut yang  Lanang

"Se-yakin itu Lo kalau nyokap-bokap sampah sialan ikut andil melakukan hal tersebut?" Ujar Melvin melihat Lanang.

Seketika semuanya terdiam, dan saling memandangi satu sama lain.

"Besok malam gue mau kalian amuk masa Reza." Titah Melvin.

"Buat apa?"

"Gue mau bikin anak miskin itu menyusul Anjani."

"Gue nggak ikut." Jawab Ryan.

"Why?" Melihat Ryan menaikan sebelah alisnya.

"Gue nggak mau terlibat kasus lain,  pembunuhan yang sudah Lo buat udah buat kami ketar ketir." Jawab Ryan melihat tangan di dadanya

"Oooh, pembunuhan?" Tertawa kecil memainkan salah satu bola biliar.

"Rupanya ini maksud dari kenapa Crish keluar dari Aloysius, dan perkataan Satria saat Lo sekap, Lo psikopat vin, kematian Dadvar ketua kita sebelumnya, dan anggota yang lain, sudah bisa jadi alasan yang cukup bagi gue buat hengkang dari Aloysius." Ryan melepaskan jaket kebanggaan mereka.

Bugh...

Aaaakkkhhh....

Melvin melempar bola biliar yang ia pegang tepat di kepala Ryan, bersamaan erang kesakitan dari pemuda yang kini terkapar dilantai memegang kepalanya.

"Berani Lo berkata seperti itu dihadapan gue?" Mencengkram erat dagu Ryan dengan tatapan marah.

"Keputusan gue udah bulat, gue nggak mau ikut jejak Lo." Jawabnya, pandanganya kabur karena merasakan teramat pening dikepalanya.

"Bodoh." Melepaskan pegangan lalu mentepelengkan kepala Ryan hingga laki-laki itu tak sadarkan diri.

"Ayo cabut." Titah Melvin berdiri melihat anggota yang lain.

Merekapun menuruti perintah, diam? Yah, mereka selalu seperti itu, dan tidak berani bertindak tegas sedikitpun.

______

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LUCIFER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang