BAB 13

14 1 0
                                    

Keesokan paginya...

Di kediam Rain beberapa dari mereka sudah ada yang terbangun dan kini tengah menyiapkan sarapan.

"Morning bi," memeluk Olive dari belakang mencium bibir kekasihnya itu sekilas dan melepaskan pelukan." Kata Arif saat tiba di dapur. Wanita itu tengah menyiapkan sarapan.

"Gue nggak liat sumpah." Jessica menutup mata dengan jemarinya.

"Hahaha." Kedua insan tersebut tertawa girang melihat tingkah Jessica.

"Ada apa ini?" Adnan datang mendekati mereka.

"Nggak ada. Apakah Rain dan Ivanna udah pada bangun?" Tanya olive.

"Sudah. Maaf karena kami kalian jadi menunggu. Rain lagi manggil Ivanna tu."

"Oke, Lo bisa bantuin gue buat panggil yang lain? Mereka pada di taman beresin barang-barang bekas semalam, sama ada juga yang lagi manasin kendaraan." Pinta Olive.

"Oke." Adnan berlalu.

Semua anak Geoffrey, Jesicca, Olive dan Ivanna tengah menikmati sarapannya pagi dengan hikmat.

Drrrr
Drrrr

Telpon milik Ivanna bergetar menandakan bahwa ada seseorang yang menghubunginya. Wanita itu melihat kesemua lalu mengangkatnya, "baik. Terimakasih." Singkatnya kemudian memutuskan sambungan secara sepihak.

🍂🍂🍂

Dirumah sakit Aulia tempat dimana Satria dirawat, Melvin lansung menuju medical receptionist, "permisi sus apakah disini ada pasien bernama Satria Mulyo Ajma?"

"Maat tuan, anda siapanya pasien?" Tanya suster.

"Sepupunya."

"Maaf tuan, tuan satria sudah dipindahkan kerumah sakit yang lain. Teruntuk info selanjutnya maaf tidak bisa saya beritahu lagi karena ini demi keamanan pasien." Ucapnya dengan lembut.

"Saya keluarganya saya ingin tau keadaan keponakan saya."

"Sekali lagi saya minta maaf tuan."

Melvin berdecak kesal kemudian berlalu meninggalkan rumah sakit.

"Akkkkhhhh." Melvin menendang motor sport miliknya dengan penuh amarah. Kemudia ia naik ke atas motor dan menancapkan pedal gas dengan kecepatan tinggi meninggalkan rumah sakit.

🍂🍂🍂

Di markas Aloysius Melanie menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa matanya sembab karena menangis.

"Mel?" Panggil Ryan heran melihat Melanie.

Wanita itu menghentikan langkahnya tanpa melihat laki-laki itu.

"Lo kenapa? Sorry kenapa wajah Lo ada lebam, apa yang terjadi?" Mendekati Melani melihat lebam di pipinya seperti bekas pukulan.

"Gue nggak papa yan, gue pergi dulu gue ada kelas pagi." Pergi meninggalkan Ryan.

"Apakah Melvin menyakiti Lo. Tunggu!!" Memegang lengan Melanie.

"Awww, sakit yan!" Melepaskan pegangan meringis kesakitan.

"Cerita sama gue Lo kenapa? Mata Lo sembab, lo siap nangis kan? Apakah ini karena Melvin?" Tuntut Ryan.

"Ceritanya panjang. Gue takut." Menunduk menangis kembali.

"Lo kenapa?"

"Melvin? Dia kasar sama gue, selama gue sama dia, dia nggak pernah berbuat se-kasar ini sama gue. Gue hanya minta pertanggung jawaban dia."

"Pertanggung jawaban apa? Lo hamil?"

Melanie hanya diam tanpa menjawab. Ia menunduk.

"Lo denger pertanyaan gue kan mel? Terus sekarang Melvin dimana?"

"Gue nggak tau, dari malam tadi dia udah pergi. Gue minta tolong sama Lo buat bujuk Melvin untuk bisa menerima anak dalam perut gue." Melanie memohon.

"Maaf Mel, ini urusan kalian berdua. Gue nggak bisa bantu, Gue udah pernah peringatkan Lo kan don't overdo the relationship. Tapi Lo terlalu nurut sama Melvin." Ryan berlalu meninggalkan Melanie.

Melanie melihat Ryan, wanita itu meneteskan air mata, kemudian ia pergi meninggalkan markas.

🍂🍂🍂

"Upsssshh sorry." kata Rani saat menyenggol bahu Ivanna di persimpangan tangga.

Ivanna hanya diam. Memandangi wanita itu dengan tajam kemudian pergi menaiki tangga.

"Eits tunggu, Lo Ivanna kan?" Nunjuk Ivanna.

"Iya, kenapa?"

"Cewek gatel yang dekatin Rain kan?"

"Siapa kamu berani berasumsi seperti itu pada ku?" Tantang Ivanna.

"Wau, Lo nggak tau gue siapa? Gue adalah mahasiswi berprestasi utama di kampus ini."

"Really? Tapi disayangkan sikap Lo tak menggambarkan kalau diri Lo itu berprestasi." Senyum remeh kemudian pergi.

"Hei awas Lo ya!!" Kesalnya

"Haha." Tawa siswi-siswi lain saat melihat ending perdebatan singkat mereka.

"Kenapa kalian semua? Pergi sana." Erang Rani melihat semuanya yang melihat perdebatan singkat mereka.

"Ivanna?" Panggil seseorang.

Ivanna menghentikan langkahnya kembali menghelakan napas. Melihat orang tersebut. Dialah Chris rekan satu timnya di projek tari balet.

"Gue dengar kabar Lo lagi dekat dengan senior ya?"

"Jika iya, emangnya kenapa?"

"Nggak ada sih." Tersenyum.

Ivanna mengangguk mereka sudah sampai diruang latihan. Rupanya disana juga ada Rain dan anak musik lainya.

_____

Happy Reading!!!

LUCIFER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang